Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mayat penyelamat orang hidup

Klub mobil ADAC dan gereja katolik roma protes atas uji tes mobil menggunakan jenazah anak-anak. cara itu dianggap tak manusiawi. general motor menggunakan boneka elektronik.

4 Desember 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NGEBUT mau. Tabrakan apa boleh buat, tapi maunya tetap sehat walafiat. Impian ini lalu minta korban justru di kalangan orang mati alias mayat, seperti telah dilakukan lebih dari 20 tahun di Jerman dan Amerika Serikat. Tapi melibatkan mayat manusia itu baru hari-hari ini mengundang pro-kontra, serta kegusaran. Menurut koran The Straits Times, pekan lampau, perguruan tinggi prestisius di Jerman Universitas Heidelberg menggunakan mayat manusia, termasuk jasad anak-anak, untuk keperluan uji coba tabrakan mobil. Dalam riset sejak tahun 1970-an itu para peneliti telah menggunakan 200 mayat. ''Delapan di antaranya jenazah anak-anak berusia dua sampai 13 tahun,'' kata Dr. Rainer Mattern, kepala departemen patologi forensik di universitas tersebut. Jenazah itu dipinjamkan oleh keluarga mereka. Dan mereka tahu itu bakal digunakan sebagai bahan tes tabrakan. Jasad itu ditaruh di depan kemudi, lalu mobilnya dilaga dengan mobil lain, atau dihanjut ke dinding serta berbagai penghadang keras lainnya. Ditunjang sejumlah kamera serta sensor elektronis, benturan demi benturan itu kemudian dikaji akibatnya terhadap tubuh manusia. ''Selesai dipakai, jenazah tadi dikembalikan pada sanak familinya untuk dikebumikan sebagaimana layaknya,'' tutur Dr. Mattern. ''Rangkaian uji coba inilah yang telah menolong menyelamatkan hidup anak-anak lainnya,'' Mattern menambahkan. Meski itu menjanjikan keselamatan bagi mereka yang hidup, toh berbagai klub mobil dalam reaksinya menyebut bahwa mereka merinding membaca laporan tersebut. Bahkan, klub mobil ADAC klub terbesar di Jerman mencela tes yang menggunakan jenazah anak-anak. Menurut mereka, tes dengan menggunakan binatang saja masih harus dipertanyakan, apalagi memakai jasad anak-anak. Lalu mereka menyarankan memakai boneka saja. Selain itu, kalangan Gereja Katolik Roma juga sewot. Malah dari Vatikan datang kecaman terhadap uji coba tabrakan yang memakai mayat manusia. Kontroversi serupa juga muncul di Amerika Serikat. Resminya, memang, pabrik mobil di AS menggunakan boneka mekanik dalam tes ketahanan mobilnya. Namun, seperti diungkapkan juru bicara General Motors (GM), Richard Thomson, pihak perusahaan ikut membiayai uji coba menggunakan mayat manusia yang dilakukan berbagai universitas. Ada tiga universitas di Amerika yang menggunakan mayat manusia untuk uji coba tabrakan mobil. Biayanya ditanggung pemerintah, perusahaan mobil Ford, dan GM. Tes itu menyangkut keselamatan kendaraan dan daya tahan tubuh manusia terhadap kecelakaan. ''Sejak tahun 1990, tes dilakukan dengan 40 mayat,'' kata Albert King, Direktur Bio-Engineering Center di Wayne State University, Detroit. Khusus untuk program uji coba khas ini, tiap tahun universitasnya mendapat dana US$ 750 ribu atau sekitar Rp 1,5 miliar. Lebih dari separuhnya berasal dari lembaga pemerintah, dan selebihnya dari GM dan Ford. Menanggapi keberatan terhadap penggunakan mayat manusia sebagai bahan uji coba tabrakan ini, King menyatakan, ''Boneka manekin sama sekali tidak ada gunanya dalam tes tersebut.''

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus