Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Politik Bisnis Sang Gubernur

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NUR ALAM bisa dibilang kader "premium" Partai Amanat Nasional di Sulawesi Tenggara. Kontraktor sukses berusia 47 tahun ini bergabung dengan partai itu sejak 1998. Jabatannya kala itu sekretaris dalam kepemimpinan Ketua Andrey Djufri, yang merupakan paman istrinya, Hasnawati Hasan alias Tina.

Dia menjadi ketua dua tahun kemudian dan mampu mendongkrak suara PAN pada Pemilihan Umum 2004. Partai ini menempati urutan kedua, di bawah Partai Golkar, dan menyumbangkan enam kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara serta satu kursi di DPR. Nur Alam terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara 2004-2009.

Menjelang akhir periodenya sebagai anggota Dewan, pada Februari 2008, Nur Alam terpilih menjadi gubernur. Berpasangan dengan Wakil Gubernur Saleh Lasata, ia mengalahkan pasangan inkumben Ali Mazi-Abdul Samad. Keberhasilan Nur Alam tak lepas dari bantuan Widdi Aswindi, anggota tim strategi pemenangan dari Lingkaran Survei Indonesia sebagai konsultan politik.

Kepada Tempo, Widdi mengaku dikenalkan dengan Nur Alam oleh Halim Ashari, pengurus pusat PAN koordinator Sulawesi Tenggara. Sukses pada pemilihan 2008, ia kembali membantu Nur Alam-Saleh untuk mempertahankan jabatan mereka. Kali ini, ia membawa bendera Jaringan Suara Indonesia, lembaga konsultan politik yang ia dirikan setelah keluar dari Lingkaran Survei Indonesia.

Hubungan Widdi dengan Sulawesi Tenggara jauh melampaui urusan politik. Menggunakan perusahaan PT Billy Indonesia yang dipimpinnya, ia masuk ke bisnis penambangan nikel di Konawe Selatan dan Bombana. Perusahaan inilah yang diduga menjadi jembatan lalu lintas keuangan antara Richcorp International Limited yang berbasis di Hong Kong dan Nur Alam. Ditanyai soal ini, Widdi mengatakan, "Bisnis itu tak ada kaitannya dengan Nur Alam."

Nur Alam tambah moncer ketika pada Pemilu 2009 PAN mendapat tambahan satu kursi lagi di DPRD. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo, Kendari, itu pun didapuk menjadi Ketua PAN untuk ketiga kalinya, yakni periode 2010-2015. Aturan partai sebenarnya hanya memperbolehkan posisi ketua dijabat maksimal dua kali. "Nur Alam masih sangat dibutuhkan," ujar Sukarman, pengurus lokal.

PAN semakin berjaya pada Pemilu 2014. Partai ini memperoleh suara terbanyak di sebagian besar kabupaten dan kota wilayah itu. Istri Nur Alam, Tina, melenggang ke Senayan dengan suara terbanyak, yakni 131.529 suara. Menurut salah satu pendiri PAN, Putra Jaya Husin, kader partainya memimpin 10 dari 12 kabupaten atau kota di sana.

Menurut Alvin Lie, Wakil Sekretaris Jenderal PAN 2002-2005, Nur Alam dekat dengan Ketua Umum Hatta Rajasa. Meski begitu, Nur Alam gagal memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta pada pemilihan presiden lalu. Meski menjadi ketua tim pemenangan pasangan itu di Sulawesi Tenggara, ia mengatakan bersikap netral. "Sebagai gubernur, saya milik seluruh rakyat," katanya pada 18 Juni lalu. "Tapi saya tidak bisa menolak menjadi ketua tim karena calon wakil presidennya ketua umum saya." Hasilnya, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menang dengan 54,9 persen suara.

Jobpie Sugiharto, Rosnia Fikri Tahir (Kendari), Tika Primandari, Linda Hairani (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus