Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
14 Agustus 2000
Cerita Usep:
- Pukul 20.00: Diantar polisi, kami sampai di depan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kami kemudian berjalan menuju kawasan Hotel Indonesia dan akhirnya memutuskan untuk makan malam di pusat pertokoan Sogo.
- Pukul 21.00-22.00: Kami berniat kembali ke kantor KPA di Penjernihan. Di Jalan Kebonkacang, kami disergap, lalu dinaikkan ke dua mobil Kijang dengan kepala tertutup kain dan leher dijerat tali. Saya dan Anton dalam satu mobil. Idham dan Azdam dibawa dengan mobil terpisah. Perjalanan, saya kira, memakan waktu tiga jam.
Cerita Idham:
Pukul 21.00-22.00: Usep dan Anton berjalan di depan. Saya dan Azdam berjalan di belakang. Saya melihat Usep dan Anton ditarik ke dalam mobil. Tak lama, saya juga ditarik ke dalam mobil Kijang lainnya. Dengan muka ditutup, saya merasa duduk berdesakan.
Cerita Azdam:
Pukul 21.00-22.00: Usep dan Anton disergap dan dimasukkan ke dalam mobil. Saya juga didekap pada bagian leher serta ditodong pistol di pinggang, lalu dimasukkan ke dalam kendaraan seperti mobil Kijang. Di dalam mobil, kepala saya ditutup dengan kain dan leher dijerat tali dari belakang.
15 Agustus 2000
Cerita Usep:
Pukul 01.00: Mobil berhenti. Saya dimasukkan ke sebuah kamar kosong bercat putih. Di kamar bertegel abu-abu itu hanya ada sebuah kasur tanpa dipan. Di dalamnya juga ada kamar mandi, tanpa sabun, sikat, atau pasta gigi. Kamar itu tak berjendela dan punya satu lubang angin. Udara terasa agak dingin.
Cerita Azdam:
Pukul 02.00: Mobil berhenti di satu tempat berhawa dingin. Saya dimasukkan ke sebuah kamar sendirian.
15-17 Agustus 2000
Cerita Usep:
Dibiarkan di kamar tanpa diajak berkomunikasi. Makanan berupa nasi bungkus dan air dalam plastik diantar oleh seorang bertubuh besar dengan penutup kepala.
Cerita Azdam:
Tidak diinterogasi dan diizinkan membuka penutup kepala. Diberi makan sekali sehari oleh seseorang yang memakai jaket. Makanan disorongkan dengan cepat, sehingga sulit mengenali penculik.
Cerita Anton:
Dibawa mobil beberapa lama. Lalu disekap dan tidak diapa-apakan selama 3-4 hari. Suasana kamar sejuk dan ada lampu 5 watt yang menyala terus. Ada kamar mandi di dalam kamar dengan lampu yang tak menyala. Aku sempat mengenal pagi karena ada suara ayam jantan satu kali. Kondisi di kamar jelek. Banyak kutu busuknya. Di WC juga banyak kecoanya.
Cerita Idham:
Saya disekap di kamar yang kumuh dengan dinding tanpa cat. Kamar mandi di dalam kamar dan jorok sekali. Air kadang hidup kadang mati. Ventilasi hanya lubang angin tiga kotak di atas pintu.
18 Agustus 2000
Cerita Usep:
Dibawa dengan mobil dalam waktu lama yang tidak bisa diperkirakan. Sampai di suatu tempat, dimasukkan ke dalam kamar bertegel putih yang mirip dengan tempat pertama. Kamar ini memiliki dipan dan kursi. Di tempat ini setiap hari diinterogasi, ditanya tentang aktivitas di KPA. Tidak tahu berapa lama berada di tempat ini.
Cerita Azdam:
Dibawa ke suatu tempat yang jaraknya jauh sekali serta melalui jalan yang naik-turun dan berkelok. Lokasi penyekapan kedua ini lebih dingin dari yang pertama. Ditempatkan di sebuah kamar berlantai beton yang mempunyai kamar mandi sendiri. Kamar itu tidak memiliki kursi atau meja. Hanya kasur yang diletakkan di atas lantai.
18-26/27 Agustus 2000
Cerita Usep:
Diinterogasi berkali-kali. Ditanya dengan pertanyaan yang itu-itu saja, yakni tentang aktivitas KPA.
Cerita Azdam:
Diberi makan sekali sehari dan diberi baju. Diinterogasi berkali-kali oleh tiga orang yang dikenali dari suaranya. Ketika diinterogasi, tangan diikat di kursi dan baju dicopot. Materi interogasi tentang kegiatan KPA, penjarahan lahan oleh petani, dan masalah ekonomi. Sempat dipukul di bagian dada dengan tidak terlalu keras tapi cukup membuat dada sesak.
Cerita Anton:
Dibawa mobil dalam waktu lama. Dimasukkan ke kamar dan sering diinterogasi tentang aktivitas KPA, terutama tentang kasus Tapos dan kasus Bintan. Mereka juga sering bertanya tentang organisasi mahasiswa Forum Kota. Makan diantar setiap hari, tapi setiap kali pengantar masuk, saya disuruh membelakangi pintu. Saya pernah ditampar dan dipukul beberapa kali.
Cerita Idham:
Mirip cerita yang lainnya. Interogasi sering dilakukan dengan pertanyaan tentang aktivitas KPA, juga aktivitas saya di Kampung Dukuh Garut dan perkebunan kelapa sawit Condong, Jawa Barat.
27 Agustus 2000
Cerita Usep:
- Dikeluarkan dari kamar dengan kepala tertutup dan dibawa dengan mobil dalam waktu yang cukup lama. Dalam perjalanan, seorang penyekap menyodorkan sebuah amplop berisi tiket pesawat dan uang. Belakangan diketahui tiket Garuda itu menggunakan nama Ummu Jumhana. Dikeluarkan dari mobil setelah tutup matanya dibuka. Lalu, mobil itu pergi sehingga tidak bisa diidentifikasi. Hari masih pagi. Diturunkan di dekat kebun bambu yang belakangan diketahui dekat Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Tiket yang dipegang jurusan Jakarta dengan jam penerbangan pukul 07.20 WIB. Sempat menelepon dari wartel di dekat pintu masuk, dengan memakai uang dari penculik, minta dijemput di Cengkareng.
- Pukul 8.30: Sampai di Cengkareng dan dijemput staf KPA dan Kontras.
Cerita Azdam:
- Dibawa mobil selama kira-kira enam jam. Mobil berhenti dan diberitahukan sudah dekat bandara, yang ternyata Bandara Ahmad Yani, Semarang. Lalu, saya diberi bungkusan plastik yang berisi amplop. Di dalam amplop itu ada uang Rp 15 ribu dan tiket Mandala Semarang-Jakarta. Kemudian, dalam kendaraan yang berjalan pelan-pelan, tutup kepala dibuka, lalu saya didorong keluar meski tak sampai terjatuh. Saya tak sempat menelepon karena takut ketinggalan pesawat. Sesampai di Cengkareng, saya naik taksi dengan berbekal uang Rp 15 ribu pemberian penculik dan sisa uang sendiri Rp 20 ribu.
- Pukul 10.15: Sampai rumah.
- Pukul 15.00: Dijemput Kontras.
Cerita Nyonya Afiah, ibu Azdam:
- Pukul 10.15: Azdam pulang dengan muka pucat. Ketika ditanya naik apa dari bandara, Azdam mengaku naik taksi. Tapi, sewaktu pertanyaan diulang, Azdam mengaku naik bus Damri.
- Pukul 15.00: Kontras datang bersama KPA menjemput Azdam.
Cerita Anton:
Saya diantar ke Bandara Ahmad Yani, Semarang, diberi tiket pesawat Garuda yang take off pukul 08.40 WIB. Di dalam tiket, nama saya adalah Lukas.
Cerita Idham:
Saya diantar ke Bandara Adi Sumarmo, Solo, dan diberi tiket jurusan Jakarta. Pesawat take off pukul 12.30. Sesampai di Jakarta, saya ingin menelepon, tapi keburu bertemu dengan Joko, aktivis KPA lainnya. Lalu, saya tanya, kok, Joko tahu saya ada di sini. Dia bilang, Usep sudah datang, dan Usep bilang teman-teman agar disebar (ke beberapa terminal bandara untuk mencari korban yang lain).
Benarkah Mereka Diculik?
Argumen Menguatkan | Argumen Melemahkan |
Keterangan Usep bahwa dia naik pesawat Garuda Yogya-Jakarta dengan nama Ummu Jumhana dibenarkan staf Garuda di Bandara Adi Sutjipto. | Menurut polisi, ada pembicaraan melalui telepon genggam yang dibawa Usep dengan aktivis KPA lainnya pada periode waktu penculikan. |
Keterangan Azdam bahwa dia naik pesawat Mandala Semarang-Jakarta dengan nama Yosef Adiwijaya dibenarkan staf Bandara Ahmad Yani, Semarang. | Menurut polisi, KPA menyewa mobil Kijang D-1760-PS (Bandung, markas KPA). Mobil ini sempat dibawa ke Semarang--salah satu kota tempat korban disekap. |
Meski tidak cukup spesifik, reformasi agraria memang bisa menjadi isu yang mengancam para tuan tanah. Artinya, ada motif untuk menculik mereka. | Adanya keengganan KPA dan Kontras untuk bekerja sama dengan polisi serta melanjutkan kasus ini secara hukum. |
Berbagai Versi tentang Penculik
Versi | Pelaku | Motif |
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) | Pemilik modal, penguasa tanah | Menggagalkan reformasi agraria |
Kontras | Lawan politik Kapolda Jaya Inspektur Jenderal Nurfaizi | Menjatuhkan citra Nurfaizi dan polisi secara keseluruhan |
Polisi | Korban tidak diculik, tapi menyembunyikan diri | Menjatuhkan citra polisi, memperkuat kampanye reformasi agraria |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo