Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Hari ke-3 Evakuasi Lion Air, Jannatun Cintya Dewi Teridentifikasi

Hingga hari ke-3 pencarian korban dan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, baru satu penumpang terindentifikasi.

31 Oktober 2018 | 19.19 WIB

Petugas DVI Polri membawa kantong jenazah korban kecelakaan Pesawat Lion Air JT Lion Air 610 ke ruang instalasi untuk diidentifikasi di RS Polri R Said Soekanto Jakarta Timur, Selasa 30 Oktober 2018. TEMPO/TAUFIQ SIDDIQ
Perbesar
Petugas DVI Polri membawa kantong jenazah korban kecelakaan Pesawat Lion Air JT Lion Air 610 ke ruang instalasi untuk diidentifikasi di RS Polri R Said Soekanto Jakarta Timur, Selasa 30 Oktober 2018. TEMPO/TAUFIQ SIDDIQ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hingga hari ketiga pencarian korban dan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, baru satu penumpang pesawat yang terindentifikasi. Pada Rabu, 31 Oktober 2018, Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur telah menerima 48 kantong jenazah.

Ahli Forensik dan Inafis RS Polri telah berhasil mengidentifikasi satu korban bernama Jannatun Cintya Dewi, 24 tahun yang merupakan pegawai Kementerian ESDM. Kepala Pusat Inafis Polri Brigadir Jenderal Hudi Suryanto mengatakan, korban yang teridentifikasi memiliki potongan tubuh yang dikategorikan bagus. "Potongannya tangan kanan utuh sampai dana dan perut bagian kanan," kata Hudi, Rabu, 31 Oktober 2018.

Baca: Basarnas Perluas Areal Pencarian Badan Pesawat Lion Air

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tim Disaster Victim Identificafion Mabes Polri masih terus melakukan identifikasi para korban. Tim ini juga telah mengambil 152 sampel DNA keluarga korban untuk keperluan identifikasi jenazah. Petugas yang menangani identifikasi jenazah terdiri atas 15 orang lebih dokter forensik, 10 orang lebih dokter gigi, dan empat orang ahli DNA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selain Rumah Sakit Polri, polisi juga mengerahkan tim forensik dari Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Sejauh ini kesulitan yang diterima tim forensik adalah mengindentifikasi jenazah yang tidak utuh dan mengandalkan sampel DNA untuk mengenali identitas jenazah.

Tim juga berupaya merekonstruksi jenazah korban yang berhasil diidentifikasi. "Tergantung bentuk bagian tubuh itu sendiri. Kalau memang bisa disatukan kita satukan, kita jahit dan rekontruksi," ujar Kepala Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Komisaris Besar Polisi Musyafak.

Proses identifikasi dimulai dari mengumpulkan barang bukti korban di tempat kejadian perkara dan melabelinya, autopsi korban di pos mortem, pengumpulan identitas diri korban dari pihak keluarga, dan rekonsiliasi yaitu pencocokan hasil pos mortem dan data dari keluarga korban.

Pencarian ke Arah Indramayu

Nantinya jenazah yang berhasil diidentifikasi akan dikafani, dimasukkan ke peti dan diserahkan ke keluarga korban. Pencarian korban terus dilakukan dengan radius diperluas.

Simak juga :
Cerita Penyelam Basarnas Aduk Lumpur Dasar Laut Cari Lion Air

Pencarian diperluas hingga batas perairan 15 nautical mile (NM) dari Tanjung Karawang hingga ke perairan Indramayu, Provinsi Jawa Barat dengan perahu karet, perahu boat serta kapal KN SAR Basudewa 206.

Pencarian bangkai pesawat serta korban kecelakaan pesawat yang membawa 188 orang itu melibatkan sekitar 2.000 personel gabungan, yang terdiri atas tim selam, penyisir permukaan serta tim monitoring udara menggunakan helikopter.

Pada hari ketiga jatuhnya pesawat berlambang kepala singa itu, tim SAR mendeteksi objek di dasar laut yang diperkirakan bagian besar dari pesawat Lion Air JT 610. Tim berjumlah 100 orang akan menyelam Untuk memastikan obyek terdeteksi sonar tersebut merupakan target yang dicari.

Direktur Kesiapsiagaan dan Latihan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Didi Hamzar mengatakan, terdapat lima titik penyelaman yang berada di sekitar perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Kedalaman laut di area pencarian berkisar 30 meter hingga 35 meter.

Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan indikasi sinyal kotak hitam (black box) dari pesawat Lion Air JT 610.

"Indikasi sinyal kotak hitam berdasarkan ping locator," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan (Teksurla) BPPT M Ilyas. Tim Baruna Jaya juga telah menurunkan peralatan Ultra-Short BaseLine (USBL) Transponder.

Pesawat dengan nomor registrasi PK LQP terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada Senin, 29 Oktober 2018 pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkalpinang pada Pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta untuk kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang atau "return to base" sebelum akhirnya hilang dari radar.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus