Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Melihat Dalang Peristiwa G30S dari Pidato Nawaksara Soekarno pada 1967

Rangkaian peristiwa G30S atau Gerakan 30 September memiliki kejadian yang sangat komplek dengan berbagai macam teori yang menjadi dalang di baliknya.

30 September 2021 | 14.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Patung Presiden RI ke-1 Sukarno di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Ahad, 6 Juni 2021. Patung bernama Bung Karno Berkuda ini diresmikan langsung oleh putri Sukarno sekaligus Presiden RI ke-6, Megawati Soekarnoputri bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subiano. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rangkaian peristiwa G30S atau Gerakan 30 September memiliki kejadian yang sangat komplek dengan berbagai macam teori yang menjadi dalang di baliknya. Mulai dari PKI, konflik internal Angkatan Darat, Soekarno, Soeharto, hingga CIA.

Dalam Majalah Tempo edisi 1-7 edisi Oktober 2007, sejarawan Asvi Warman Adam menyebutkan bahwa peristiwa tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu orang ataupun satu organisasi saja. Soekarno dalam pidato Nawaksaranya pada 1967 mengatakan peristiwa itu merupakan pertemuan tiga sebab, yakni keblingernya pimpinan PKI, subversi Nekolim, dan adanya oknum-oknum yang tidak benar.

Adapun yang dimaksud Soekarno dengan “keblingeran” pimpinan PKI yaitu Biro Chusus yang diketuai langsung oleh Aidit, sedangkan Sjam Kamaruzzaman boleh dikatakan sebagai direktur eksekutifnya. Menurut Asvi, keblingeran pertama Biro Chusus PKI adalah keterlibatan mereka dalam perencanaan penculikan.

Lebih lanjut, meneruskan gerakan dengan menyiarkan dokumen kedua (tentang pendemisioneran kabinet dwikora) dan dokumen ketiga (penyesuaian pangkat militer tertinggi menjadi letnan kolonel) setelah terjadi kevakuman enam jam pada 1 Oktober 1965 menjadi keblingeran keduanya.

Untuk Nekolim atau Neokolonialisme mengacu pada Amerika Serikat. Dalam beberapa arsip yang dijumpai, Inggris dan Australia juga mendukung sepenuhnya gebrakan membasmi komunis. Walaupun demikian, pihak asing seperti Uni Soviet—termasuk Pakta Warsawa, konon agen asal Cek, Ladislav Bittman, juga terlibat—dan Republik Rakyat Cina (RRC) juga tidak bisa diabaikan. Sedangkan ungkapan oknum yang tidak benar merupakan penghalusan kata dari jenderal yang tidak benar.

Asvi menyebutkan, “keblingerannya” Aidit disebabkan situasi yang sangat meruncing saat itu. Hal ini dikarenekan menjelang peristiwa tersebut kekuasaan terpusat pada tiga pihak, yakni Soekarno, PKI, dan Angkatan Darat. AD menguasai senjata dan PKI mendominasi dukungan massa.

Asvi menuliskan, “Setelah membaca berbagai buku dan arsip, saya cenderung menganggap pemikiran Soekarno bahwa Gerakan 30 September adalah pertemuan dari 3 sebab merupakan analisis yang paling lengkap dari berbagai versi tunggal yang ada. Andil ketiganya tidak sama. Menurut hemat saya, faktor kedua, yakni Nekolim, merupakan pemegang saham mayoritas.”

GERIN RIO PRANATA 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus