Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut tiga Mahfud MD melontarkan pertanyaan ihwal konsep Trisakti Bung Karno kepada cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka saat Debat Capres keempat Pilpres 2024 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, pada Ahad malam, 21 Januari 2024. Mahfud menyinggung soal janji Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang kemandirian pangan tanpa impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya ingin menanyakan posisi Mas Gibran sebagai wakil presiden, bagaimana dengan konsep Trisakti Bung Karno terkait kemandirian ini?” tanya pendamping Ganjar Pranowo yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan atau Menkopolhukam itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menanggapi pertanyaan tersebut, Gibran menyampaikan terima kasih atas evaluasi Mahfud terhadap pemerintahan Jokowi yang dinilai gagal mewujudkan pangan mandiri. Putra sulung Jokowi ini kemudian meminta agar jangan memberikan narasi-narasi yang menakutkan kepada masyarakat.
“Terima kasih Prof Mahfud untuk evaluasinya saya mohon maaf jika ada kata-kata yang salah tapi sekali lagi ini harus kita evaluasi dan kita jangan memberikan narasi-narasi yang menakutkan kepada warga,” kata Gibran.
Menjawab ihwal kemandirian dalam Trisakti Bung Karno, menurut Gibran, pemerintahan Jokowi sudah membuat program food estate atau lumbung pangan. Kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud kompak menyebut program ini gagal. Gibran pun mengakui, di sebagian wilayah program ini gagal. Namun, kata dia, ada juga yang berhasil.
“Nomor 1 dan nomor 3 ini kan kompak (menyebut) food estate gagal. Saya tegaskan sekali lagi, memang ada yang gagal. Tapi ada yang berhasil juga yang sudah panen. Misalnya di Gunung Mas Kalteng, itu sudah panen jagung, singkong itu Pak, cek saja nanti datanya,” ujar Gibran.
Sebelum sesinya berbicara habis, Gibran kembali meminta narasi ketakutan jangan disebarkan kepada warga. Gibran menginginkan semua pemimpin itu optimistis. “Bapak-bapak ini adalah calon-calon pemimpin, harus optimis jangan memberikan narasi-narasi yang menakutkan kepada warga dan masyarakat,” ujar Gibran.
Lantas apa itu Tri Sakti Bung Karno?
Peneliti Politik di Bulaksumur Empat, Arif Novianto dalam artikelnya di Kolom Tempo, mengungkapkan sumbangsih Presiden Pertama RI Sukarno terhadap negara dan bangsa Indonesia tidak lagi dapat terhitung nilainya. Bung Karno-sapaan Sukarno-tidak hanya dikagumi oleh bangsa Indonesia semata, tapi juga masyarakat internasional. Sukarno adalah penggali ideologi negara Indonesia: Pancasila.
“Pemikiran Sukarno tentang penolakan terhadap neo-imperialisme dan neo-kolonialisme yang digelorakan di berbagai forum internasional telah membuatnya menjadi salah satu pionir perjuangan bangsa terjajah dalam merebut kemerdekaan,” tulis Arif.
Setelah Sukarno dilengserkan dari tampuk kekuasaan presiden dan digantikan oleh Soeharto pada 1966, proses desukarnoisasi pun dijalankan oleh pemerintah Orde Baru secara masif selama 32 tahun. Semua yang berbau Sukarno dikebiri. Bahkan, pemikiran Sukarno tentang neo-kolonialisme dan neo-imperialisme yang menginspirasi perjuangan masyarakat dunia dihilangkan paksa dari diskursus ilmu sosial dan politik di lingkungan pendidikan.
Salah satu pemikiran Sukarno yang masih menjadi sumbangsih dalam mewujudkan Indonesia Emas adalah ide Trisakti-nya. Dikutip dari majalah triwulan Lemhannas, Swantara, dalam pidatonya pada peringatan HUT RI pada 17 Agustus 1963, Bung Karno mengatakan bangsa merdeka dan berdaulat perlu dan mutlak memiliki tiga hal: berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Tiga hal inilah yang di kemudian hari disebut sebagai Trisakti Bung Karno.
Dalam percakapan bersama Maulwi Saelan, salah satu mantan pengawalnya, Bung Karno menyatakan bahwa hanya dengan ilmu pengetahuan modern dan mengerti Sejarah Kebudayaan Indonesia, baru kita bisa memahami apa yang disebut dengan Trisakti. Menurut Maulwi, Trisakti Bung Karno akan dapat menyusun kekuatan pembangunan bangsa sekaligus mewujudkan character building.
Politik Sukarno di Pilpres 2014
Politik berbau Sukarno merebak saat Pilpres 2014 silam. Menurut Arif, dua kandidat capres saat itu: Prabowo Subianto dan Joko Widodo, berupaya membangkitkan simbolisasi politik Sukarno dalam kampanye mereka. Prabowo menggelorakan pemikiran Sukarno tentang sikap nasionalisme serta penolakan terhadap neo-imperialisme dan neo-kolonialisme.
Berbeda dengan Prabowo, Jokowi tidak menggunakan simbol pembawaan dari Sukarno. Aroma Sukarno yang digunakan Jokowi dengan mendekatkan diri kepada Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Megawati Soekarnoputri, yang merupakan putri sulung dari Sukarno. Selain itu, Jokowi juga mengaduk konsep program politiknya dengan cita rasa Sukarno, salah satunya menyelipkan janji berbau Trisakti.
Jokowi dinilai gagal terapkan Trisakti Bung Karno
Putri Presiden Sukarno, Rachmawati Soekarnoputri, menilai pemerintahan Jokowi di tahun ketiga periode pertama bersama wakilnya, Jusuf Kalla belum menjalankan konsep Trisakti. Padahal, selama kampanye 2014, ujar Rachmawati, Jokowi dan Jusuf Kalla berjanji akan menjalankan konsep Trisakti Bung Karno dalam pemerintahannya.
“Secara obyektif saya bilang (pemerintahan Jokowi-JK) belum dan masih jauh dari yang dicita-citakan Soekarno, yaitu Trisakti,” kata Rachmawati setelah menghadiri Dies Natalis Universitas Bung Karno yang ke-17 di Jakarta, Senin 25 Juli 2016. “Arah bangsa dan negara ini harusnya melaksanakan Trisakti.”
Rachmawati, yang juga pendiri Universitas Bung Karno, menuturkan ada beberapa contoh yang dapat dijadikan bukti bahwa Trisakti tidak dijalankan oleh Jokowi-JK. Salah satunya, kata dia, adalah ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri. “Kita belum ada kepribadian yang kuat,” ujar Rachmawati.
Selain ketergantungan pada utang luar negeri, Rachmawati juga mengkritik impor barang-barang dari luar negeri. Menurutnya, impor menjadi bukti bahwa pemerintah tidak bisa melaksanakan program ketahanan nasional. “Berdikari di bidang ekonomi itu non-sense,” katanya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | ARDITO RAMADHAN | KUKUH S WIBOWO
Pilihan Editor: Anak Bung Karno: Pemerintahan Jokowi-JK Jauh dari Trisakti