Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut saat ini kenaikan harga Pipe Natural Gas (PNG) di negara Eropa sudah mencapai 700 persen. Ia tak bisa membayangkan jika kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. "Bayangkan BBM kita naik 700 persen, naik 20 persen aja demonya empat bulan, ya nggak? Kan kita biasa naik 20 persen, demonya 4 bulan di seluruh daerah. Hafal saya kalau urusan BBM," ujar Jokowi dalam Tasyakuran 11 Tahun BARA JP di Bogor, Jawa Barat, Ahad, 18 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama menjabat, kata Jokowi, kenaikan BBM telah terjadi sebanyak tujuh kali. Kenaikan itu secara bertahap, mulai dari 10 - 20 persen dan pada 2015 naiknya hingga 30 persen. "Itu baru 30 persen, demo enggak rampung-rampung, bayangkan kalau 700 persen," kata Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jokowi menyebut kenaikan BBM hingga 700 persen pasti akan sangat membebani masyarakat. Bahkan sebanyak 20 negara di Eropa, kata Jokowi, secara teknis sudah masuk dalam resesi. Sementara Indonesia saat ini kondisinya masih baik, bahkan di urutan kedua di G20 sebagai negara dengan ekonomi terbaik.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mewanti-wanti ketidakpastiaan global yang masih menyelimuti dunia. Bahkan, Jokowi menyebut para ahli menyampaikan kondisi krisis ini bisa bertahan 5 -10 tahun yang akan datang masih belum bisa dipulihkan. "Oleh sebab itu jangan salah memilih pemimpin, karena keadaan dunia tidak normal. Geopolitiknya karena perang juga, geoekonominya bergeser, ini nanti enggak tau kawan ini jadi lawan atau tidak, yang dulu musuhan menjadi sambung ndak," ujar Jokowi.
Di hadapan para relawannya, Jokowi menyebut 13 tahun ke depan bakal menjadi momen krusial untuk Indonesia menentukan langkah. Ia berharap pemimpin selanjutnya tidak salah mengambil keputusan karena bakal merugikan negara. "Begitu kita keliru mengarahkan haluan, bisa kita menjadi negara berkembang terus, terjebak dalam middle income trap, jebakan negara berkembang seperti yang saya sampaikan. Negara di Amerika Latin tahun 60-an, tahun 50-an, itu sudah menjadi negara berkembang, tapi sampai saat ini tetap masih menjadi negara berkembang," kata Jokowi.