JUMAT siang pekan lalu David Mussry muncul di kantor Asita
(Himpunan Perusahaan Perjalanan Indonesia) Komda Jaya di Jalan
Diponegoro, Jakarta. Pakaiannya rapi. Ia memakai dasi. Ia
ditemani oleh Muslim, Manajer Pelaksana Amanda Bali
Internasional, sebuah biro perjalanan milik David. Kedatangannya
atas undangan pihak Asita. akibat berbagai pemberitaan mengenai
David.
"Kami mengulurkan tangan, memanggilnya untuk menanyakan apa
sebenarnya yang terjadi atas dirinya," kata Jusuf Abdullah,
Sekretaris Pelaksana Asita Senin lalu.
Atas pertanyaan, David membenarkan ia ditangkap di Lapangan
Terbang Halim Perdanakusuma oleh pejabat Imigrasi 29 Januari
lalu. Menurut David, seorang kenalannya menikah di Singapura 31
Januari lalu dan ia akan menghadirinya. Namun rencananya gagal
karena ia tidak diizinkan meninggalkan lndonesia. Petugas
Imigrasi menahan paspor David dan menyuruhnya menghadap Direktur
Pengawasan dan Penanggulangan Ditjen Imigrasi. Dua hari kemudian
ia diperintahkan pergi ke Kodak Metro Jaya untuk pemeriksaan.
"Ia sama sekali tidak ditahan," kata Brigjen Darmawan, Kepala
Dinas Penerangan Polri.
Atas saran Asita, David Senin lalu menulis sebuah pernyataan
guna menjawab berbagai tuduh an yang ditudingkan padanya. Di
situ David mengemukakan, ia tidak pernah melanggar ketentuan
yang berlaku bagi biro perjalanan. "Kami tidak pernah mengirim
seorang pun tenaga kerja Indonesia ke luar negeri," tulis David.
David juga membantah, tidak ada pegawainya yang mengatur
dokumen perjalanan. Biro perjalanannya hanya khusus menjual
tiket saja. Diungkapkannya juga, ia hanya memiliki satu paspor,
vatu paspor RI.
Menurut Jusuf Abdullah yang mengenal David sejak 1975, Amanda
Bali International dikenalnya sebagai biro yang "bersih" dan
"tetap membayar iuran anggota sebesar Rp 7.500 sebulan." David
dan biro perjalanannya juga dikenal sebagai anggota yang aktif
mengikuti kegiatan Asita.
Siapa sebenarnya David Mussry? Ia lahir di Surabaya, 1930.
Ayahnya yang bernama Jacob Silas Mussry dikatakannya lahir di
Baghdad, Irak, sedang ibunya Toba Salomon berasal dari Kotaraja,
Aceh. Agamanya Yahudi. Semula ia warganegara Belanda. Kemudian
ia memperoleh naturalisasi sebagai warganegara Indonesia.
Keluarga Mussry cukup terkenal di Surabaya. Jacob Silas kabarnya
mempunyai 16 anak. Abang David, Charles Mussry pernah memiliki
bengkel mobil "Charles Mussry" di Jalan Pemuda, Surabaya.
Setelah tamat HBS di Surabaya, David pernah tinggal di Singapura
dan Perth (Australia). Sekembalinya di tahun 1953, ia berdagang
antara lain radio, mesin jahit, piringan hitam di Toserba Metro.
Tahun 1965-1966 David mengaku berada tinggal di Amerika Serikat.
Sekembalinya, bersama ibunya ia mendirikan PT Bali International
Tourist 8 Travel dengan modal Rp 20 juta uang lama. Pada 1968
ia juga mendirikan PT Savoy Bali, juga sebuah hotel dan restoran
lain di Puncak, Bogor. Terakhir ia memim pin biro perjalanan PT
Amanda Bali In ternational .
David punya banyak keahlian. Selain pernah membantu bengkel
mobil abangnya, ia pernah juga bekerja pada perusahaan optik
ahangnva yang lain. Judah Mussty, sambil belajar mengenai emas
dan permata. Ia bahkan-pernah menjabat manajer United Jewelers
Indonesia Ltd. yang berkantor di Hotel Indonesia.
Pernyataan tertulis David pada Asita tampaknya bertentangan
dengan penjelasannya pada pimpinan Asita. Menurut Jusuf
Abdullah, David mengakui telah memberangkatkan Pardjiono dan
istrinya. Tetapi itu dilakukannya atas permintaan Edward
Abraham, yang telah memberinya uang untuk memberangkatkan
suami-istri Pardjiono. Tatkala ditanya berapa orang lain yang
telah diberangkatkannya, David hanya menjawab "tidak ingat".
Jusuf Abdullah menegaskan, Asita menyerahkan kasus ini
sepenuhnya pada pihak yang berwajib. "Bila David ternyata telah
terbukti melanggar disiplin organisasi, tentu akan diambil
tindakan," ujarnya. Jusuf tidak setuju dipakainya istilah
"perdagangan budak". "Sebagai biro perjalanan, komoditi kami
memang manusia. Dengan adanya kasus ini, kami merasa mendapat
pukulan," katanya.
David Mussty sendiri menolak ditemui wartawan. Biro perjalanan
dan hotelnya, atas perintah yang berwajib untuk sementara selama
pemeriksaan dilarang beroperasi.
Yang juga terpukul dengan peristiwa ini adalah pihak Imigrasi
yang terus melacak kasus ini "Akibat perbuatan oknum-oknum itu
kami yang mendapat etahnya, karena Imigrasi adalah penjaga dan
pengawal pintu gerbang Indonesia yang terdepan," kata Soemakmo,
Kepala Humas Ditjen Imigrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini