Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan terus terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan selama beberapa pekan terakhir. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika wilayah Pekanbaru, Sukisno, mengatakan, dari pemantauan satelit Tera dan Aqua, terlihat adanya peningkatan titik panas yang terindikasi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera yang mencapai 193 titik. "Sumatera Selatan menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak mencapai 65 titik," kata Sukisno, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sukisno mengatakan, selain Sumatera Selatan, titik panas terekam di wilayah Riau sebanyak 61 titik, kemudian 24 titik di Bangka Belitung. Di Lampung juga terpantau sembilan titik panas, sedangkan di Sumatera Barat terdapat dua titik. Saat ini di sejumlah wilayah Riau mulai diselimuti kabut asap tipis. Dampaknya, jarak pandang menurun hingga tinggal 4 kilometer pada Jumat lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sukisno, kabut asap di Riau diakibatkan banyaknya kebakaran lahan dan hutan di sana. Minimnya curah hujan di Riau bagian selatan mengakibatkan banyaknya kebakaran hutan dan lahan. Khususnya terjadi di Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, dan Pelalawan. Meskipun saat ini memasuki musim hujan, permulaan hujan baru terjadi di wilayah Riau bagian utara dan barat. "Sedangkan di wilayah selatan, curah hujan masih rendah," ujarnya. Kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Kalimantan. Bahkan sebagian wilayah Kalimantan Tengah, seperti Kota Palangka Raya, Sampit, Kotawaringin Timur, dan Buntok di Barito Selatan, sempat diselimuti kabut asap.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, Yayu Indiryati, telah mengimbau masyarakat untuk berhatihati dan selalu mengenakan masker guna mencegah gangguan pernapasan. Dinas kesehatan setempat, kata dia, segera membagikan ribuan masker secara gratis kepada masyarakat.
"Setelah adanya hujan beberapa waktu lalu, kabut asap sempat menghilang, namun sekarang mulai lagi," kata dia, kemarin. Ia mencatat, pada dua bulan lalu, kasus infeksi saluran pernapasan akut di Kalimantan Tengah meningkat sekitar 30 persen.
Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Nur Hidayati, mengatakan, pada Agustus lalu, lembaganya menyusun kajian tentang kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kajian itu menunjukkan kebakaran tidak hanya terjadi karena faktor musim kemarau. "Patut diduga pembakarannya sengaja," kata dia. RIYAN NOFITRA | KARANA W.W. | DANANG FIRMANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo