Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Awal mula Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat disingkat Kostrad pada 1961 tak lepas dari Papua Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dan nama Soeharto punya riwayat penting dengan kesatuan di tubuh TNI AD ini. Sebelum menjadi panglima pertama di Kostrad atau Pangkostrad, Mayor Jenderal Soeharto didapuk menjadi Ketua Korps Tentara I atau Cadangan Umum Angkatan Darat (Korra/Caduad).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir situs resmi kostrad.mil.id, kesatuan yang menjadi cikal bakal Kostrad ini dibentuk pada 6 Maret 1961 oleh AH. Nasution melalui skep Kasad No. KPTS.1067/12/1960 tgl. 27 Desember 1960.
Pada 11 Desember 1961, Dewan Pertahanan Nasional resmi dibentuk dan mencetuskan Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno.
Menurut buku Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (1979), pada sidang Depertan di Yogyakarta tanggal 19 Desember 1961, Bung Karno mencetuskan ide tentang Trikora.
Melalui Trikora inilah, operasi militer untuk membebaskan tanah Papua Barat alias Irian Barat dari rongrongan pihak Belanda dimulai. Dikutip dari buku berjudul Kesaksian Tentang Bung Karno (1999), tujuan utama daripada Trikora ini adalah menggagalkan negara boneka Papua dan menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.
Lebih lanjut, Bung Karno membentuk Komando Mandala pada 2 Januari 1962 dengan menunjuk Mayjen Soeharto sebagai panglima.
Dalam menjalankan misi Komando Mandala itu, Soeharto memiliki tenggat waktu tujuh bulan, terhitung sejak Januari, untuk menyusun kekuatan hingga harus mengibarkan bendera Merah-Putih di Irian Barat. Berdasarkan catatan Arsip Perjuangan Pembebasan Irian Barat 1949-1969, Soeharto menyusun tiga rencana. Di antaranya, yaitu membentuk pasukan gabungan, membangun pangkalan, dan memonitor kekuatan Belanda.
Tak hanya itu, Soeharto yang dikenal sebagai panglima kalem dan murah senyum ini juga melancarkan operasi-operasi militer untuk pembebasan Irian Barat. Operasi ini terbagi menjadi tiga fase.
Pertama, Fase Infiltrasi yang dilakukannya hingga akhir tahun 1962. Pada fase ini terjadi serangan terbuka bernama Operasi Jayawijaya. Soeharto mengerahkan 10 kompi ke sekitar sasaran tertentu untuk membentuk daerah bebas de facto.
Kedua, mengadakan serangan terbuka terhadap pasukan militer Belanda yang dimulai pada awal 1963 (Fase Eksploitasi). Misi utamanya adalah menduduki semua pos pertahanan penting dari pihak lawan. Atas serangan ini, Belanda mulai gentar dan akhirnya menyerah tanpa syarat. Penyerahan Irian Barat dilakukan pada 1 Maret 1963, ditandai dengan dikibarkannya bendera Merah-Putih di Irian Barat.
Ketiga, setelah Pasukan Komando Mandala berhasil mengalahkan militer Belanda, Soeharto melakukan Fase Konsolidasi pada awal 1964 dalam tajuk operasi Wisnu Murti. Tujuan utama fase ini adalah menegakkan kekuasaan NKRI seutuhnya secara mutlak di Irian Barat dari campur tangan pihak Belanda.
HARIS SETYAWAN