Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Hujan dan Tanah Longsor Hambat Evakuasi Korban di Sumedang

Tim relawan kemarin menemukan satu lagi korban meninggal. Total, tim sudah menemukan 29 korban.

18 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Badan Meteorologi memasang seismograf dan pengukur curah hujan di lokasi tanah longsor.

  • Tanah longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, terjadi dua kali.

  • Pemerintah pusat dan daerah berencana merelokasi permukiman warga di lokasi tanah longsor.

JAKARTA – Tim SAR dan relawan gabungan masih terus mencari dan mengevakuasi korban tanah longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat, dalam beberapa hari ke depan. Masih tingginya curah hujan dan padatnya material longsoran menjadi kendala pencarian korban. "Tim gabungan menggunakan empat alat berat dalam proses evakuasi korban," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pencarian korban kemarin, tim menemukan satu lagi korban meninggal di bawah material longsoran. Total, tim relawan sudah menemukan 29 korban jiwa dalam bencana tanah longsor tersebut. Jumlah korban dipastikan akan terus bertambah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanah longsor terjadi di Perumahan Daud pada Sabtu dua pekan lalu. Tanah terbis terjadi dua kali, yakni pada pukul 16.00 WIB dan 19.30 WIB. Nahas, kejadian tanah longsor kedua ikut menelan korban jiwa dari tim relawan. Tercatat, hingga kemarin, sebanyak 11 orang dilaporkan hilang pasca-longsor. Selain itu, terdapat 25 korban selamat, tapi mengalami luka dari sedang hingga berat.

Tim SAR gabungan mencari korban tanah longsor di Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, 17 Januari 2021. TEMPO/Prima Mulia

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Bandung, Deden Ridwansyah, mengatakan 11 orang hilang yang masuk daftar pencarian terdiri atas 5 pria, 5 perempuan, dan 1 orang tanpa identitas. "Mayoritas mereka tinggal di Desa Cihanjuang. Adapun dua di antara mereka pendatang dari Cibitung," kata Deden.

Selama pencarian dan evakuasi korban tanah longsor di Sumedang, Jawa Barat, anggota tim relawan wajib bekerja dengan kewaspadaan tinggi. Sebab, berdasarkan pantauan di lokasi, masih terdapat sejumlah retakan tanah di bukit yang longsor. Risiko terjangan tanah longsor susulan bisa mengintai tim relawan kapan saja.

Untuk mengantisipasi tanah longsor susulan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasang sejumlah alat peringatan dini berupa seismograf di bukit longsor Desa Cihanjuang. Selain seismograf, tim BMKG memasang alat pengukur curah hujan di lokasi. Kepala Balai Wilayah 2 BMKG, Hendro Nugroho, ketika dihubungi kemarin, mengatakan peralatan tersebut dipasang pada Kamis pekan lalu.

Menurut Hendro, kedua alat tersebut dipasang untuk mengantisipasi tanah longsor susulan. Sebab, bukit di desa tersebut masih rawan longsor lantaran punya sudut kemiringan hingga 50 persen. "Masalahnya, tak ada tutupan vegetasi di kontur bukit tersebut. Belum lagi curah hujan masih cukup tinggi," kata dia.

Badan Meteorologi, menurut Hendro, sudah memberikan saran kepada pemerintah untuk merelokasi permukiman di perumahan tersebut. Sebab, kondisi bukit dengan lahan yang gundul membuat tanah di lokasi itu rawan longsor di kemudian hari.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebelumnya mendukung rencana relokasi warga yang terkena dampak tanah longsor di Desa Cihanjuang. Menurut sejumlah kajian, lokasi tersebut masuk zona merah atau rawan tanah longsor.

Menteri Pekerjaan Umum Basoeki Hadimoeljono menganjurkan Pemerintah Kabupaten Sumedang menyiapkan rencana relokasi. Apalagi, menurut dia, pemerintah daerah sudah mengidentifikasi ada 132 rumah di bagian atas bukit dan 92 rumah di bawah bukit.

Adapun Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang, Herman Suryatman, mengatakan akan berkomitmen menyediakan lahan relokasi bagi warga Desa Cihanjuang. Menurut dia, sesuai dengan aturan, Kementerian Pekerjaan Umum akan membangun rumah tinggal. "Kami akan siapkan lahan dari sejumlah tanah kas desa di wilayah Cimanggung. Dengan catatan, lokasi baru benar-benar aman dari bencana," kata Herman.

INDRA WIJAYA | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus