UNTUK sementara tampaknya Agus Sudono keluar sebagai pemenang. Ja batannya sebagai anggota badan eksekutif ILO yang dipersoalkan oleh pimpinan SPSI tak diganggu gugat lagi. Itu terlihat ketikaJumat pekan lalu, bekas ketua organisasi buruh FBSI itu muncul berdampingan dengan "rival"-nya, Imam Soedarwo, di kantor Depnaker Jakarta. iepertl pernah terjadi sebelumnya, Menaker Sudomo turut hadir dan menjadi penengah dua tokoh buruh yang terus bertikai itu. Tapi kali ini, kehadiran Sudomo seakan mengukuhkan kemenangan Agus. "Sudah terlambat untuk protes. Yang penting, kepentingan nasional lebih diutamakan. Ini sudah disepakati bersama, tak ada soal lagi," kata Sudomo kepada wartawan. Menurut Sudomo, kesepakatan ini dicapai setelah dia melakukan konsultasi dengan Imam Soedarwo dan Agus Sudono, kemudian dengan Menlu Mochtar Kusumaatmadja, bahkan dengan Presiden Soeharto. Bertitik tolak pada kepentingan itu, menurut Sudomo, terpilihnya Agus Sudono tak perlu lagi dipersoalkan. Agus Sudono terpilih menjadi anggota badan eksekutif (governing body) ILO, organisasl buruh yang merupakan organ PBB itu, dalam kongres ILO ke-73 di Jenewa, Swiss, awal Juni yang lalu. SPSI kemudian memprotes, dengan dalih Agus tidak mewakili SPSI, satu-satunya organisasi buruh di Indonesia. Protes itu bisa dipahami, karena sebelumnya Ketua Umum SPSI Imam Soedarwo mengirim tiga utusan ke kongres ILO, dengan harapan salah satu di antaranya dipilih menggantikan kedudukan Agus Sudono. Sudah sejak 1969 Agus memegang jabatan penting dan bergengsi itu. Utusan itu adalah Bomer Pasaribu, Arief Soemadji, dan Marzuki Achmad. Nyatanya, tetap Agus yang terpilih. (TEMPO, 11 Juli 1987). Imam Soedarwo sudah menerima keputusan perdamaian itu. "Semuanya memang sudah diselesaikan secara musyawarah-mufakat. Yah, kedua pihak memang harus dewasa," katanya kepada TEMPO Senin malam yang lalu. Pihak Agus pun setuju. "Kalau secara pribadi, antara saya dan Pak Imam tak ada persoalan. Kami setiap hari ketemu di DPR, habis 'kan sama-sama di komisi enam," kata Agus Sudono. Sudomo sudah pernah mempertemukan kedua tokoh itu tahun lalu, menyusul tegangnya hubungan SPSI dengan kelompok Agus Sudono. Yaitu setelah Agus membentuk Inkoperindo (Induk Koperasi Pekerja Indonesia), yang dianggap kelompok Imam Soedarwo sebagai SPSI tandingan. Agus mendirikan koperasi itu, setelah tergusur dari jabatannya sebagai Ketua FBSI dalam kongres organisasi itu dua tahun yang lampau. Kongres itu juga mengubah nama FBSI menjadi SPSI. Ternyata, sekalipun sudah berdamai, kedua pihak. masih jalan sendiri-sendiri mencari pengaruh, sehingga terjadi bentrokan baru. Yang terakhir ialah di kongres ILO itu. Untuk perdamaian kali ini, Sudomo lebih dulu mengadakan pembicaraan dengan kelompok Imam Soedarwo. Baru Jumat pagi pekan lalu tiba giliran Agus Sudono. Beres. Kedua tokoh itu pun dipertemukan di ruang kerja Sudomo. Setelah tercapai kesepakatan, Agus Sudono dan Imam Soedarwo bersalaman, lalu pindah ke ruangan lain untuk wawancara pers. Agus Sudono sudah berjanji untuk memanfaatkan jabatannya di ILO demi kepentingan nasional. "Jika ada suara sumbang di ILO tentang Indonesia, 'kan bisa saya counter, karena saya duduk di sana," katanya. Selain itu, menurut Agus, kini dia mengetuai komite program di badan eksekutif ILO. "Komite itu cukup strategis, karena mengurus soal bantuan, termasuk menilai dan membahas bentuk bantuan itu untuk negara-negara berkembang," katanya. Sekalipun sudah berdamai, Imam Soedarwo sendiri tampaknya masih menghadapi ganjalan lain: sejumlah pimpinan SBLP (serikat buruh lapangan pekerjaan), yang diketahui sebagai pendukung Agus Sudono. SBLP itulah yang mencalonkan Agus Sudono di dalam kongres ILO, melalui ICFTU (International Confederation of Free Trade Union), serikat buruh bebas yang bermarkas di Brussel, Belgia. Padahal, kongres FBSI yang lalu sudah melebur SBLP menjadi departemen di SPSI. Maka, tindakan lima pengurus SBLP, Alex Zainur Ali, Eddy Mangkin, Thamrin Mosii, F. Ibrahim, dan Ety Kusuma, yang menyempal dari SPSI dan mencalonkan Agus itu, menurut Imam Soedarwo, "Sebenarnya dilakukan oleh pribadi-pribadi saja." Karena itu, ketua SPSI itu akan memberi peringatan pada mereka karena dianggap melanggar disiplin organisasi. "Ya, bisa peringatan lisan atau tertulis," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini