Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Habis gelap terbitlah hadiah

Ibu lurah desa kaliboja, pekalongan, ny. ariyah, menerima hadiah nadezhda k. krupkaya dan uang rp 8,5 juta dari unesco, karena telah berhasil memberantas buta huruf. sebelumnya mendapat hadiah kalpataru.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NYONYA Eriyah memerangi kegelapan. Sepuluh tahun lalu, penduduk Kaliboja, desa pegunungan yang terletak 60 km sebelah selatan Pekalongan, Jawa Tengah, sebagian besar warganya tak bisa membaca. Eriyah lalu membentuk kelompok belajar. Hasilnya, bukan cuma penduduk desa itu melek aksara. Nyonya Eriyah, guru dan kini Kepala Desa Kaliboja, memperoleh hadiah pertama Nadezhda K. Krupkaya, hadiah tertinggi dari UNESCO dalam rangkaian Hari Aksara Internasional. Selasa pekan ini, direncanakan ibu empat anak yang sederhana ini menerima hadiah itu langsung di markas UNESCO di Paris: sebuah piagam, dan uang sekitar Rp 8,5 juta. Lalu, guru SD Kaliboja berusia 42 tahun ini mengucapkan pidato dalam bahasa Inggris, dengan teks yang telah disiapkan. Eriyah tampaknya dilahirkan dengan semangat Kartini. Pada 1971, sebelum diangkat sebagai kepala desa, ia telah membentuk kelompok belajar. Kegiatan itu disisipkan di sela-sela kesibukan mengajar keterampilan menjahit, memasak, dan bercocok tanam. Dengan 10 sampai 12 orang anggota, selama dua jam selepas magrib, tiga kali seminggu, mereka dibimbing mengenal huruf. "Waktu itu, saya seperti mengajar anak taman kanak-kanak," tuturnya. Agar tak membosankan, pelajaran sesekali diselingi menembang sinom atau pucung, juga lagu dolanan. "Ibu Eriyah sangat rajin. Kalau ada yang tidak hadir, pasti didatangi," cerita Rumiyah, 33 tahun, bekas muridnya, yang tahun lalu lulus ujian persamaan SD. Karena awalnya kegiatan ini diselipkan dalam acara ibu-ibu, maka kaum bapak baru tersentuh belakangan. Ketika di desa yang minus itu ada pemilihan kepala desa, Eriyah dicalonkan oleh pamannya. Otomatis anggota kelompok belajar memberikan dukungan, dan jadilah Eriyah kepala desa wanita pertama di Kabupaten Pekalongan, 1976. Maka, pemberantasan buta aksara dan angka berjalan lebih efektif. Panitia pun dibentuk, dari usaha yang semula bersifat pribadi kini langsung dimasukkan "dinas". Materi pelajaran pun ditambah dengan pengetahuan yang menyangkut kehidupan sehari-hari. "Saya senang. Selain diajari membaca dan menulis, juga diajari cara menanam bawang putih, pohon pisang, dan lain-lain," kata Slamet, 30 tahun, salah seorang bekas siswa Bu Lurah. Untuk memacu gairah belajar, sekali waktu diadakan lomba antar kelompok. Pada 1984, warga Kaliboja dinyatakan bebas buta aksara Latin dan angka. Tapi Eriyah, yang suaminya juga guru, tak berhenti. Ia terus maju, membikin program pemberantasan buta bahasa Indonesia dan buta pendidikan dasar. Hasilnya, dari sekitar 1.200 warganya, paling tidak 130 telah lulus ujian persamaan tingkat SD. Kegiatan Kelompok Belajar "Aksara Mesra" -- begitu namanya -- kemudian makin serius. Didirikan pula Kelompok Belajar Usaha, yang aktivitasnya antara lain membuat makanan kecil pembuatan topi dari bambu, bertanam sayuran, beternak ayam dan kambing. Hasil penjualan digunakan untuk mengelola perpustakaan desa, panti belajar, serta kebun praktek seluas tiga hektar. Dan tersiarkanlah prestasi Desa Kaliboja. Lalu penghargaan demi penghargaan berjatuhan. Pada 1982 desa ini memperoleh piagam dari Mendagri karena sukses membina KB. Setahun kemudian menjadi juara I lomba desa tingkat Kabupaten. Pada 1984 Nyonya Eriyah mendapat hadiah Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan. Kawasan Kaliboja yang gundul dan gersang di ketinggian hampir 1.200 meter memang jadi hijau. Bu Kepala Desa berhasil mengajak para wanita desa menanam pohon sengon laut. Dan tahun inilah puncaknya, Kepala Desa Kaliboja mendapat penghargaan internasional. Di samping senang, Eriyah merasa khawatir. "Jangan-jangan nanti banyak tamu yang datang ke Desa. Saya 'kan harus nyuguh," katanya polos. Sebab, sehabis ia menerima Kalpataru dulu, tuturnya, banyak yang mengunjungi Kaliboja. Bila itu terjadi, tentulah harus ada anggaran ekstra. Padahal, Eriyah sudah berjanji, walau hadiah UNESCO ini hak pribadinya, ia akan membeli diesel listrik untuk menerangi kegelapan yang sebenarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus