Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADANG
Siapa bilang berita politik saja yang berbahaya? Berita olahraga pun ternyata bisa mendatangkan petaka. Gara-gara menulis berita bertajuk Sarjana Olahraga Rusak Prestasi Sumbar dalam edisi 3-9 Juli, tabloid Bijak dirusak kantornya, Jumat siang pekan lalu.
Pelaku perusakan itu, sekitar 120 orang, diduga mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi yang merasa tersinggung. Ketika aksi berlangsung, sebagian besar pelaku tampak membawa fotokopi berita tersebut. Penyerangan hanya terjadi selama sepuluh menit dan tak ada korban jiwa yang jatuh. Tapi kantor tabloid itu menjadi rusak berat karena nyaris seluruh peralatan kerjanya hancur.
Berita yang ditulis Bijak menyoroti melorotnya prestasi Sumatra Barat dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Timur lalu. Dalam ajang itu, para atlet urang awak ini cuma berhasil duduk di urutan paling buncit alias juru kunci. Satu kutipan berita itu menyatakan, "Dulu atlet Sumbar tidak dilatih para sarjana olahraga namun hasilnya cukup baik di PON, tapi sekarang setelah para atlet dilatih dan diurus para sarjana olahraga, hasilnya malah menyedihkan."
LAMPUNG
Gempa yang merobek tanah Liwa, Lampung, memang terjadi enam tahun silam. Tapi guncangannya tidak berhenti pada saat itu juga. Bantuan yang mengalir ke daerah bencana itu ditengarai disunat pejabat daerah untuk kepentingan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan gempa, misalnya untuk dana pemenangan Golkar saat pemilu ataupun untuk KONI daerah. Begitu reformasi menggelinding, para pejabat yang diduga keras menilap uang mulai disidangkan.
Namun, sekali lagi, rakyat Lampung terguncang karena pekan lalu Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Bandarlampung, memvonis bebas murni tiga terdakwa, yaitu bekas wakil gubernur Man Hasan, bekas ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dahlan, dan Kepala Biro Perencanaan Pemda Lampung Sitti Nurbaya. Menurut hakim, tuduhan jaksa bahwa ketiganya merugikan negara sebesar Rp 1,04 miliar tidak terbukti.
Dengan bebasnya tiga tersangka itu, peluang untuk membuat kasus ini transparan kian jauh dari harapan. Soalnya, kasus ini pun dimajukan ke meja hijau semata-mata karena desakan unjuk rasa dari mahasiswa. Total kerugian negara juga disebut Azwar Harun, bekas ketua Bappeda, dalam kesaksiannya mencapai Rp 6 miliar. Sebetulnya, ada tujuh nama yang dibidik. Salah satunya bekas gubernur Poedjono Pranyoto. Tapi nama Poedjono dalam perkembangan penyidikan menguap, sehingga yang diadili akhirnya hanya tiga terdakwa.
CILACAP
Musim bakar ternyata menular sampai Cilacap, kota di pantai selatan Jawa Tengah. Sebanyak 17 rumah terbakar dan seorang mati gara-gara main api ini. Awal kericuhan terjadi ketika Kamis pekan lalu beberapa warga Desa Adi Pala tengah asyik main judi kecil-kecilan dengan kartu ayampermainan khas daerah ini. Ketika sedang gayeng-gayeng-nya, datang preman Suwaryono. Biasa, minta jatah. Namun, permintaan jagoan yang terkenal sangar ini tidak ditanggapi. Marahlah Suwaryono. Tapi, karena kalah jumlah, ia lari ke terminal.
Lantas, bersama teman-temannya, ia ganti ngeluruk. Salah seorang warga ditempeleng. Tapi warga yang biasa ciut ini hari itu merangsek balik sehingga penyerbu pontang-panting. Suwaryono tertangkap dan dihajar habis-habisan. Dan seperti jadi "ritual" yang tengah ngetrend, tubuh preman yang sudah babak-belur ini dibakar. Namun, rombongan preman datang lagi untuk membalas dendam. Karena tidak menemukan sasaran, mereka membakar rumah penduduk.
Sampai Jumat pagi, suasana masih tegang. Banyak pihak yang menyesalkan keterlambatan aparat kepolisian dalam bertindak. Syukurlah, seusai salat Jumat, kedua pihak yang bertikai itu sepakat mengadakan perdamaian.
KUMAI
Situasi Kumai, hingga Jumat siang pekan lalu, masih mencekam. Kerusuhan yang berujung empat korban tewas telah membuat daerah yang terletak di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, ini mirip kota mati. Aktivitas perekonomian macet, kapal yang seharusnya berlabuh terpaksa pindah ke pelabuhan lain, dan bahkan wartawan yang masuk ke tempat itu pun dibatasi aparat setempat.
Kerusuhan berawal dari perselisihan paham jual-beli kayu antara warga kampung Candi dan Panggung. Korban yang pertama jatuh adalah Mustapa, yang perutnya robek terkena pecahan bom molotov. Pelakunya diduga keras adalah anak buah Mat Ribut, seorang jagoan warga Kelurahan Candi. Para pelaku pengeboman ini kebetulan warga pendatang. Namun, sebagai balasannya, nyaris semua rumah pendatang disatroni dan dibakar warga asli daerah tersebut. Setelah itu, aksi bentrok terjadi secara sporadis antarwarga dengan pelbagai senjata. Setelah aparat keamanan turun tangan, suhu kerusuhan mulai menurun.
BANJARMASIN
Baru tiga bulan merasakan empuknya jabatan gubernur, H.M. Sjachriel Darham sudah didesak untuk melepas kursinya. Orang nomor satu di Kalimantan Selatan ini dinilai oleh kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat sering mengeluarkan putusan kontroversial. Keputusan Sjachriel yang dianggap membuat gerah antara lain rencana pemberian hak pengusahaan hutan (HPH) di lokasi hutan lindung Pegunungan Meratus dan pengerukan batu bara di alur Barito. Dua putusan itu sangat berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan.
Sudah begitu, saat Sjachriel dijadwalkan bersidang papipurna dengan DPRD setempat, ia justru melawat ke luar negeri untuk urusan tambang batu bara ini. Alhasil, sidang jadi tertunda. Tak mengherankan bila Ketua DPRD Mansyah Addryans merespons positif tuntutan mahasiswa yang dibacakan di kantornya pada Sabtu dua pekan lalu itu. "Visi yang dulu Sjachriel paparkan saat pencalonan belum dilaksanakan, dan itu bisa kita mintai pertanggungjawabannya," kata Mansyah.
Namun, dua hari kemudian, aksi tandingan pendukung Sjachriel tampil. Seratus orang yang mengatasnamakan perwakilan kelompok Islam meminta Sjachriel tak gentar dengan tuntutan mahasiswa tersebut.
KUPANG
John Lalo jelas bukan pembersih jalanan. Toh, pekan lalu, Kepala Kepolisian Daerah Nusatenggara Timur yang berpangkat brigadir jenderal ini harus turun tangan sendiri membersihkan blokade di jalanan. Penghalang ini bertumpuk di jalanan karena massa merasa khawatir setelah terjadi bentrokan antara warga Oesao, Kupang, dan pengungsi Timor Timur yang berada di kamp Tuapukan dan Noelbaki, Kupang Timur, pada 1 Juli lalu.
Dalam insiden ini, 16 rumah penduduk Oesao dibakar pengungsi. Lima unit rumah lainnya diobrak-abrik dan dijarah isinya, serta sekitar 20 ton gabah yang baru selesai dipanen ikut dibakar. Akibatnya, selama satu minggu, hubungan darat antara Kupang dan kota lainnya di Pulau Timor, seperti Soe, Kefamenanu, dan Atambua, putus total. Lebih parah lagi, penyaluran bantuan kemanusiaan juga jadi tersendat.
Pembersihan yang dilakukan aparat memang membuat beberapa ruas jalan bisa dilalui kembali. Namun, di daerah Tuapukan, blokade belum bisa disingkirkan karena masih dijaga ketat oleh para milisi yang lengkap dengan senjata tajam. Aparat polisi dan tentara yang berada di lokasi itu terkesan apatis.
Yusi A. Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo