Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kekurangan guru menjadi salah satu persoalan di dunia pendidikan Papua. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pun menawarkan solusi sementara untuk mengatasi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebaiknya guru diangkat dari putra Papua saja dan kualifikasinya tidak harus seperti di tempat lain," kata Muhadjir di Jakarta, Rabu, 18 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhadjir mencontohkan siswa tamatan SMA dapat ditambah pelatihan peningkatan kompetensi selama satu tahun. Setelah itu, mereka bisa mengajar siswa setara Sekolah Dasar (SD).
"Kan, dulu ada SGB (sekolah guru bawah), bahkan tamatan SMP dulu bisa ngajar di SD dulu," kata Muhadjir.
Untuk penyelesaian jangka panjang, Muhadjir mengatakan permasalahan dan opsi pemerataan guru di Papua tersebut akan dikoordinasikan dengan kementerian teknis terkait.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada sektor pendidikan, rata-rata lama sekolah di Papua baru mencapai 7,02 tahun dan di Papua Barat tercatat hanya 7,84 tahun. Adapun pada 2022, rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia selama 8,69 tahun.
Muhadjir menyebut tenaga perawat di Papua juga memiliki persoalan yang sama. Maka, perawat di Papua, menurut dia, tidak harus memiliki kualifikasi seperti perawat di daerah lain.
"Karena kalau harus nurse dengan kualifikasi di RS di sini, siapa yang mau ke sana? Dan itu harus anak dari sana. Saya lihat anak-anak SMA di sana pintar-pintar kalau dia diberi upskilling di bidang tertentu sudah cukup untuk sementara," kata Muhadjir.