Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Perludem Ungkap Plus Minus Pemilu 2024 yang Diadakan 14 Februari

Perludem menilai perlu dilihat persinggungan tahapan Pemilu 2024 dan Pilkada serentak yang berpotensi memberikan beban

25 Januari 2022 | 10.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga negara Indonesia yang berada di Wellington memasukkan kertas suara ketika mengikuti pemilu 2019 di KBRI Wellington, New Zealand, Sabtu, 13 April 2019. Pemilu serentak 2019 ikuti sekitar 4900 WNI yang memiliki hak pilih di seluruh New Zealand. ANTARA/ Ramadian Bachtiar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Ramadhanil, menilai keputusan melaksanakan Pemilu 2024 pada 14 Februari cukup baik. “Sebab sudah hampir 6 bulan kepastian jadwal tahapan ini menggantung,” kata Fadli kepada Tempo, Selasa, 25 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fadli mengatakan penentuan tanggal tersebut cukup penting bagi penyelenggara segera memastikan jadwal pemilu agar desain tahapan pemilu 2024 bisa dimatangkan. Meski begitu, Fadli mengatakan ada beberapa catatan dari penetapan jadwal tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertama, jadwal hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024 dinilai terlalu jauh dengan jadwal pelantikan presiden terpilih yang akan dilaksanakan pada 20 Oktober. Menurut Fadli, hal ini akan membuat gonjang-ganjing politik setelah pemilihan presiden menuju pelantikan akan sangat lama.

“Ini disebabkan oleh adanya Pilkada di November, karena baik KPU maupun pemerintah dan DPR ingin memaksakan hasil pemilihan legislatif 2024 dijadikan basis pencalonan untuk Pilkada 2024,” ujarnya.

Kedua, dengan sudah ditetapkan jadwal Pemilu 2024, Fadli menilai perlu dilihat persinggungan tahapan pemilu dan pilkada serentak yang berpotensi memberikan beban berat pada penyelenggara. Misalnya, di semester kedua pada 2023, seluruh jajaran KPU akan disibukkan dengan persiapan pemungutan suara 2024.

Sementara di saat bersamaan, seluruh KPU dan Bawaslu di provinsi dan kabupaten/kota juga sibuk menyiapkan anggaran Pilkada 2024. “Kita tahu semua proses persiapan anggaran pilkada tidak pernah mudah bagi daerah,” katanya.

Fadli menuturkan, proses persiapan anggaran pilkada selalu diwarnai lobi antara penyelenggara pemilu dan kepala daerah serta DPRD yang selalu melelahkan. Apalagi, nantinya sebagian besar daerah bakal diisi oleh penjabat kepala daerah.

“Potensi yang mesti dihindari kepala daerah adalah tarik menarik kepentingan politik pemenangan pilpres yang berpotensi melibatkan penjabat kepala daerah,” kata peneliti Perludem ini soal jadwal Pemilu 2024.

FRISKI RIANA

Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus