Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah Sungai Susu

Koperasi susu di jawa tengah dan jawa timur kelebihan produksi. 2 ton susu dibuang ke sungai tiap hari. kampanye meningkatkan produksi berhasil. tapi pemasarannya tidak dipersiapkan dengan baik. (nas)

17 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KISAH sungai yang mengalirkan susu ternyata bukan cuma ada dalam kitab suci. Beberapa sungai di daerah Malang, Jawa Timur, dan Boyolali, Jawa Tengah, kini benar-benar dialiri air susu. Itu gara-gara pabrik pengolahnya tidak mampu menampungnya. "Sejak akhir Juni lalu kami memang kelebihan produksi," kata Bambang W., Sekretaris Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE) Pujon, Malang kepada TEMPO. Sedikitnya 2 ton susu basi diceburkan ke Sungai Konto di dekatnya saban hari dan setengah ton lagi dibagikan cuma-cuma kepada orang di sekitarnya. "Celakanya, kami belum siap memanfaatkan susu yang berlebihan itu misalnya dengan mengkristalkan atau mengawetkan sendiri," kata pengurus koperasi yang menghimpun 2.338 peternak sapi perah itu. Selama ini, koperasi SEA Pujon daerah yang beken penghasil susu sejak zaman Belanda -- tiap hari menyetor 22 ton (sekitar 19.500 liter) ke pabrik susu bubuk PT Food Specialities Food (Nestle) di Waru, Surabaya. Sedang susu yang dikumpulkan dari anggota sehari bisa mencapai 25 ton. Perusahaan susu Penanaman Modal Asing (PMA) asal Swedia itu tidak mampu menyedot seluruhnya --konon -- karena izin perluasan pabrik belum turun dari BKPM. Padahal pabrik susu merk Dancow, Lactogen dan Milo itu kini sudah menampung sekitar 65.000 liter sehari. Kecuali datang dari Koperasi SAE, susu segar juga dibeli dari beberapa koperasi di sekitar Surabaya. Koperasi Grati Sidoarjo mendapat jatah 8,5 ton, Koperasi Nongkojajar Pasuruan 23 ton (20.000 liter) --termasuk 2.800 liter titipan KUD Susu Model Boyolali, Ja-Teng, dan KUD Batu Malang 13,5 ton. Koperasi SAE Pujon membeli susu berkadar lemak 3% dari peternak Rp 227 dan penjualnya ke pabrik Rp 258 per liter. Ini berarti Rp 40 lebih mahal dibanding susu impor yang sudah dikeringkan dan mutunya lebih baik. Akibat penolakan Nestle itu, Koperasi SAE tiap hari terpaksa "membuang" Rp 0,5 juta ke kali. Hitung-hitung, sejak 28 Juni sampai pertengahan bulan ini, koperasi itu sudah menyalurkan sedikitnya 30 ton susu ke sungai. Bahkan KUD Batu belakangan juga ikut-ikutan membuang rata-rata sehari 250 liter. Agaknya, pembuangan susu ke sungai ini -- untuk sementara terutama -- belum memukul peternak. Koperasi sudah "teken kontrak" menampung hasil produksi mereka ditambah "setoran wajib" 3 liter sehari untuk seekor sapi yang dibeli peternak dengan kredit. "Semua kerugian itu ditanggung koperasi," kata Suardi, seorang peternak anggota Koperasi SAI. Walau tidak laku dijual, para peternak toh tetap memeras puting sapinya. "Kalau tidak diperah, sapi bisa sakit. Ini merugikan kami," tambah Suardi. Musibah "banjir" susu di sungai menimpa KUD Susu Model di Boyolali lebih awal. Sejak Mei 1982, rata-rata 3. 200 liter susu basi dibuang ke kali. KUD yang dipuji dan diresmikan Menmud Koperasi Bustanil Arifin 21 Juli 1980 itu sehari mampu menampung 10.000 liter dari 1.600 sapi milik anggotanya. Dengan modal Rp 28 juta, KUD ini sebenarnya sudah memiliki 8 unit mesin pendingin susu yang menampung 9.700 liter. "Tapi kemampuan menyimpan cuma tahan 3 hari," kata seorang pengurusnya. Tidak pelak lagi, KUD Susu di Boyolali -- daerah penghasil susu jenis sapi Frisian Holstein sejak zaman penjajahan itu -- menjadi pusing mengurusi susu yang ditampungnya. Soalnya, pabrik langganannya PT Sari Husada Yogyakarta cuma mampu menyedot 4.000 liter dengan harga Rp 265 per liternya. Selebihnya, 2.800 liter dilempar ke Nestle di Surabaya lewat Koperasi Setiakawan Nongkojajar, Pasuruan. Akibat mengalirnya susu basi ke sungai itu, gubernur Ja-Tim dan Ja-Teng menjadi sibuk. Gubernur Soenandar Prijosoedarmo minggu lalu kontan memanggil Ketua Koperasi SAE Pujon, Kalam Tirtorahardjo. Sedang Gubernur Ja-Teng Soepardjo Roestam turun tangan mendatangi KUD Susu Model di Boyolali. Bukan cuma mengusut sebab-musabab dibuangnya 3.200 liter susu ke sungai. Sang gubernur juga membentuk tim untuk meneliti mengapa pengurus kolerasi tidak becus mencari pasaran dan menelusuri "salah urus" manajemennya. "Kami harus memeriksa dengan teliti, agar tidak salah menentukan diagnosa," kata pimpinan tim Imam Kamal kepada TEMPO. Penyebab "banjir susu" di sungai itu kelihatannya bukan hanya penolakan pabrik yang mengolah. Kampanye meningkatkan produksi susu segar dengan mengimpor sapi perah boleh dibilang berhasil, tetapi pemasarannya belum dipersiapkan dengan baik. Koperasi susu selama ini ternyata cuma mengandalkan pemasarannya pada pabrik susu yang memang diwajibkan pemerintah membeli sebagian bahan bakunya dari koperasi. Yang dikhawatirkan ialah menjalarnya "banjir susu" di sungai itu ke daerah lain. Peternak sudah mulai was-was karena beberapa pabrik penampungnya berniat mengerem pembelian. Untuk itu mereka berniat meliburkan produksinya selama Lebaran. Tidak kurang dari Presiden Soeharto sendiri meminta agar pabrik susu tidak perlu tutup pada hari raya Idul Fitri. "Presiden menghimbau para pengusaha pabrik susu untuk ikut merasakan kepentingan rakyat kecil," kata Menmud Koperasi Bustanil Arifin seusai menemui Presiden di Bina Graha minggu lalu. Bayangkan, sedikitnya 400 ribu liter akan mubazir yang mengakibatkan kerugian peternak sekitar Rp ] 20 juta bila pabrik susu benar-benar libur lebaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus