Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Hadiah lebaran pak bupati

Pemerintah akhirnya memberikan penggantian permukiman baru bagi penduduk kedungombo yang bertahan. luas daerah permukiman baru yang terletak di tanah perhutani seluruhnya 400 hektar.

20 Mei 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KECERIAAN suasana Lebaran masih terpancar di wajah penduduk Kedungombo, ketika Bupati Boyolali M. Hasbi berkunjung ke Desa Nglanji Baru Selasa pekan lalu. Bahkan pagi itu mereka menjamu "tamu istimewa" tersebut dengan penganan Lebaran ala Kedungombo: ada tape singkong, wajik merah, ketan uli, dan supermi. Hasbi mencoba tak mengambil jarak dengan mereka. Sesudah mencicipi suguhan yang dihidangkan, ia membopong seorang bocah, lalu bertanya kepada anak-anak yang lain. "Kalian tidak telantar kan?" tanyanya. "Mboten, Pak," jawah mereka serempak. Setelah itu Hasbi menyampaikan maksud kunjungannya yang sebenarnya. "Saya datang membawa pengumuman bahwa Pemda telah menyediakan tanah Perhutani untuk ditempati," katanya. Meski kebijaksanaan itu sebelumnya telah disampaikan Hasbi kepada Jaswadi, pemuka Kedungombo yang mewakili penduduk berembuk dengan pemerintah daerah, toh masih ada di antara anggota masyarakat setempat seperti bermimpi mendengar pengumuman tersebut. "Setelah mendengar pernyataan langsung dari Pak Bupati, teman-teman kini makin tega," kata Jaswadi. Malamnya, penduduk mengadakan selamatan bagi kehijrahan mereka ke permukiman baru. Hasbi ikut hadir pada acara potong tumpeng yang dilakukan penduduk itu. Esoknya, pagi-pagi sekali, sekitar 200 laki-laki telah berkumpul di sekitar Balai Pertemuan Desa. Kemudian mereka bergotong-royong memindahkan bangunan sederhana berukuran 8 x 10 meter itu ke dataran lebih tinggi -- sekitar 300 meter dari tempat semula. Lalu bendera Merah Putih dikibarkan pada tiang bambu setinggi 10 meter di depan bangunan tersebut. Itulah batas daerah "merah" Waduk Kedungombo dengan lokasi permukiman baru yang dijanjikan Pemda bagi mereka yang "bertahan." Malamnya, penduduk kembali mengadakan selamatan. Pada upacara ini, Bupati Hasbi menjanjikan puskesmas, pasar, gedung sekolah, dan langgar bagi penduduk."Telah ada titik temu yang memuaskan: Untuk itulah kami mengadakan syukuran," kata Jaswadi. Luas daerah permukiman baru yang terletak di tanah Perhutani itu seluruhnya 400 hektar. Terbagi dalam dua lokasi: separuh di tepi barat kawasan genangan waduk, separuh lagi terletak di sebelah selatan. Kedua lokasi itu terletak pada elevasi 95 meter, dan bebas dari jamahan ar waduk. Dari empat "desa" di permukiman baru itu, ada dua tempat yang diberi nama oleh penduduk mengambil nama desa mereka yang tenggelam dengan penambahan kata "baru" di belakangnya. Yakni, Desa Nglanji Baru dan Kedungpring Baru. Kini tempat penampungan di sebelah barat Nglanji Baru itu telah selesai dipetak-petak. Setiap kepala keluarga menerima tanah seluas 1.000 m2. Kepada mereka juga dijanjikan, selain jatah kapling itu, tanah pertanian seluas tanah mereka yang tenggelam. Ambil contoh, misalnya, Sastro Daman. Dulu ia punya tanah pekarangan dan sawah seluas 3.750 m2. Dengan ketentuan di atas, selain menerima jatah kapling 1.000 m2, ia masih berhak atas 2.750 m sisanya. Selain penggantian tanah, bangunan rumah penduduk maupun isi kebun juga mendapatkan penggantian. Untuk rumah tembok, besar penggantian Rp 8.000 per meter persegi. Untuk rumah setengah permanen, Rp 3.500. Sedangkan pepohonan di atas tanah itu dihargai Rp 500 per batang. Dari sekitar 1.400 kepala keluarga yang bertahan, yang tergabung dalam wadah Paguyuban Masyarakat Kemusu Boyolali, pimpinan Jaswadi, tercatat sekitar 360 kepala keluarga telah menerima uang ganti rugi dari pemerintah. Jatah mereka tentu saja lain dengan mereka yang tak mengambil ganti rugi buru-buru. Uang penggantian yang dulu itu, kata salah seorang di antara mereka, "Tak cukup buat beli tanah di sekitar sini."Kastoyo R., Nanik Ismiani, dan Hedy L (Biro Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum