Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Metode penggalangan dana untuk kepentingan terorisme terus berubah-ubah agar tak mudah terlacak. Mulanya para teroris mengumpulkan dana dengan cara merampok, istilah mereka disebut fa’i, yang artinya harta rampasan perang. Pola ini perlahan-lahan ditinggalkan setelah Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI menangkapi mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepolisian dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengendus pola baru penggalangan dana terorisme. Ketua PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin mengatakan para teroris mempunyai berbagai cara mencari dana untuk rencana teror mereka, seperti bisnis obat herbal, jual-beli pulsa, servis barang elektronik, menggalang dana lewat media sosial dengan dalih kegiatan kemanusiaan, pembentukan multi-level marketing, serta menggalang dana dari luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pola ini berubah sejak 2015," kata Kiagus.
Perampokan 1999
Batalion Abu Bakar pimpinan Yoyo, Zulfikar, dan Asadullah terlibat perampokan Bank BCA Hayam Wuruk, di Jakarta. Setelah itu, kelompok ini mencoba mengebom Masjid Istiqlal, Jakarta, dan hendak membunuh Matori Abdul Djalil, Menteri Pertahanan (2001-2004), tapi gagal.
6 Mei 2003
Kelompok Fadli Sadama merampok Bank Lippo di Medan. Ia adalah anggota Jamaah Islamiyah Sumatera Utara–kelompok teroris. Dia divonis tujuh tahun penjara karena perampokan ini. Setelah bebas, Fadli kembali terlibat perampokan money changer di Dumai dan Bank BRI Kutablang, 12 Mei 2009. Fadli pun divonis 18 bulan penjara karena perampokan tersebut. Selain itu, ia terlibat perampokan Bank CIMB Niaga pada 2010 dan penyerangan Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Medan, Agustus 2010.
18 Agustus 2010
Kelompok Toni Togar merampok Bank CIMB Niaga cabang Medan Aksara, Medan, Sumatera Utara. Toni Togar alias Indra Warman-alumnus Pesantren Ngruki, Solo-yang saat itu mendekam di penjara karena terlibat pengeboman gereja pada 2000, menjadi otak perampokan ini. Mereka yang terlibat, di antaranya adalah Abu Tholut, Jaja Miharza, Anton Sujarwo, dan Pamriyanto.
18 Januari 2013
Kelompok Abu Omar–pemasok senjata dari Filipina-terlibat perampokan Bank BRI cabang Reban, Batang, Jawa Tengah, pada 18 Januari 2013 dan Bank BRI Pringsewu, Lampung, pada 24 Juli 2013.
Maret 2013
Kelompok Abu Roban-pimpinan Mujahidin Indonesia Barat-terlibat perampokan toko emas di Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat, dan perampokan Bank DKI.
24 Agustus 2019
Yunus Trianto, 41 tahun, merampok toko emas Dewi Sri, di Kabupaten Magetan. Target Densus 88 Antiteror ini mengambil uang Rp 10 juta serta emas dari toko emas Dewi Sri, lalu kabur. Tapi ia tertangkap di parkiran toko emas tersebut.
Membobol Perusahaan MLM
Rizki Gunawan saat ditangkap di Jalan Pancing Medan, Sumatera Utara, 2012.
Rizki Gunawan membobol perusahaan MLM dan investasi, 2012, senilai Rp 5,9 miliar. Sebagian uang itu dikirim untuk kepentingan pelatihan militer kelompok teroris Majelis Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo