Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ikatan suami korban istri

Ram prakash,44, membentuk organisasi front anti kekejaman istri. anggotanya mencapai 40.000 pria. gerakan ini bukan antiwanita, melainkan menentang kekejaman para istri terhadap suami.

15 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKARANG mungkin kita paham mengapa aktor film India menyanyi sambil menangis. Rupanya pria India ditindas oleh kaum wanita. Tak jelas siapa yang ganas lebih dulu, tapi belakangan gerakan kaum wanita di sana makin kukuh melawan kekejaman pria. Cekcok ini sering menempatkan suami sebagai pecundang. Putus asa, lalu bunuh diri. Misalnya, Naresh Anand di Delhi bunuh diri akibat dilecehkan istri, ibu mertua, dan polisi. Dalam pesan tertulisnya, Anand minta agar dalam tahanan polisi keluhan kaum suami juga diselidiki. Kini polisi Delhi baru mempunyai sel untuk wanita. Diilhami kejadian tragis ini seorang pengacara, Ram Prakash, 44 tahun, membentuk organisasi Front Anti Kekejaman Istri sebagai upaya melindungi suami yang dianiaya istrinya. Mulanya, ia menjadi sekretaris jenderal, kini ketua. Pengusaha berusia 52 tahun, Jagdish Prasad, sebagai presiden, yang urusan cerainya terkatung-katung di pengadilan selama 30 tahun. Menurut Ram, organisasinya punya 400 cabang di seantero India, dan didukung sekitar 40.000 pria. Sejak berdiri tahun silam, ia sudah menerima 10.000 pengaduan dari para suami yang tersiksa. Mereka terdiri dari kaum industrialis, cendekiawan, pengacara, pegawai pemerintah, serta para jelata. Soal yang menjadi keluhan para suami itu menyangkut pelecehan pembayaran mahar oleh pihak keluarga istri. Ini dialami Ram Prakash sendiri sampai dua kali perkawinan. Kini dalam perkawinannya yang ketiga, menurut Ram, mertuanya memujinya sebagai menantu terbaik di antara menantu mereka. Gerakan ini bukan menjurus pada sikap anti wanita "Tidak ada kebencian saya terhadap wanita. Yang saya tentang adalah perangai bejat para istri," kata Ram Prakash kepada Navraj Gandhi dari TEMPO. Menurut dia, tak semua wanita itu lembut hati dan penurut. Ada yang tak punya timbang rasa. Cemburuan, memukul suami, serta memenjarakannya dengan dakwaan palsu. Sejauh ini, meski dituduh secara tak adil, para suami tak berdaya, sebab tak ada hukum yang melindungi mereka. "Baik polisi maupun pengadilan mengabulkan begitu saja kesaksian si istri," kata Ram. Membela kaumnya yang sedang terjepit, tak urung membuat nasibnya sendiri bagai telur di ujung tanduk. Ram pernah aktif sebagai anggota sebuah organisasi terkemuka di negara itu. Tapi, kini dia dan konco-konconya menjadi sasaran cerca kaum wanita. Bahkan, ketika berlangsung sidang organisasinya itu beberapa waktu lalu, sekawanan wanita menyerbu dan mengobrak-abrik ruang sidang seraya mengancam membakarnya. Kejadian itu belum membuat Ram Prakash gentar. Baru-baru ini ia menyerukan mogok makan di depan pengadilan tinggi dalam upaya membela nasib lebih dari 2.000 suami yang disebutnya tengah merana dalam penjara. Dalam heboh suami istri ini, tidak diceritakan bagaimana nasib anak-anaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus