Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menghidupkan kembali sembilan budha

Rekonstruksi sembilan stupa dan arcanya yang hancur akibat ledakan bom. (nas)

2 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"BISMILLAH," ucap Lukito. Dengan doa itulah, satu-satunya ahli restorasi patung Budha itu, Selasa pekan lalu, mulai memimpin rekonstruksi sembilan stupa (dan arcanya) Borobudur yang diledakkan bom waktu sehari sebelumnya. Namun, apa pun doa dan upaya sang ahli rcstorasi, Borobudur tetap akan kehilangan lagi dua arca Budha. Sampai Senin pekan ini diketahui dua arca tak akan bisa dipasang kembali, dan akan disimpan di museum di Borobudur yang sedang direncanakan. Budha yang dua im hanya bisa dipugar bagian atas dan kakinya. Bagian perut, berantakan berkeping-keping tak mungkin disatukan lagi. Dua arca Budha itu terletak satu di lantai kedua tingkat arupadhatu, satu lagi di tingkat atasnya. Dan ini berarti 504 arca Budha (ditambah satu yang di stupa puncak) yang bnggal 461, kini akan tinggal 459. Di antara 43 arca yang telah hilang sebelumnya konon dikirimkan oleh Belanda kepada Chulalangkorn, raja Muangthai, pada abad ke-19. Kehilangan itu masih ditambah beberapa stupa yang tak akan lengkap terpasang. Dinding stupa yang rusak fatal diperkirakan tak akan kuat menyangga puncak stupa yang disebut caranya. Perhitungan itu pagi-pagi sudah bisa ditentukan, berkat 50-an karyawan bagian konservasi Borobudur yang sudah berpengalaman memugar salah satu keajaiban dunia ini. Yakni, ketika diadakan pemugaran penuh Borobudur, 1973-1983. Itu pula sebabnya pemugaran kali ini ditangani begitu cepat, dengan sistematis. Pada Selasa pekan ialu itu misalnya, sudah dimulai dengan pengumpulan batu stupa dan arca yang berantakan. Kemudian tiap pecahan dicarikan jodohnya. Ketemu, lalu diberi tanda dengan kapur. Ini bukan pekerjaan gampang, apalagi biia yang berantakan itu stupa yang berdampingan. Artinya, pecahan batu dari stupa dan arca tersebut akan bercampur baur, seperti yang terjadi dengan tiga stupa di lantai pertama arupadhatu, stupa urutan keempat, lima, dan enam di arah kanan pmtu umur. Seperti pemugaran yang lalu, kini pun digunakan dua macam lem untuk merekatkan batu. Yakni lem Akame untuk pecahan yang kecil, dan lem Davis Fuller 614 buatan Australia untuk pecahan batu besar. "Lem ini sudah diuji di laboratorium, ditanggung bahan kimianya tak akan merusakkan batu candi," kata Samidi, salah seorang tenaga ahli konservasi. Tapi untuk bagian yang harus menyangga beban, tak cukup direkatkan kembali dengan lem. Bagian ini misti dibor dulu, kemudian dimasukkan anker ke dalam lubang bekas bor, untuk menambah kekuatan. Lukito, 34 sang ahli testorasi itulah, tiap hari mondar-mandir dengan alat bornya, berupaya menegakkan kembali stupa dan arca Budhanya. Pengeleman batu tak bisa sembarangan. Batu harus dalam keadaan bersih dan kering benar. Tentu, untuk memperoleh bentuk mulus sesuai dengan aslinya, sulit. Pecahan batu yang digasak bom tentu tak utuh benar. Ada bagian, betapapun tipisnya, yang benar-benar hancur menjadi bubuk. Itu sebabnya, dua batu yang dipasangkan kembali banyak yang masih menunjukkan garis sambungan. Untuk bagian yang dianggap tidak begitu penting dari segi arkeologis, garis itu bisa dipoles hingga tak kentara. Tapi untuk patung dan ornamen, memoles ini, oleh I Gusti Ngurah Anom, kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Jawa Tengah, dianggap bisa memberikan gambaran "palsu". Contohnya, bila sebuah arca hidungnya ternyata ada yang sedikit retak, tak akan dipoles. Sebab, menurut ahli arkeologi Soekmono, yang bertugas sebagai penasihat ahli konservasi Borobudur, pemolesan seperti itu bisa mengubah "ekspresi wajah patung". Dengan membiarkan tetap retak, tak berarti ekpsresi semula tak berubah. Tapi setidaknya tak ada tambahan artifisial buat karya pematung abad ke-8 itu, oleh ahli restorasie abad ke-20 ini. Untuk peninggalan bersejarah, penambahan memang harus diperhitungkan benar, agar tak terjadi "salah tafsir" di masa mendatang. Bila terpaksa sekali, itu masih bisa diterima. Dengan catatan, penambahan baru harus diberi tanda. Untuk restorasi kali ini, hanya dikerahkan tenaga yang sudah terdidik tiga tahun, yakni bekas-bekas tenaga konservasi pemugaran Borobudur yang lalu. Sekarang tak lagi dipakai, misalnya, para ahli setel batu tradisional. Sekitar 20 ahli setel batu - yang dipakai ketika restorasi dimulai 1973 itu - dengan mengandalkan intuisinya yang tajam, mampu menebak pasangan pecahan-pecahan batu dengan tepat. Para ahli ini adalah orang-orang tua penduduk sekitar Borobudur dan Prambanan, yang sejak kecil bergaul dengan pecahan batu candi. Kali ini juga tak dipakai komputer. Dulu, dengan bantuan komputer, kepala arca yang terpisah dipercepat menemukan lehernya. Dulu, ada 280 leher tanpa kepala. Kini pencarian tak diperlukan, karena hanya sembilan stupa dan arca yang hancur. Itu sebabnya, biaya pemugaran sekarang diperkirakan hanya Rp 16,5 juta. Hingga awal pekan ini, dua stupa selesai direkonstruksi percobaan. Yang sudah selesai ini masih harus dicocokkan lagi apakah sudah persis seperti semula. Yaitu dengan membandingkannya dengan foto-foto lama - sewaktu restorasi yang lalu tiap stupa diambil fotonya dari empat sisi. Bila sudah diperoleh kepastian, stupa kembali dibongkar. Kemudian, patung di dalamnya dipasang terlebih dulu - setelah dipugar juga tentunya - baru stupa dipasang permanen. Jadi, pemugaran masih panjang. I Gusti Ngurah Anom memperkirakan semuanya akan selesai 5-6 bulan lagi. Dan jangan kaget bila nanti hanya dua arca dari sembilan ini yang berkepala. Sebab, memang tujuh yang lain, sudah di aman pemugaran oleh Van Erp, 1907-1911, kepala mereka tak diketemukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus