Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAYAPURA - Dua polisi yang bertugas di Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, terluka saat melerai pertikaian antarwarga, kemarin. Mereka adalah Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Amon Ruwayari, yang terkena panah di paha; dan Brigadir Dolfis Wabonggo, anggota Brimob Kepolisian Daerah Papua, yang terkena panah di mata kanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Kamal, menjelaskan, pertikaian di antara kedua kelompok berawal saat pesawat Trigana, yang terbang dari Jayapura, tiba di Bandar Udara Oksibil sekitar pukul 09.00 WIT. Kelompok penentang Bupati Pegunungan Bintang Constan Oktemka, yang ada di bandara, melarang penumpang turun dan meminta pesawat kembali ke Jayapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun, setelah negosiasi yang dipimpin Wakil Kepala Polres Pegunungan Bintang Komisaris Tofan Irdiyanto, hanya dua penumpang-yang juga wartawan-yang diminta kembali ke Jayapura dengan pesawat sama,” ujar Ahmad.
Sekitar pukul 10.20 WIT, sekelompok orang pendukung Bupati Constan Oktemka menyerang kelompok penentang sehingga terjadi pertikaian di antara kedua kelompok. Massa juga membakar rumah dan toko milik warga, termasuk rumah Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pegunungan Bintang Piter Kalakmabin.
“Akibat situasi yang tidak terkendali, sekitar pukul 12.20 WIT, anggota Polri melepaskan tembakan peringatan, tapi massa menyerang hingga menyebabkan dua anggota terkena panah,” kata Ahmad. Ia mengatakan saat ini situasi terkendali. Meski demikian, polisi masih berjaga-jaga di sejumlah ruas yang dianggap rawan. Tercatat lima warga sipil terluka dan dirawat di rumah sakit Oksibil.
Ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan perang suku kerap terjadi di Papua jika ada masalah di tengah masyarakat. Jika kedua suku tidak bisa menyelesaikan dengan skema membayar denda, jalan yang dipilih adalah perang. Mantan Kepala Polda Papua itu menyeru masyarakat Papua agar tidak lagi menjadikan perang sebagai jalan menyelesaikan konflik antarsuku.AHMAD FAIZ | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo