Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bila berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebaiknya jangan lupa berkunjung ke bengkel kerajinan tangan Samara Lombok di wilayah Kediri, Lombok Barat. Di sana tersedia berbagai macam kerajinan untuk suvenir dan pengunjung dapat langsung belajar membuat kerajinan kertas daur ulang dari perajin difabel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik bengkel kerajinan Samara Lombok ini adalah Fitri Nugrahaningrum, 43 tahun. Perempuan difabel netra kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini sudah memberdayakan lebih dari 20 penyandang disabilitas di rumahnya. Sejak sembilan tahun lalu, dia mengajarkan difabel dari bejenis ragam disabilitas untuk membuat aneka kerajinan tangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Produksi kerajinan tangan dikerjakan oleh teman-teman disabilitas fisik dan sensorik netra, untuk desain dan pengemasan dilakukan oleh teman-teman tuli," ujar Fitri kepada Tempo, Jumat 16 Oktober 2020. Dia memadukan kemampuan yang berbeda dari para penyandang disabilitas karena setiap difabel memiliki kemampuan berbeda sesuai jenis ragam disabilitasnya.
"Perpaduan keahlian terfokus itu menghasilkan kerajinan tangan yang bagus dan berkualitas," kata Fitri. Tidak tanggung-tanggung kapasitas produksi yang dapat dihasilkan seorang perajin difabel mencapai 100 produk per bulan. Fitri juga menerapkan mekanisme pembuatan dan penjualan barang sesuai pesanan pelanggan. Produk yang dihasilkannya sangat beragam, mulai dari bunga plastik, gantungan kunci, tas, hingga makanan olahan.
Mekanisme pemberdayaan pekerja dengan disabilitas yang dilakukan Fitri akhirnya banyak dilirik oleh lembaga pendidikan dan pemerintah daerah. Lebih dari 600 siswa belajar di bengkel kerja sekaligus rumah miliknya itu. Kerajinan tangan para difabel ini terbuat dari limbah kertas. Bahan daur ulang tersebut berasal dari kertas tak terpakai di perusahaan atau tugas mahasiswa yang dibuang.
Limbah kertas dihancurkan dengan air sampai menjadi adonan lunak. Kemudian dibentuk dengan menggunakan lem kayu dan dikeringkan di bawah sinar matahari. "Dalam sebulan, kami bisa mendaur ulang limbah kertas sebanyak lima kilogram untuk diolah menjadi berbagai macam souvenir," ujar Fitri.
Alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau FKIP jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Sebelas Maret ini juga memanfatkan serbuk kayu dan pecahan kulit telur sebagai bahan baku. Produk kerajinan Samara Lombok dibanderol sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 400 ribu.
Di tengah pandemi Covid-19, kegiatan pemberdayaan di bengkel kerajinan Samara Lombok berkurang. Meski begitu, usaha kecil yang melibatkan banyak orang ini tetap bergeliat. Buktinya ada pesanan instalasi seni untuk pameran di beberapa kota. Instalasi seni itu berupa patung para kepala negara di Indonesia yang terbuat dari kertas daur ulang.