Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy K Syahbana meminta agar areal sekitar kawah Gunung Agung di Bali dikosongkan dalam radius empat kilometer lantaran erupsi lava pijar hingga sejauh satu kilometer. Potensi lontaran lava pijar ini salah satu alasan PVMBG meminta pengosongan untuk mencegah jatuhnya korban.
"Pemerintah daerah setempat, BPBD, diminta untuk berpegang pada rekomendasi ini," kata Devy kepada Tempo, Sabtu, 19 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi, Status Menjadi Siaga
Gunung Agung di Bali, Sabtu, 19 Januari 2019, pukul 02.45 WITA, terpantau melontarkan lava pijar. “Ada lontaran lava pijar ke arah tenggara sejauh satu kilometer dari kawah,” kata dia pada Tempo, Sabtu, 19 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erupsi tercatat di peralatan seismik Gunung Agung terjadi dengan durasi 2 menit 8 detik. “Amplitudonya 23 milir, murni erupsi.” Tinggi abu erupsi 700 meter.
Menurut Devy, lontaran lava pijar itu masih belum berbahaya karena masih berada dalam radius areal yang direkomendasikan untuk dikosongkan dari aktivitas manusia. “(Lontaran lava pijar) jarak 1 kilometer, masih relatif aman.”
Lontaran lava pijar dalam erupsi Gunung Agung terakhir terpantau jelas saat erupsi pada 30 Desember 2018. Lontaran lava pijar sebelumnya terpantau pada Juli 2018. Pada 10 Januari 2019, gunung ini erupsi namun tidak tampak begitu jelas. “Sekarang ada lagi,” kata dia.
Simak: Gunung Agung Meletus Lagi, Ini ...
Devy meminta warga bersabar menunggu aktivitas Gunung Agung reda. “Erupsi ini sudah lebih dari satu tahun, tapi kita harus sabar menunggu sampai betul-betul menurun.” Ritme aktivitas Gunung Agung memang lama
Gunung Agung tak pernah erupsi lebih pendek dari satu tahun. Sehingga normal jika erupsi saat ini lama. “Malah ada (erupsi) yang sampai tiga tahun.”