Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Institut Teknologi Bandung (ITB) menempati peringkat pertama di Indonesia dalam hal riset dengan skor 25,8. Skor ini berdasarkan penilaian lembaga pemeringkatan Times Higher Education (THE) yang telah merilis peringkat universitas-universitas di dunia tahun 2023.
THE World University Rankings 2023 mencakup 1.799 universitas yang ada di seluruh dunia. Pemeringkatan ini dilakukan berdasarkan beberapa indikator, salah satunya adalah riset.
Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPiK) ITB, R. Sugeng Joko Sarwono, menyatakan kerja sama di bidang industri serta riset yang dilakukan selama ini menunjukkan bahwa produk teknologi yang dihasilkan ITB memiliki kontribusi yang baik bagi masyarakat.
“Memang kalau dilihat dari perjalanan tahun ke tahun, dibandingkan dengan kampus lainnya, skor ITB memang lebih tinggi untuk riset serta keterlibatannya di bidang industri,” ujarnya dilansir dari situs ITB pada Kamis, 31 Agustus 2023.
Dia mengungkapkan produk teknologi dan inovasi dari ITB didasarkan pada hasil riset yang mendalam. Sehingga, produk teknologi yang dihasilkan mempunyai kebermanfaatan untuk jangka panjang.
Tidak berhenti sampai di situ, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB, Yuli Setyo Indartono, mengatakan riset yang dilakukan ITB pun akan terus berkelanjutan. Bahkan, kini sudah mulai banyak riset yang menyasar ruang lingkup internasional.
LPPM sendiri kini telah membiayai dosen-dosen ITB untuk melakukan riset internasional. Selain guna memperluas jejaring, hal ini pun untuk memudahkan para dosen membuat publikasi internasional.
“Tentu ada poin baru mengenai international networking. Hal ini pun dapat memperkuat dosen untuk lebih terdorong lagi secara internasional. Dalam hal ini, ITB pun sebagai lembaga pendidikan dapat bersaing lagi di tingkatan global,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Pengembangan Ilmu dan Teknologi (LPIT), Grandprix Thomryes Marth Kadja, mengatakan ITB telah melakukan berbagai riset yang bekerja sama dengan kampus-kampus ternama lainnya dalam lingkup internasional.
“Ciri khas kerja sama yang dilakukan ITB adalah yang berbasis sains dan teknologi. Berbagai riset internasional sejak tahun lalu telah dilaksanakan. Jadi, para dosen sekarang wajib melakukan riset bersama mitra maupun partner di luar negeri,” ungkap dia.
ITB pun telah bermitra dengan beberapa kampus yang mempunyai reputasi yang baik tidak hanya di Asia, namun juga dalam kancah global. Contohnya adalah kerja sama dengan dua universitas di Singapura, yakni Nanyang Technological University (NTU) dan National University of Singapore (NUS).
“Dengan NTU dan NUS itu bermitra dan sejajar, dalam posisi yang kolegia. Jadi kemitraan ini dalam posisi yang cukup setara,” ucapnya.
Dia berharap, dengan berbagai riset dan inovasi yang telah dilakukan, ITB dapat terus memberikan pengaruh yang positif hingga kancah internasional.
“Dari segi kapasitas, penelitian, serta pengabdian masyarakat selama ini telah berjalan dengan baik. Tentu masih harus ditingkatkan, agar ke depannya ITB dapat menjadi leader dalam hal kerja sama internasional juga,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini