Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Difabel Ikut Simulasi Bencana di Refleksi Gempa dan Tsunami Aceh

Difabel diharapkan dapat melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami.

27 Desember 2019 | 11.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyandang disabilitas mengikuti simulasi bencana untuk memperingati 15 tahun gempa dan tsunami Aceh pada Rabu, 25 Desember 2019. Antaranews

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar lima puluh penyandang disabilitas mengikuti simulasi bencana di Kampus Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh, Rabu 25 Desember 2019. Simulasi ini digelar dalam peringatan 15 tahun gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika simulasi dimulai, difabel netra, pengguna kursi roda dan yang memakai tongkat dipandu ke luar gedung kampus menuju ruang terbuka yang menjadi titik kumpul. Penyandang disabilitas kursi roda, Ayu Agustina mengatakan simulasi tersebut membuat dia tahu cara menyelamatkan diri jika terjadi gempa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Simulasi ini harus sering dilakukan agar selalu ingat evakuasi mandiri," kata Ayu Agustina. Dengan begitu, menurut dia, selalu terbangun kesadaran siap siaga terhadap bencana dalam diri para penyandang disabilitas.

Senada dengan Ayu, Erlina Marlinda yang juga penyandang disabilitas kursi roda mengatakan simulasi ini bermanfaat karena dia punya informasi bagaimana mengevakuasi diri ketika terjadi gempa saat berada di dalam bangunan.

"Tapi kami yang menggunakan kursi roda belum mendapat informasi sepenuhnya ketika terjadi gempa di dalam ruangan," kata Erlina. "Kalau tunanetra atau tunarungu bisa menyelamatkan diri di bawah meja. Kami bagaimana?"

Erlina juga menyoroti interaksi relawan tanggap bencana dengan penyandang disabilitas. Dia mengingatkan pola berkomunikasi dan bersikap dengan difabel berbeda-beda tergantung ragam disabilitasnya. "Interaksi dengan pengguna kursi roda, tunanetra, tunarungu, dan difabel lainnya, tentu tidak sama," kata Erlina Marlinda.

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh, Syarifuddin mengatakan simulasi dan pelatihan evakuasi mandiri digelar untuk meningkatkan kemampuan penyandang disabilitas dalam menghadapi bencana. "Para penyandang disabilitas merupakan kelompok rentan, sehingga perlu belajar evakuasi mandiri ketika terjadi bencana," kata dia.

Syarifuddin yang merupakan penyandang disabilitas netra mengkritisi sikap pemerintah yang dia anggap tidak peduli terhadap masyarakat berkebutuhan khusus. Buktinya, penyandang disabilitas tidak dibantu saat simulasi bencana. "Kami ingatkan kepada pemerintah jangan pernah mengatakan melawan lupa membangun siaga kepada kami yang disabilitas ini. Pemerintah tidak pernah buat pelatihan evakuasi mandiri," kata Syarifuddin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus