Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRAMONO Anung akan mengulang strategi Joko Widodo ketika memenangi pemilihan kepala daerah Jakarta pada 2012. Jokowi, yang saat itu masih kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menggunakan jurus blusukan atau turun ke masyarakat untuk memenangi pilkada Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini Pramono yang berpasangan dengan Rano Karno akan menggunakan jurus serupa untuk meraih simpati warga Jakarta. Pramono dan Rano merupakan kader PDI Perjuangan. Sekretaris Kabinet itu mengatakan ia dan Rano akan lebih sering turun ke masyarakat untuk mengetahui persoalan warga Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau melihat persoalan Jakarta, enggak bisa diselesaikan hanya secara teoretis, tapi juga harus ke lapangan,” kata Pramono di Halte Bundaran Hotel Indonesia, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Pramono-Rano mulai menyambangi warga Jakarta setelah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Misalnya, Pramono menjajal moda transportasi umum mass rapid transit atau MRT Jakarta pada Sabtu lalu. Setelah mencobanya, Pramono mencatat sejumlah permasalahan pengguna MRT. Permasalahan itu di antaranya penumpang membutuhkan waktu yang lama saat akan keluar di pintu akses MRT, padahal mereka sudah menempelkan kartu elektroniknya atau melakukan tap. “Apa yang saya lakukan hari ini adalah benar-benar mengecek lapangan,” ujarnya.
Juru bicara PDIP, Chico Hakim, mengklaim blusukan merupakan upaya khas partainya untuk mengetahui dan menyerap langsung aspirasi masyarakat. Ia mengatakan jagoan PDIP di pilkada memang diwajibkan blusukan untuk memahami permasalahan di masyarakat dibanding menyebar banyak spanduk dan baliho. “Itu sudah tugas wajib bagi kader PDIP,” ucapnya.
Di samping Pramono, bakal calon gubernur Ridwan Kamil juga gencar mendekati warga Jakarta jauh sebelum mendaftar ke KPU. Bahkan tim pendukung mantan Gubernur Jawa Barat itu sudah terbentuk saat Partai Golkar dan Partai Gerindra menugaskannya menjadi calon gubernur di Jakarta.
Ahad, 1 September 2024, Ridwan menghadiri deklarasi tim pendukungnya bernama Relawan Berkah di Bambu Apus, Jakarta Timur. Di sana, ia pun membeberkan sejumlah janjinya kepada warga Jakarta. “Kami ingin Jakarta adil dan merata. Terbebas dari polusi. Kami ingin di Jakarta antara tempat bekerja dan domisili tidak terlalu jauh. Kami ingin membawa kemerataan," katanya.
Pramono-Rano diusung PDIP dan Partai Hanura dalam pilkada Jakarta. Rival pasangan calon ini adalah jagoan Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus dan pasangan calon perseorangan. Jagoan KIM plus tersebut adalah Ridwan Kamil-Suswono. Mereka diusung koalisi gemuk, yaitu Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Gelora, Partai Garuda, Partai Persatuan Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Kebangkitan Nusantara. Lalu pasangan calon dari jalur perseorangan adalah Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto. Ketiga pasangan ini sudah mendaftar ke KPU Jakarta pekan lalu.
Pilkada Jakarta menarik perhatian karena masih menjadi barometer politik nasional. Awalnya KIM ingin menggandeng semua partai pemilik kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta untuk bergabung dalam satu koalisi yang disebut KIM plus. Saat itu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota atau UU Pilkada masih mengatur hanya partai pemilik kursi di DPRD yang dapat mengusung pasangan calon. Lalu ambang batas pencalonan adalah 20 persen kursi di DPRD atau 25 persen dari total perolehan suara sah.
Aturan itu membuat PDIP tak bisa mengusung pasangan calon tanpa berkoalisi karena tak memenuhi ambang batas. Kondisi serupa dialami partai berlambang banteng moncong putih itu dalam pilkada di sejumlah provinsi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara.
Peluang PDIP terbuka lebar setelah Mahkamah Konstitusi menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah. Putusan MK yang terbit pada 20 Agustus 2024 itu mengatur ambang batas pencalonan sebesar 6,5-10 persen perolehan suara sah. Ambang batas ini disesuaikan dengan jumlah penduduk di setiap wilayah. MK juga membolehkan partai nonparlemen di Jakarta mengusung pasangan calon. Putusan tersebut membuyarkan skenario KIM, khususnya dalam pilkada di provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak.
Peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan duet Pramono-Rano menjadi kejutan dalam pilkada Jakarta. Sebab, nama keduanya tak terdengar akan diusung PDIP di Jakarta. PDIP baru memutuskan satu hari sebelum mendaftar ke KPU, yaitu pada 26 Agustus 2024. Mantan Gubernur Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, yang sebelumnya akan dicalonkan PDIP, justru batal diusung.
