Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ray Rangkuti Sebut Jokowi Cenderung Adopsi Gaya Kepemimpinan Soeharto

Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai, Presiden Joko Widodo atau Jokowi cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan Soeharto.

20 Oktober 2020 | 15.49 WIB

Presiden Joko Widodo (rompi ungu) meresmikan jalan tol ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 4 yang menghubungkan Indrapuri-Blang Bintang dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Aceh pada Selasa, 25 Agustus 2020. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Perbesar
Presiden Joko Widodo (rompi ungu) meresmikan jalan tol ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 4 yang menghubungkan Indrapuri-Blang Bintang dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Aceh pada Selasa, 25 Agustus 2020. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai, Presiden Joko Widodo atau Jokowi cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan Soeharto dalam mengelola kekuasaan di periode kedua pemerintahannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Jalan kepemimpinan yang dipilih Jokowi, setidaknya dalam satu tahun terakhir ini, lebih terlihat ala Soeharto, bukan Soekarno atau Habibie," ujar Rangkuti dalam diskusi daring, Selasa, 20 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Rangkuti, ada enam ciri kepemimpinan Jokowi yang dinilai mirip dengan gaya Presiden RI Kedua itu. Pertama, target kekuasaan lebih fokus pada pembangunan seperti halnya era orde baru. "Jokowi hanya pikir investasi, investasi terus infrastruktur," ujar dia.

Kedua, ujar dia, Jokowi menggunakan aparat untuk menciptakan stabilitas pemerintahan. Alat-alat negara dipakai untuk membungkam suara-suara kritis dan sejumlah aktivis ditangkap atas tuduhan melanggar UU ITE serta patroli siber terus berlangsung.

Ketiga, mengakumulasi kekuasaan pada satu tangan. "Mayoritas parlemen dikuasai Jokowi, 7 dari 9 fraksi mendukung pemerintah dan hanya menyisakan dua oposisi yang juga tidak sepenuhnya juga oposisi. Kadang oposisi kadang tidak, seperti ketika revisi UU KPK, semua sejalan dengan pemerintah," ujar Rangkuti.

Ciri keempat, menarik investasi yang cenderung mengeksplorasi sumber daya alam. Kelima, terabainya gerakan antikorupsi. "Ini terlihat jelas dengan revisi UU KPK," ujar Rangkuti.

Keenam, maraknya dinasti politik. "Kalau zaman orba itu lebih terkenal dengan nepotisme, sekarang ya dinasti politik. Pak Jokowi sendiri menunjukkannya dengan pencalonan anak dan menantunya di Pilkada 2020," ujar Rangkuti.

Sejumlah ciri-ciri ini, kata Rangkuti, memperjelas arah pemerintahan Jokowi ke depan yang tidak berpihak kepada rakyat. "Maka kalau melihat kondisi sekarang hingga empat tahun ke depan, lebih jelas kita melihat kemurungan di masa depan daripada optimisme," ujar dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus