Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mahasiswa UMM Asal Pakistan Teliti Soal Mikroplastik: Kentang hingga Produk UMKM Terkontaminasi

Mahasiswa UMM Shazma Anwar meneliti kontaminasi mikroplastik pada tanaman pangan. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak makanan yang terkontaminasi mikroplastik, termasuk kentang dan produk UMKM

18 Desember 2023 | 11.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penelitian Tentang Kontaminasi Mikroplastik pada Tanaman Pangan (Foto: Istimewa).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa postdoctoral Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Shazma Anwar meneliti kontaminasi mikroplastik pada tanaman pangan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan kemasan berbahan dasar plastik sekali pakai di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini, kata Shazma, telah menjadi kekhawatiran mengenai persoalan mikroplastik. Padahal, pembatasan penggunaan plastik sekali pakai telah diterapkan dengan ketat di negara maju, termasuk melalui penerapan cukai plastik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada dasarnya, kata Shazma, mikroplastik adalah partikel kecil dengan diameter kurang dari 5 mm. Mikroplastik dapat mencemari lingkungan, terutama pada tanaman. “Kentang menjadi sampel penelitian saya, karena menjadi salah satu makanan pokok di beberapa belahan dunia. Selain itu, kentang yang termasuk dalam kategori umbi-umbian dapat menjadi sasaran empuk dari mikroplastik,” ujar mahasiswa asal Pakistan itu, dikutip dari laman resmi UMM pada Senin, 18 Desember 2023.

Penelitian Shazma berlangsung selama lima bulan di berbagai tempat budidaya kentang di Malang Raya. Mulai dari Desa Pujon Kidul, Desa Sumber Brantas, Desa Ngadas, hingga Desa Ngantang. Ia juga ditemani alumnus doktoral UMM Roy Hendroko Setyobudi.

“Hasilnya menunjukkan bahwa sampel kentang di semua wilayah tersebut terkontaminasi mikroplastik dengan kelimpahan 0,02 sampai dengan 0, 24 partikel g–1. Bahkan, produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM olahan kentang yang dipilih secara acak pun mengandung mikroplastik,” kata Shazma.

Berdasarkan hasil penelitiannya, mikroplastik yang paling mendominasi adalah filamen dan serat. Filamen bersumber dari kantong dan kemasan plastik, polybag, serta plastik UV. Sementara itu, serat mikroplastik berasal dari air cucian pakaian, deterjen, sabun, bahan kecantikan, filter rokok, saset kopi dan teh, pamper. Selain itu, mulsa plastik atau penutup lahan tanaman yang sering digunakan dalam aktivitas pertanian juga menyumbang cemaran mikroplastik.

Shazma menjelaskan, plastik berbasis minyak bumi tidak dapat musnah. Seiring dengan waktu, ukurannya dapat mengecil dan berdampak pada peningkatan pencemaran. Apabila tanah sudah tercemar, maka dapat berakibat pada penyumbatan akar tumbuhan, mematikan organisme tanah, menurunkan kesuburan tanah, dan mengganggu pertumbuhan tanaman.

"Dampak lebih buruk, dapat masuk ke buah yang dikonsumsi manusia, atau batang dan daun yang dimakan hewan, sehingga, berpotensi membahayakan kesehatan.”

Uji coba yang dilakukan pada tikus juga menunjukkan hasil yang dapat menjadi bukti. Tikus yang diberikan kentang terkontaminasi mikroplastik mati dalam waktu tiga minggu. Hal ini pun mengindikasikan risiko serius yang dapat ditimbulkan oleh mikroplastik terhadap lingkungan dan kesehatan.

Selain pada kentang, Shazma juga menemukan pencemaran mikroplastik dalam tanaman padi dan jagung di wilayah Malang Raya. Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan plastik di era baru memang tidak dapat dihindari. Akan tetapi, penggunaannya harus dilakukan dengan bijak. Misalnya dengan menerapkan reduce, reuse, recycle, dan replace (4R) atau mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, dan mengganti.

Ia berpendapat, UMM harus bergerak cepat dalam penelitian dan penerapan bioplastik yang dapat terurai secara alami. "Mulai dari penggunaan metode biologi untuk pemulihan cemaran mikroplastik, pembuatan pupuk organik bebas mikroplastik, penggunaan tumbuhan hidup untuk membersihkan pencemaran lingkungan, serta penggunaan zat padat untuk menyerap mikroplastik agar tak masuk ke perakaran tanaman,” kata dia. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus