Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Orasi di UKI, Jokowi Cerita Persahabatan Dua Pahlawan Beda Agama

Presiden Jokowi mengingatkan semangat persatuan tetap harus dijaga saat memasuki tahun politik

15 Oktober 2018 | 16.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri acara puncak pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 yang digelar di Nusa Dua, Bali, Jumat, 12 Oktober 2018. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia adalah negara besar yang masyarakatnya terdiri dari berasal dari bermacam-macam suku, bangsa, dan agama. Keberagaman ini, kata Jokowi, harus dijaga lantaran menjadi sumber utama kekuatan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan para pendiri bangsa telah memberikan keteladanan yang patut ditiru hingga saat ini. Ia mengisahkan persahabatan dua pahlawan nasional, yakni Johannes Leimena dan Mohammad Natsir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, Leimena merupakan seorang umat kristiani dan pendiri Partai Kristen Indonesia sedangkan Natsir seorang muslim dan pendiri Partai Masyumi. "Mereka bersahabat, tidak ada saling mencela, mencemooh. Inilah keteladanan yang harus kita ambil, kita pakai," kata Jokowi dalam orasinya di sidang senat terbuka Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, Senin, 15 Oktober 2018.

Jokowi menjelaskan persatuan yang terbangun di tengah masyarakat akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Segala tantangan seperti ketidakpastian ekonomi, terorisme, dan radikalisme bisa mudah diatasi jika masyarakat mau bersatu.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan semangat persatuan tetap harus dijaga saat memasuki tahun politik. Meski memiliki sikap berbeda dalam pemilihan kepala daerah atau presiden, masyarakat diimbau jangan sampai terpecah belah.

Dalam memilih calon pemimpinnya, Jokowi menyarankan masyarakat untuk melihat dari rekam jejak tanpa perlu saling mencela satu sama lain. "Jangan saling mencela, memaki, itu bukan tata krama Indonesia, bukan etika Indonesia. Apa ini mau kita teruskan? tidak," ujarnya.

Jokowi mengimbau agar di tahun politik ini masyarakat tetap mengedepankan semangat persatuan. Meski setiap kontestasi akan diikuti dengan rivalitas, ia meminta agar rivalitas itu dibangun di atas semangat tidak saling menjatuhkan, menimbulkan permusuhan dan kebencian. "Kontestasi tidak boleh mengorbankan fondasi kebangsaan kita. Pondasi sosial dan politik kita berupa stabilitas dan keamanan, toleransi dan persatuan," ujarnya.

Selain itu, Jokowi ingin masyarakat bisa mengikuti agenda politik dalam negeri dengan kegembiraan berupa kontestasi politik yang diwarnai narasi sejuk, adu ide dan program demi kemajuan Indonesia. Harapannya masyarakat bisa tetap merayakan perbedaan pilihan dengan penuh kedewasaan. "Justru ini yang akan memperkokoh Kebhinekaan Tunggal Ika kita dan persatuan kita. Ini sebetulnya ingin kita raih dalam kontestasi politik," ucap Jokowi.

Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus