Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pipa saluran air baku Perusahaan Umum Daerah atau PDAM Tirtawening Kota Bandung pecah dan menimbulkan ledakan. Kejadian itu membuat dua rumah warga di atasnya porak poranda. “Katanya kalau sudah beres perbaikan pipanya, rumah kami akan dibangun lagi,” kata Bambang, salah seorang korban saat ditemui di lokasi, Kamis 6 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekuatan air tidak hanya merobohkan dua rumah. Sebuah mobil yang diparkir sempat terseret arus. Begitu pun dua sepeda motor hingga masuk ke sungai namun berhasil dievakuasi oleh warga. Derasnya air menurut Lurah Cibangkong, Asep Supriatna, juga menjebol kirmir atau tembok sungai. Puingnya yang roboh menutupi setengah badan sungai sepanjang belasan meter. “Kalau begini saya juga takut nanti warga kebanjiran dari luapan sungai,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luapan air menurut warga baru surut sekitar dua jam kemudian setelah penyaluran air baku dari Pangalengan ditutup. Perumda Tirtawening dengan bantuan dari pemerintah, dinas terkait dan kewilayahan akan segera menyelesaikan perbaikan. Menurut petugas PDAM di lokasi, perbaikan pipa ditargetkan selama tiga hari hingga sepekan hingga tahap normalisasi aliran air kembali terhitung sejak Kamis, 6 Juni 2024.
Pipa yang pecah dan meledak itu berdiameter 90 sentimeter. Saat kejadian, tekanan air pada pipa yaitu 7,6 bar, sehingga air yang terbuang sebanyak 700 liter per detik. Pipa transmisi PDAM yang meledak itu sudah berumur tua yaitu 50 tahun. Menurutnya perlu evaluasi menyeluruh untuk mencegah kejadian serupa di masa datang.
Adapun lokasi kejadian berada di area pemukiman padat di pinggir cabang Sungai Cikapundung, tepatnya di Jalan Maleer Utara pada Rabu sore, 5 Juni 2024, sekitar pukul 16.00 WIB. Dari deretan rumah warga, hanya hunian Bambang dan tetangganya yang terdampak parah hingga bangunan dua lantai milik mereka roboh. “Rumahnya roboh karena digerus air pipa PDAM yang keluar deras,” ujar Bambang.
Rumahnya yang berukuran 5 x 6 meter dihuni oleh empat orang, pun tetangganya. Puing dari bagian atap hingga tembok yang ambruk dikumpulkan di depan rumah. Sementara bagian lantainya telah berlubang besar hingga terlihat pipa saluran air yang melintang sekitar 1,5 meter di bawah rumah. “Dulu waktu beli rumah tahun 1988 nggak tahu ada pipa PDAM di bawahnya,” kata Bambang. Jalur pipa itu terlihat menerus hingga di atas sungai lalu masuk lagi ke bawah rumah warga.
Dari pipa yang pecah itu, air seketika membanjiri rumah korban hingga meluber ke puluhan rumah sekitarnya. Ketinggian banjir menurut keterangan sejumlah warga hingga mencapai lutut orang dewasa. Beberapa saat sebelumnya kata Bambang, dia mendengar tiga kali bunyi ledakan dari kecil hingga melebihi suara ban meletus. “Ada suara gemuruh juga seperti suara mesin,” ujar dia.
Keluarganya dan tetangga bergegas menyelamatkan diri ke luar rumah. Warga sekitar pun heboh dan panik menghadapi banjir yang mendadak itu. Sebagian berlarian masuk kampung, adapun tetangga sekitar banyak yang gagal menyelamatkan perabot rumahnya dari terjangan air serta lumpur. “Total ada 85 keluarga yang terdampak kejadian ini termasuk sebuah masjid,” kata Cecep Johara, Ketua RW 05 Kelurahan Cibangkong, Kamis, 6 Juni 2024.
Dari pantauan di lokasi, banjir setinggi lutut hingga betis memasuki rumah warga hingga menyisakan lumpur. Selain membasahi perabot dan peralatan elektronik, kata Cecep, banjir air dari pipa PDAM merendam mesin pompa air warga hingga rusak. “Di sini warganya bukan pelanggan air PDAM tapi dari air tanah,” ujarnya.
Sedangkan soal ganti rugi, perbaikan rumah korban, dan kompensasi lainnya menurut Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono, telah dibahas Direksi Perumda Tirtawening dengan warga. ”PDAM akan memperbaiki rumah yang rusak serta kerugian lainnya," kata dia. Terputusnya aliran air itu juga bakal berdampak ke 90 ribu pelanggan air PDAM Kota Bandung yang tersebar di empat layanan wilayah.