Usep mengatakan PDIP akan bekerja keras untuk memenangi Pramono-Rano di Jakarta karena elektabilitas mereka masih rendah. Bahkan elektabilitas Pramono belum mampu mengimbangi tingkat keterpilihan Ridwan Kamil. Apalagi Ridwan-Suswono diusung koalisi gemuk.
Ia juga menilai posisi PDIP kurang menguntungkan meski berada di posisi kedua di Jakarta dalam Pemilihan Umum 2024. Sebab, nama dengan elektabilitas tertinggi di Jakarta, Anies dan Ahok, batal diusung partai ini. Kedua nama tersebut sebelumnya menguat akan diusung PDIP. “Ada kemungkinan suara pendukung Anies Baswedan tidak terakomodasi ke PDIP,” kata Usep.
Politikus Dedi Mulyadi di Jakarta, 25 Juni 2024. TEMPO/Febri Angga Palguna
Pilkada Jawa Barat
Suasana menegangkan terasa di kantor DPD PDIP Jawa Barat menjelang penutupan pendaftaran pasangan calon ke KPU. Beberapa jam sebelum penutupan, PDIP belum juga memastikan pasangan calon yang akan diusung.
Awalnya, mereka akan mengusung Anies setelah batal maju di Jakarta. Anies akan diduetkan dengan Ono Surono, Ketua DPD PDIP Jawa Barat. Namun Anies tak bersedia diusung dalam pilkada Jawa Barat. PDIP lantas mengganti pasangan calon yang akan diusung, yaitu Jeje Wiradinata dan Ronal Sunandar Surapradja. Jeje adalah mantan Bupati Pangandaran. Sedangkan Ronal merupakan komedian dan aktor.
Jeje-Ronal akan bertarung dengan tiga pasangan calon lain dalam pilkada Jawa Barat, yaitu Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina, serta Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie. Dedi-Erwan diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, PSI, PBB, Partai Gelora, dan Partai Perindo. Syaikhu-Ilham diusung Partai NasDem, PKS, dan PPP. Sedangkan Acep-Gitalis diusung PKB.
Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan kans PDIP untuk memenangi pilkada Jawa Barat sangat tipis jika melihat komposisi pasangan calon yang diusung. Alasannya, elektabilitas Jeje kalah jauh oleh Dedi dan Syaikhu.
Dedi juga sudah lama bersosialisasi untuk maju di Jawa Barat. Di samping itu, Gerindra sebagai pengusung Dedi merupakan pemenang pertama Pemilu 2024 di Jawa Barat, lalu disusul PKS. “Menurut saya, PDIP tidak mengincar kemenangan, melainkan eksistensi saja,” ujar Ujang.
Chico Hakim menepis tudingan bahwa PDIP hanya mengejar eksistensi dalam pilkada Jawa Barat. Ia berdalih, keputusan mengusung Jeje-Ronal sudah melalui pertimbangan matang serta didasarkan pada aspirasi masyarakat. PDIP, kata Chico, menilai keduanya merupakan kader partai yang berpihak pada wong cilik. “Kami tidak berpatokan pada hasil survei. Kami prioritaskan kader dan kejar kemenangan,” ucapnya.
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Jenderal TNI (Purnawirawan) Andika Perkasa (kedua dari kiri) dan Hendrar Prihadi, disambut tarian tradisional saat akan mendaftar di kantor Komisi Pemilihan Umum Jawa Tengah, Semarang, 27 Agustus 2024. ANTARA/Makna Zaezar
Pilkada Jawa Tengah
Serupa di Jawa Barat, PDIP baru mengumumkan jagoan yang diusung dalam pilkada Jawa Tengah menjelang pendaftaran pasangan calon kepala daerah ke KPU. PDIP mengusung Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi. Andika adalah mantan Panglima Tentara Nasional. Sedangkan Hendrar merupakan mantan Wali Kota Semarang, yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Di sini, jagoan PDIP tersebut akan berduel dengan pasangan calon dari KIM plus, yaitu Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen. Lutfhi adalah mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Sedangkan Taj Yasin merupakan mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai peluang PDIP memenangi pilkada Jawa Tengah lebih kecil dibanding Luthfi-Yasin. Sebab, komposisi pasangan calon yang diusung PDIP adalah nasionalis-nasionalis. Sedangkan Luthfi-Yasin merupakan perpaduan nasional-religius.
“Latar belakang kedua pasangan beririsan, tapi lawan PDIP yang nasional dan religius berpeluang memperoleh ceruk suara lebih banyak,” kata Agung.
Ia juga menilai faktor Jawa Tengah sebagai kandang banteng atau basis suara PDIP tak akan berpengaruh signifikan terhadap Andika-Hendrar. Agung mencontohkan hasil pemilihan presiden 2024. Jagoan PDIP, yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud Md., justru kalah telak oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung KIM dalam pemilihan presiden.
Agung mengatakan ceruk suara Hendrar sebagai mantan kepala daerah hanya berada di Semarang dan sekitarnya. Sedangkan kawasan Solo Raya—Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten—ada kemungkinan sulit dimenangi jagoan PDIP. Kawasan Solo Raya menjadi penyumbang terbesar perolehan suara Prabowo-Gibran di Jawa Tengah. Presiden dan wakil presiden terpilih ini menjadi pendukung Luthfi-Yasin.
Chico Hakim berdalih bahwa partainya punya banyak strategi untuk memenangi pilkada Jawa Tengah. Ia optimistis Andika-Hendrar akan mampu memenangi pilkada. “Mesin politik kami di Jawa Tengah juga masih panas. Karena itu, kami yakin menang,” ucapnya.
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi (kedua dari kiri) dan Hasan Basri Sagala, berjalan menuju kantor Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara di Medan, 29 Agustus 2024. ANTARA/Yudi Manar
Pilkada Sumatera Utara
Agung Baskoro berpendapat, keputusan PDIP mengusung pasangan calon Edy Rahmayadi-Hasan Basri dalam pilkada Sumatera Utara merupakan strategi terbaik untuk mengalahkan jagoan KIM plus, yaitu Bobby Afif Nasution-Surya. Edy adalah mantan Gubernur Sumatera Utara yang memiliki basis suara kuat di sana. Sedangkan rivalnya, Bobby, merupakan Wali Kota Medan dan menantu Presiden Jokowi.
“Persaingannya akan ketat di Sumatera Utara,” kata Agung.
Keputusan terbaik PDIP lainnya adalah mengusung Airin Rachmi Diany dalam pilkada Banten. Mantan Wali Kota Tangerang Selatan dan kader Golkar itu memiliki elektabilitas tertinggi di Banten. Elektabilitas Airin unggul jauh dari rivalnya, Andra Soni-Dimyati Natakusumah—jagoan KIM plus.
“Berdasarkan survei sementara kami, elektabilitas Airin mencapai 60 persen lebih,” kata peneliti politik Populi Center, Usep Saepul Ahyar.
Di Banten, PDIP berkoalisi dengan Golkar mengusung Airin-Ade Sumardi. Sedangkan Andra-Dimyati diusung koalisi gemuk yang dimotori oleh Gerindra.
Menurut Usep, keputusan Golkar menarik dukungan dari Andra-Dimyati lalu beralih mengusung Airin-Ade bakal mengikis pendukung jagoan KIM plus itu di Banten. Sebab, Golkar merupakan pemenang Pemilu 2024 di Banten.
“Golkar memiliki banyak suara di Banten. Dengan koalisi ini, PDIP berada di posisi aman untuk menang,” ujarnya.
Chico Hakim mengatakan PDIP sudah lama menggagas koalisi dengan Golkar dalam pilkada Banten. Partainya pun memilih Airin karena elektabilitasnya paling tinggi di Banten. “Kami melihat aspirasi publik cenderung menginginkan Airin yang maju,” ucapnya.
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini dan Zahrul Azhar Asumta, saat pendaftaran di kantor Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur, Surabaya, 29 Agustus 2024. ANTARA/Rizal Hanafi
Pilkada Jawa Timur
Dalam pilkada Jawa Timur, PDIP mengusung kader terbaiknya di sana, yaitu Tri Rismaharini, sebagai calon gubernur. Risma adalah mantan Wali Kota Surabaya yang sekarang menjabat Menteri Sosial. Risma berpasangan dengan Zahrul Azhar Asumta.
Rival mereka adalah pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak serta Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Hakim. Khofifah-Emil diusung KIM plus. Sedangkan Luluk-Lukamnul diusung PKB.
“Kami tetap prioritaskan kader, apalagi kader kami potensial,” kata Chico Hakim.
Chico optimistis Risma dapat mengimbangi Khofifah di Jawa Timur. Khofifah-Emil merupakan mantan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur. Hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Khofifah lebih tinggi dibanding Risma.
Agung Baskoro memprediksi persaingan tiga pasangan calon tersebut akan sangat ketat di Jawa Timur. Ketiga bakal calon gubernur sama-sama memiliki basis pendukung yang kuat. Misalnya, Khofifah dan Luluk sama-sama anggota Nahdlatul Ulama, organisasi keagamaan Islam yang anggotanya banyak berada di Jawa Timur. “Kemenangannya akan ditentukan oleh bagaimana mesin politik partai bekerja, khususnya dalam menggaet warga nahdliyin,” ucap Agung.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan jagoan KIM di sejumlah daerah sudah memiliki strategi khusus untuk memenangi pilkada. “Pasangan calon yang diusung KIM akan turun mendengarkan dan langsung melayani masyarakat soal apa saja yang mereka butuhkan,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Savero Arista Wienanto berkontribusi dalam penulisan artikel ini