BUKIT-bukit sebelah barat Gunung Singgalang itu berhutan lebat,
gelap dan sunyi. Sebuah di antaranya disebut Gunung Tigo, di
tengah Kampung Patamuan, Kenagarian Padang Alai, Kecamatan
Kampung Dalam, 30 km sebelah utara kota Kabupaten Pariaman,
Sumatera Barat.
Belakangan Gunung Tigo lebih terkenal setelah beberapa orang
berusaha menggali gua di bawahnya. Konon di gua-gua itu dulu
Jepang menyembunyikan harta karun. Penggalian belum berhasil
namun sudah jatuh korban dua orang di antaranya meninggal
tertimbun tanah longsor.
Alkisah, terowongan menuju gua-gua itu berdinding kayu. Di
dalamnya konon ada beberapa kamar berdinding beton. Menjelang
Jepang kalah, Agustus 1945, lima orang tentara mereka
memerintahkan 15 anggotaseinendan(organisasi pemuda) mengangkat
sejumlah peti besi dengan kereta jenazah, ditarik kuda beban di
tengah malam.
Para pemuda hanya diizinkan sampai di mulut gua, sedang untuk
mengangkut peti ke dalam dilakukan oleh Jepang sendiri. Saking
beratnya, sebuah peti konon harus diangkat oleh empat orang.
Setelah selesai, Jepang- berusaha membunull para pemuda, hingga
timbul perkelahian. Akhirnya 12 pemuda dan 4 Jepang meninggal.
Tiga orang seinenan yang selamat berhasil menangkap
satu-satunya Jepang yang tersisa, yang sebelumnya berhasil
meledakkan mulut terowongan dan membuang denah gua ke lembah
yang curam.
"Jangan bunuh saya. Ambil semua harta itu dan kalian bisa kaya
raya," begitu kabarnya kata Jepang tersebut. Ketiga pemuda
itu--Syamsuddin, Siam dan Iskandar--memungut peta tersebut dan
membawa tawanannya ke Pariaman. Ketiganya yakin peti-peti itu
berisi harta karun. Dan mereka bersumpah tidak akan
menceritakannya kepada siapa pun.
Di masa kemerdekaan, mereka meneruskan karir sebagai militer.
Tigapuluh tiga tahun kemudian, 1978, Syamsuddin berniat menggali
harta karun terSebut. Karena dua temannya, Siam dan Iskandar,
tak diketahui alamatnya, Syamsuddin menghubungi keluarga mereka
di Medan yaitu Letkol (Purn.) H. Aminuddin, 56 tahun, Kapten
Marinir (Purn.) Ali Mungkar, 52 tahun, dan Syafruddin Jambak, 45
tahun, dari LBII Medan.
Membongkar Bukit
Dua tahun kemudian, mereka mendapat kesanggupan Sutan Tantawi
Darwis gelar Sutan Palembang, 52 tahun, dari Pariaman untuk
membiayai penggalian. Usahawan ini menyediakan uang Rp 10 juta.
"Kalau berhasil, baguslah. Kalau tidak, tak jadi apa. Saya sudah
siap untuk itu," kata Tantawi Darwis. Bila berhasil
masing-masing mendapat 2,5% sedang sisanya akan diserahkan
kepada pemerintah. Mereka juga bersepakat tak akan saling
menuntut bila terjadi kecelakaan.
Meskipun peta gua sudah hilang, Syamsuddin rupanya berhasil
meyakinkan Bupati Pariaman Anas Malik. Gubernur Azwar Anas juga
mengizinkan penggalian setelah mendapat rekomendasi Dirjen
Anggaran Departemen Keuangan, 12 November 1981. Tak ketinggalan,
Laksusda Sum-Bar beliau pun pada 25 November 1981 memberikan
petunjuknya. "Kalau tak berhasil, usaha itu sekedar mengungkap
sejarah," ujar Anas Malik.
Pertengahan bulan lalu, ekspedisi 12 orang yang dipimpin
Syamsuddin itu dimulai. Sampai 4 Februari, pada kedalaman 14
meter, mereka menemukan tulang-belulang manusia, beberapa balok
kayu dan besi. Setelah istirahat 10 hari mereka mulai lagi dan
menemukan terowongan berdinding beton. Syamsuddinyakin peti
harta karun itu disimpan di sebelah kanan di belakang tembok.
Syamsuddin segera membuat terowongan sendiri menembus arah
belakang kamar yang ia maksud. Tanah terasa lunak, kemudian
tercium bau oli. Dua hari kemudian, menjelang matahari terbenam
sementara beberapa orang yang setengah mimpi itu asyik menggali,
mendadak mulut terowongan longsor. Mereka berlarian keluar dan
selamat. Tapi dua penggali lainnya, Ali Mungkar dan Syafruddin,
terperangkap. Mayatnya baru ditemukan penduduk pukul 4 subuh
esoknya. Kematian dua penggali itu dianggap karena kelalaian
mereka sendiri.
Walau sudah jatuh korban, Syamsuddin dkk bertekad meneruskan
pemburuan harta karun itu. Mereka bahkan mencari tenaga penggali
ke daerah lain. Apalagi Pemda ternyata juga mendorong kegiatan
mereka. Sementara polisi sudah bersedia ikut mengamankan
pekerjaan tersebut, pihak militer pun turun tangan. "Siapa tahu
peti itu berisi bahan peledak," kata Dan Dim 0308 Letkol Osep S.
Tak seorang bisa memastikan isi peti-peti itu. Tapi Bupati Anas
Malik cukup bersemangat. Katanya "Bila ternyata yang tersimpan
itu barang berharga, bisa saja bukit itu dibongkar."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini