SUASANA agak tegang itu muncul menjelang Musyawarah Wilayah (Musywil) PPP Yogyakarta dibuka Ketua Umum PPP Ismail Hasan Metareum di Kaliurang, Yogyakarta, Senin pekan ini. Itu terjadi ketika utusan Musywil dari Kota Madya Yogyakarta dan Kulonprogo sempat ditolak panitia masuk ke sidang Musywil karena semua terdiri dari orang MI, tanpa unsur NU. Ketegangan kelompok MI (Muslimin Indonesia) dengan NU di PPP Yogya bermula dari kedatangan Cholil Badawi, salah seorang pengurus DPP MI, menemui para pengurus PPP Yogyakarta yang berasal dari unsur MI, Selasa pekan lalu. Dengan tegas, Cholil menjagokan M. Husnie Thamrin sebagai Ketua PPP Yogyakarta. "Kami sendiri sudah bertemu langsung dengan Buya, dan nampaknya Buya merestui pencalonan Husnie," kata Abdurahman, salah seorang pengurus PPP Yogya dari unsur MI. Buya adalah panggilan akrab Ismail Hasan Metareum. Gerakan ini tampaknya meresahkan orang-orang NU di PPP setempat. Bila Husnie Thamrin, 51 tahun, bekas Wakil Sekjen DPP PPP itu, terpilih, berarti kursi ketua yang selama ini dipegang Nyonya Machfudzoh (NU) akan bergeser ke MI. Kans Husnie untuk terpilih memang cukup besar. Bekas tokoh Angkatan '66 ini dikenal sebagai politikus MI tingkat nasional. Selain itu, yang lebih penting, lima DPC PPP yang ada di Yogyakarta semuanya diketuai oleh orang-orang dari unsur MI. "Kalau tak ada campur tangan luar, Husnie pasti gol," ujar seorang pengurus DPP PPP kepada TEMPO. Selain itu, dukungan sembunyi-sembunyi dari Ismail Hasan Metareum, Ketua Umum PPP, teman dekat Husnie ketika sama-sama menggoyang Naro menjelang muktamar II PPP, akhir Agustus tahun lalu, tentu besar artinya. Begitupun langkah Husnie bisa saja tertumbuk tembok yang mungkin berasal dari luar Musywil. Sumber TEMPO di DPP PPP, misalnya, mengungkapkan bagaimana Husnie gagal terpilih sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta beberapa waktu lalu bukan karena kalah bertarung di Musywil, tapi oleh faktor-faktor "luar". Ketika pamor J. Naro merosot menjelang muktamar PPP 1989, Husnie sebagai penentang utama Naro bersama Nyonya Aisyah Aminy dan Ismail Hasan Metareum, diduga akan menguasai DPP PPP. Metareum memang kemudian menjadi orang nomor satu di partai bintang itu, tapi Husnie dan Aisyah Aminy tersingkir. Di sini, menurut sumber tadi, konon Husnie lalu membuat blunder. Ia menulis surat kepada Presiden melaporkan jalannya muktamar. Di situ ia menyinggung bahwa seorang pejabat tinggi telah mencampuri muktamar PPP. "DPP PPP sudah mengklirkan soal itu dengan pejabat tadi tapi tampaknya menampilkan Husnie di berbagai posisi di partai jadi sulit," kata sumber itu. Kini Husnie tampaknya mencoba merambat dari bawah. Husnie memang kelahiran Sleman, Yogyakarta. Tapi kata seorang tokoh PPP Yogyakarta dari unsur NU, "Biarpun begitu, ia kan sudah lama di Jakarta. Apa dia masih kenal daerah ini?" Lain lagi komentar Soeleiman Fadeli, tokoh NU dan Ketua DPW PPP Jawa Timur. "Saya nggak tahu apa karena ia tak masuk di DPP, kini ia pulang kandang," katanya. Sayang, Husnie menolak bicara. "Maaf, saya belum bersedia diwawancarai," katanya pada Aries Margono dari TEMPO di Yogyakarta, Senin pekan ini. Musywil PPP sudah berlangsung di 22 provinsi. Pembagian kursi pengurus antara unsur NU dan MI tak terlalu berbeda dengan sebelumnya. Yang pasti, para pendukung Naro, eks Ketua Umum PPP itu, tersingkir. Sebagai contoh, tumbangnya Yusuf Anwar Gofar dalam Musywil PPP Jawa Barat di Bandung 12-14 Maret yang lalu. Sebagai Ketua PPP Jawa Barat, Gofar memang setia pada Naro. Kini Gofar digantikan Dikdik Iskandar, yang sempat diskors Gofar karena menentang Naro. Amran Nasution, Wahyu Muryadi, dan Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini