Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kampanye presiden lewat lusi

Salah satu penumpang dalam kapal lusitania expresso adalah bekas presiden portugal, jendral antonio ramalho eanes. ia mengatas namakan diri, bukan pemerintah portugal. kini popularitas eanes naik.

21 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI antara seratus tiga puluh dua penumpang Lusitania Expresso ada seorang tamu superVIP dari Portugal. Ia memang bukan tokoh sembarangan: Jenderal Antonio Ramalho Eanes, bekas Presiden Portugal yang sempat memerintah selama sepuluh tahun, 1976-1986. Sedikit banyak, Eanes tak terelakkan lagi lantas jadi andalan bagi penyelenggara misi ini, Missao Paz Em Timor, untuk menggaet perhatian media massa dunia. Jadinya terasa ada sedikit pertentangan di sini. Di satu sisi, Eanes sejak awal selalu menyatakan bahwa keikutsertaannya dalam pelayaran ini adalah atas nama pribadi dan tak ada hubungannya dengan kapasitasnya sebagai bekas presiden, atau dengan pemerintah Portugal. Dalam berbagai tindakannya di kapal, Eanes kadang juga mengesankan demikian. Misalnya saja ketika Lusitania akhirnya memutuskan kembali lagi ke Darwin. Ketika ditanya TEMPO, apa keputusan yang diambilnya, Eanes hanya menjawab sepintas saja, "Saya bukan pemimpin misi ini, saya tak berwenang," katanya. Sekalipun demikian, kharisma Eanes sebagai seorang tokoh nasional Portugal tak pelak lagi membawanya ke posisi penting. Ia seolah-olah pemimpin informal yang menjadi anutan seluruh penghuni kapal. Eanes hampir selalu berada di tengah-tengah para pengambil keputusan di saat-saat gawat. Suaranya tentu saja menjadi pertimbangan banyak orang penting di kapal itu. Misalnya saja ketika Lusitania bertemu untuk pertama kalinya dengan KRI Ki Hadjar Dewantara, Selasa malam. Eanes segera saja ikut bergabung di dek kapal. Dalam suasana yang amat tegang itu -- maklum, mereka berada di bawah bayang-bayang KRI Ki Hadjar Dewantara -- Eanes masih sempat menyebut-nyebut kemungkinan meneruskan perjalanan ke Dili. Di tengah kerumunan wartawan Portugal yang selalu mengelilinginya, kharisma Eanes makin melambung. Di sinilah sebenarnya ada sedikit kesalahan Eanes dan orang-orang Missao Paz Em Timor. Eanes bisa dibilang tak pernah berupaya menjalin hubungan dengan para wartawan dari media internasional. Bahkan Eanes sendiri sempat menyulut pertikaian. Suatu saat ia hendak menyalip antrean telepon yang memang selalu padat di kapal. Seorang wartawati Australia, yang sudah lama menunggu, tak rela gilirannya diserobot Eanes. Maka pecahlah keributan karena wartawan-wartawan Portugal yang menyertai Eanes tersinggung melihat tokoh pujaannya tak dihormati. Suasana makin runyam ketika koordinator media, David Stewart, ikut kehilangan kesabaran. "Kalau tak bisa bekerja sama dengan damai, keluar dari ruangan ini!". Eanes terpaksa keluar ruangan dengan muka malu diiringi para wartawan Portugal yang bermuka masam. Kepada TEMPO, Eanes kemudian sempat menjelaskan beberapa hal, mengapa Portugal masih tetap mempermasalahkan integrasi Timor Timur dengan Indonesia. "Kami betul-betul ingin membantu memperbaiki situasi di Tim-Tim. Portugal ingin berdialog dengan Indonesia, bersama-sama dengan wakil Tim-Tim," kata Eanes. Eanes tak membantah ketika diberitahukan bahwa situasi di Tim-Tim sekarang sebenarnya sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan zaman penjajahan Portugal dulu. Kala itu, sampai diskriminasi rasial pun keras diberlakukan. Beberapa tempat untuk pribumi dan orang Portugis pun dipisahkan seperti di Afrika Selatan sekarang. Namun, Eanes toh tetap ngotot berpendapat bahwa masalah Tim-Tim lebih bagus jika diselesaikan lewat pengambilan keputusan sendiri oleh rakyat Tim-Tim. Satu lagi alasan Eanes adalah, Indonesia semestinya tak perlu lagi takut bahwa Tim-Tim akan dikuasai komunis, suatu hal yang memang menjadi kekhawatiran Jakarta ketika perang saudara di Tim-Tim meletus di tahun 1976. "Komunisme di seluruh dunia sudah runtuh, jadi alasan bahwa kelompok antiintegrasi akan menjadikan Tim-Tim negara komunis sudah tidak sesuai lagi," tutur Eanes. Namun, Eanes tak bersedia menjawab ketika ditanyai sekali lagi, apakah ia yakin betul bahwa Fretilin bukan penganut paham komunisme. Tak hanya itu pertanyaan yang tak dijawab Eanes. Ia, misalnya, hanya senyum-senyum saja ketika ditanya, mengapa Portugal meninggalkan Tim-Tim begitu saja -- dengan tidak bertanggung jawab -- ketika perang saudara meletus. Eanes juga enggan menjawab ketika dicecar bahwa Portugallah yang sebenarnya menolak pemungutan suara tentang Tim-Tim di sidang Majelis Umum PBB. Seandainya pemungutan itu jadi dilaksanakan, persoalan Tim-Tim tentu sudah selesai. Sekarang, setelah misi pelayaran Lusitania Expresso ini gagal, Eanes tak bisa berbuat apa-apa kecuali pulang ke Portugal. Namun, banyak orang berpendapat, Eanes sudah mengantongi keuntungan publisitas yang cukup besar di dalam negerinya. Eanes diperkirakan akan tampil lagi mencalonkan diri ikut bertarung dalam pemilihan presiden 1996 nanti. Dengan mengikuti misi yang mulanya diperhitungkan cukup berbahaya ini, popularitas Eanes di Portugal benar-benar melambung tinggi saat ini. Terlebih lagi di kalangan anak-anak muda idealis yang gemar mempersoalkan masalah-masalah kemanusiaan, seperti penyelenggara misi Lusitania ini. Sebagian wartawan Portugal pun tak menyembunyikan dukungan mereka pada Eanes. Juao Pedro, seorang wartawan kantor berita LUSA, menegaskan dengan mantap, "Saya akan mendukung Eanes jika ia betul-betul mencalonkan diri nanti," katanya. Sekarang pekerjaan Eanes tinggal satu: mempertahankan popularitasnya agar tetap di atas angin. YH & Dewi Anggraeni (Darwin)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus