Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ia suka membagi mangga dan sawo

Kra soemoharjomo, ibunda ny. tien soeharto, meninggal dunia dalam usia 88 tahun karena sakit tua di rspad gatot soebroto, jakarta. dikuburkan di pemakaman keluarga astana giri bangun, timur laut solo.

6 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

K.R.A. Soemoharjomo berpulang Sabtu pagi di RSPAD Gatot Soebroto. Almarhumah adalah ibunda Nyonya Tien Soeharto. Ia berpulang dalam usia 88 tahun karena sakit tua, meninggalkan sebelas anak -- tiga di antaranya meninggal -- 37 cucu dan 21 cicit. Sabtu siang, jenazah disemayamkan di Jalan Cendana, dipermandikan dekat teras rumah, lalu disembahyangkan di ruang tamu dengan imam K.H. Kosim Nurzeha, setelah salat lohor berjamaah. Pukul 14.00 jenazah diterbangkan dengan Hercules A-1314 dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Solo. Tiga pesawat khusus lainnya mengangkut keluarga Presiden. Tiba di Bandara Adisumarmo Solo pukul 16.25, jenazah dibawa ke Dalem Kalitan dengan mobil jenazah Garnizun 5273-lV. Sore itu, di sekitar rumah besar berarsitektur joglo itu tampak beberapa petugas berseragam militer. Begitu jenazah disemayamkan di ruang tengah, dan segenap keluarga Presiden duduk di sampingnya, para pelayat menyampaikan belasungkawa. Malam itu, sementara terdengar ayat-ayat suci Quran dan bacaan tahlil, segenap keluarga besar Presiden Soeharto melakukan tuguran -- menunggui jenazah. Malam itu Jalan Slamet Riyadi -- jalan utama Kota Solo -- tertutup bagi kendaraan umum. Sementara itu, sejumlah hotel berbintang -- antara lain Mangkoenagaran Hotel dan Kusuma Sahid Palace Hotel sudah penuh. Di antaranya dipesan untuk para menteri Kabinet Pembangunan V sejumlah tokoh bisnis. Beberapa toko kembang di Solo pun sibuk, lebih dari para rekannya di Jakarta. "Saya mendapat pesanan 75 krans ukuran besar," ujar Nyonya Soetarso, pemilik toko bunga Prawiroredjo. Toko bunga tertua di kawasan Kauman itu memang langganan Pak Harto dan para pejabat lainnya. Ribuan karangan bunga itu Minggu pagi memenuhi halaman rumah duka yang luas itu. Ada satu yang mencolok: ukuran 2 kali 2 meter warna putih kuning, kiriman pengusaha Sudwikatmono, salah seorang adik Presiden, bersama Sudono Salim dan lima pengusaha lainnya. Karangan bunga yang paling awal tiba dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII. Sekitar tujuh truk mengangkut semua krans itu ke pemakaman. Sekitar pukul 07.15, diselenggarakan upacara adat secara sederhana. Presiden dan Nyonya Tien Soeharto -- masing-masing mengenakan setelan safari hitam dan kebaya biru tua -- menata bantal dan guling kecil di sekitar jenazah. Kemudian sanak-famili terdekat meletakkan untaian bunga melati dalam peti jenazah dari kayu jati berukir itu, yang kemudian ditutup para kerabat terdekat, Ibnu Hartomo, salah seorang anak Almarhumah, tampil sebagai wakil keluarga menyampaikan ucapan terima kasih, sementara Gubernur Ja-Teng Ismail dan Wapres Sudharmono masing-masing menyampaikan kata sambutan atas nama rakyat Jawa Tengah dan pemerintah. Setelah itu, enam anggota Kopassus berbaret merah mengusung jenazah dari ruang tengah. Dan dilakukanlah upacara tradisional terobosan. Suasana sedih juga menyelimuti penduduk Kalitan. Almarhumah yang murah senyum itu akrab dengan penduduk, suka memberi buah mangga dan sawo -- yang tumbuh di halaman rumah -- kepada anak-anak kampung. "Meskipun punya menantu Presiden, Eyang tetap bersahaja. Sejak dulu tidak berubah, selalu ramah pada setiap orang," kata beberapa tetangganya yang sering menemani Almarhumah jalan-jalan pagi. Sekitar pukul 08.30 iring-iringan jenazah sepanjang satu kilometer lebih menuju ke pemakaman keluarga Astana Giri Bangun di lereng Gunung Lawu, 37 kilometer sebelah timur laut Kota Solo. Jenazah dimakamkan di samping makam Almarhum suaminya, K.R.M.T.H. Soemoharjomo. Makam yang sudah lama dipersiapkan itu ukuran 40 kali 45 meter, berdinding kayu jati berukir berselang-seling kaca, berlantai marmar. Budiman S. Hartoyo, Biro Jakarta. dan Biro Yogya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus