Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kemenkes: Waspadai Dampak Kesehatan Akibat Suhu Panas

Selain adanya potensi peningkatan kasus demam berdarah, suhu panas disertai angin kencang saat kering, akan menyebabkan partikel debu tetap bertahan.

25 Oktober 2019 | 18.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk mewaspadai dampak kesehatan yang dapat muncul seiring dengan kondisi panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.

"Ada kenaikan angka kasus yang terkait dengan perubahan cuaca," kata Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. Achmad Yurianto dalam temu media di Kemenkes, Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan pada kondisi tertentu dan pada kelembapan tertentu serta suhu tertentu, populasi nyamuk meningkat dengan cepat.

Jika nyamuk tersebut merupakan vektor penyakit, ia memperkirakan pada periode suhu panas ini akan ada peningkatan kasus demam berdarah, cikungunya, malaria dan lain sebagainya, meski jumlahnya tidak signifikan.

"Kecuali jika (angka kasus) dua kali lipat dari kondisi sebelumnya, baru disebut kejadian luar biasa (KLB)," katanya.

Selain adanya potensi peningkatan kasus demam berdarah, suhu panas yang disertai angin kencang saat kering akan menyebabkan partikel debu tetap bertahan.

Hal tersebut akan cukup signifikan meningkatkan kasus gangguan pernapasan, dari yang sederhana diawali dengan alergi yang kemudian dapat memunculkan influensa like illness (ILI) hingga infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) jika disertai dengan alergi.

"Angka-angka ini naik semuanya. Terlebih jika ada perilaku yang memanfaatkan panas terik dengan membakar gambut sehingga menyebabkan kabut asap," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena suhu panas akan terus terjadi hingga sepekan ke depan di sebagian besar wilayah Indonesia.

"Fenomena suhu panas tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain karena titik kulminasi matahari yang masih berada di wilayah Jawa ke daerah selatan dan kondisi cuaca cerah di wilayah Indonesia yang saat ini masih mendominasi," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam kesempatan yang sama.

Cuaca cerah tersebut terjadi karena karena ada fenomena anomali suhu dingin di wilayah perairan Indonesia yang menyebabkan pertumbuhan awan hujan sangat sulit terbentuk di Wilayah Sumatera, Jawa dan sekitarnya.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus