Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Museum Musik 'Kapeka'

Bercita-cita menjadi museum musik nasional. Memiliki koleksi 6.300 album hasil sumbangan dari orang Ponorogo hingga Uzbekistan.

3 September 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gitaris senior Ian Antono terkesima melihat sekumpulan album yang ditukanginya menjadi koleksi Galeri Malang Bernyanyi (GMB). "Saya malah tak punya beberapa album lama saya," kata arek Malang yang melahirkan banyak album bersama God Bless dan membantu musikus papan atas nasional mulai Nicky Astria sampai Iwan Fals ini.

Menempati ruangan seluas 24 meter persegi di rumah kuno di Jalan Citarum 17, Malang, Galeri Malang Bernyanyi sebenarnya museum musik. Setidaknya itulah cita-cita para pendirinya. Tidak kurang dari 6.300 album musik menjadi koleksi. Belum termasuk poster, buku, majalah, dan foto penyanyi atau grup band. "Hampir semuanya sumbangan. Tercatat 261 nama penyumbang, yang terdiri atas masyarakat, musikus, dan institusi. Mayoritas koleksi berupa album musik 1970 dan 1980-an," kata Hengki Herwanto, salah seorang penggagasnya.

Musikus terakhir yang menyumbangkan albumnya adalah Ebiet G. Ade. Penyanyi balada ini memberikan cakram Masih Ada Waktu (2008) seusai acara halalbihalal di kantor pusat PT Jasa Marga, Jakarta, pekan lalu.

Galeri Malang Bernyanyi didirikan Komunitas Pecinta Kajoetangan—biasa disebut Kapeka—pada 8 Agustus 2009. Hengki bersama Pongki Pamungkas, Agus Saksono, Lutfi Wibisono, Retno Mastuti, dan Rudi Widiastuti serta musikus asal Malang, Donny-Prass, Sylvia Saartje, dan Sigit Hadinoto, mendirikan galeri ini karena ingin melestarikan sejarah musik Indonesia.

Mereka lalu membongkar koleksi masing-masing dan memindahkannya ke galeri hingga terkumpul 100 album, yang kebanyakan dari 1970-1980-an. Hengki, yang pernah menjadi wartawan majalah musik Aktuil, memanfaatkan koneksinya dengan kalangan musikus dan penyanyi untuk menambah koleksi.

Model gethok tular digunakan untuk mencari penyumbang. Kiriman mengalir dari Ponorogo, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Belanda, Prancis, hingga Rusia, bahkan Uzbekistan. Mereka pun "terpaksa" mengoleksi album-album musik dari luar Indonesia. "Semua nama penyumbang kami pajang biar bisa dibaca," kata pria 55 tahun itu.

Galeri pun mengumpulkan semua aliran musik dan penyanyi, termasuk dangdut dan campursari. Album rekaman paling tua antara lain milik Oslan Husein, Harry Nurdi, Elly Kasim, Alfian, dan Titiek Puspa dari 1950-an. Album-album dari 1990 hingga 2000-an juga ada, tapi tak banyak. "Kami memang tak membatasi genre atau aliran musik dan era musiknya. Sebab, kami memang bercita-cita menjadikan GMB tak hanya sebagai galeri musik pertama di Indonesia, tapi juga museum musik pertama di negeri kita," ujar Hengki.

Saat ini belum ada lembaga yang mendokumentasikan album rekaman musik Indonesia. Memang ada sejumlah kolektor, tapi biasanya bersifat eksklusif untuk kepentingan pribadi. Koleksinya juga sesuai dengan tema atau aliran musik yang mereka sukai.

Koleksi banyak, tapi Hengki mengakui tidak mudah mengelola museum musik ini. Biasanya galeri baru buka ketika ia berada di Malang pada akhir pekan selepas kesibukannya sebagai Direktur Utama PT Transmarga Jatim Pasuruan, anak perusahaan PT Jasa Marga yang menangani pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan. Pendiri lain juga punya kesibukan masing-masing.

Untuk menjalankan museum, mereka patungan, termasuk untuk menyewa rumah di Permata Jingga, Lowokwaru, yang bakal menjadi tempat baru galeri. Mereka masih kesulitan mengoperasikan galeri setiap hari karena diperlukan biaya untuk menggaji karyawan.

Yudono Y Akhmadi, Abdi Purmono (Malang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus