ADALAH sebuah gua di Sungai Langsat, Tanjung Gadang, 35 kln
sebelah selatan Muara, ibukota Kabupaten Sawahlunto Sijunjung,
(Sumatera Barat), dekat Jalan Raya Lintas Sumatera. Diam-diam
kegiatan berlangsung di sana: memproduksi pupuk alam palsu.
PT Prakarsa, perusahaan yang sejak bulan lalu sibuk di gua
tersebut, mendapat jatah pengadaan pupuk alam untuk 4 provinsi
Sumatera Barat (1.095 ton), Jambi (1.090 ton), Sumatera Barat
(305 ton) dan Bengkulu (1.810 ton). Jatah itu diperoleh dari PT
Galva Sedang Galva menerimanya dari PT Cipta Niaga. Keduanya
berkantor di Jakarta.
Adapun Cipta Niaga meneken kontrak pada 15 Februari dengan
Ditjen Pertanian Tanaman Pangan. Harga kontrak seluruhnya hampir
Rp 400 juta. Pengadaan pupuk alam itu dimaksudkan untuk para
petani di beberapa proyek transmigrasi. Namun ternyata yang
dibuat oleh Prakarsa adalah pupuk alam palsu. Sampai awal bulan
ini belum diketahui jumlah 'pupuk' yang beredar.
Sekedar Formalitas
Tapi tak kurang dari 600 ton kabarnya sudah terkirim ke proyek
transmigrasi Sitiung. Puluhan ton lainnya ke Sumatera Utara dan
sebagian ke Bengkulu. "Semuanya sedang diteliti dan segera akan
ditarik dari peredaran," kata seorang petugas polisi di Kodak
III.
Kecurigaan terhadap pupuk produksi Prakarsa timbul awal bulan
lalu yaitu ketika Mayor (Purn) Nanti Sitorus, Direktur Prakarsa,
menyodorkan tanda-terima penyeoran 1.000 ton lebih pupuk untuk
Sitiung kepada Diperta Sum-Bar. "Sebagian sudah dikirim, yang
lain sudah di gudang Pelabuhan Muara," kata Sitorus.
Setelah dicek ternyata yang dikirim baru 40 karung. Sedang di
gudang pelabuhan antar pulau Muara, Padang, kosong Meski sudah
ketahuan, Sitorus tenang-tenang saja. "Ini kan hanya sekedar
formalitas agar uang turun," kata Sitorus membujuk. Kepala
Diperta Sum-Bar, Ir. Nurmawan, menolak.
Sitorus tidak berputus asa. Ia membujuk petugas lapangan Upik
Lubis (Petugas Penyuluhan Lapangan) dan Nursal Syam (Petugas
Penyuluhan Madya) di Sitiung. Tapi keduanya menolak menerima
pupuk yang pada etiket tertulis 45 kg tapi berat setelah
ditimbang hanya 30-32 kg saja. Kedua petugas lapangan itu juga
menolak "amplop" yang disodorkan. Celaka bagi Sitorus, kedua
petugas itu juga mencium kegiatan Prakarsa di Sungai Langsat.
Laporan segera disampaikan kepada Ir. Nurmawan. Tim Diperta
Sum-Bar pun segera dikirim ke Sungai Langsat. Di sebuah gua, tim
menemukan puluhan karung berisi "pupuk alam", sejenis dengan
yang dikirim ke Sitiung. Tim segera menghubungi kepolisian. Dan
pertengahan bulan lalu gua di Sungai Langsat itu pun digerebek.
Tiga petugas Prakarsa ditangkap. Mereka itu: Irwan (26 tahun),
ipar Nanti Sitorus, Abdul Halil (40) dan Laurens Sitorus (40).
Sementara itu Nanti Sitorus, yang menghilang tiba-tiba, 29 Juni
tertangkap di Medan.
Menurut penelitian Laboratorium Tanah di Bukittinggi, pupuk itu
memang palsu. Pokoknya tidak memenuhi persyaratan kimiawi
sebagaimana halnya pupuk alam yang mengandung posfat. Sebab
bahan bakunya memang tanah belaka. Tanah di dalam gua Sungai
Langsat memang hitam kemerah-merahan mirip pupuk alam. Setelah
digiling halus lantas dicampur air tahi kelelawar--agar baunya
busuk mirip pupuk alam.
"Izin eksplorasi" di Sungai Langsat diperoleh Nanti Sitorus dari
Bupati Sawahlunto Sijunjung. Tapi Bupati Jamaris Yunus
sebenarnya hanya memberi izin (24 Mei 1980) untuk penelitian
saja. Tapi izin itu pun sebenarnya tak bisa diterbitkan oleh
seorang bupati. Sebab, seperti kata pejabat Biro Hukum Pemda
Sum-Bar, izin penelitian dan eksplorasi bahan galian seperti
pasir, batu atau kapur adalah wewenang gubernur.
Apa sebenarnya usaha PT Galva? Dua buah perusahaan di Jakarta
yang juga berkecimpung dalam pengadaan pupuk alam, misalnya PT
Pritam Singh dan CV Masyarakat, tak pernah mendengar nama Galva
sebagai perusahaan yang menangani pupuk alam. Seorang petugas
Galva di Jalan Hayam Wuruk (Jakarta) tidak bersedia memberi
ketcrangan. Tapi perusahaan itu ternyata bergerak di bidang
elektronika. Hal itu dibenarkan oleh Ir. Noorsyamsinah, Direktur
Cipta Niaga, yang menangani kontrak dengan Galva.
Suatu hari Galva menghubungi Cipta Niaga. "Ia mengaku punya stok
pupuk posfat bikinan dalam negeri dan sudah biasa me-lever
barang-barang untuk Departemen Pertanian," kata E.Ch.
Simanjuntak SE, Presdir Cipta Niaga. Galva ternyata punya
hubungan kerja dengan Prakarsa dengan stok pupuk di Balige
(Sum-Ut). "Prakarsa juga punya izin tambang dan berpengalaman
dalam hal pupuk--itu terbukti dari dokumen-dokumen resmi," kata
Simanjuntak lagi. Dan, setelah lokasi di Balige ditinjau, di
sana memang terdapat pupuk seperti diinginkan Departemen
Pertanian.
Jadi kemungkinan terbesar menurut Simanjuntak, pupuk yang
dikirim oleh Prakarsa tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Dikibulilah, pokoknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini