Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Satu Perang, Dua Sebab

Tentara dan polisi baku tembak selama delapan jam di Serui, Irianjaya. Apa musababnya?

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINUMAN memabukkan bisa mengantar orang ke penjara, itu cerita biasa. Tapi, jika minuman beralkohol meletuskan perang antara dua pasukan bersenjata, ini baru berita. Kisah "perang" tentara versus polisi ini terjadi di Serui, ibu kota Kabupaten Yapenwaropen, Irianjaya. Senin pekan lalu, pasukan Brigade Mobil (Brimob) dan Batalion 611 selama delapan jam terlibat adu tembak senjata otomatis. Sejak tengah hari pertempuran itu meletus dan mengubah kota kecil Serui menjadi sebuah neraka kecil. Caci-maki dan desingan peluru melengking. Ketakutan menyapu rumah-rumah penduduk. Pintu-pintu rumah dikunci rapat. Dari pertempuran itu, seorang anggota Brimob luka parah tertusuk sangkur. Sertu Eko dan Pratu Yuhansyah dari Batalion 611 tewas di tempat. Yang lainnya luka parah dan masih dirawat di rumah sakit di Kabupaten Biak. Dua orang diterbangkan untuk dirawat di Jakarta. Apa penyebabnya? Sumber TEMPO di Komando Distrik Militer Yapenwaropen menuturkan bahwa perang bermula dari sebuah kedai minuman keras di Kampung Harapan di pusat kota. Sekitar pukul 11.00 WIT, tiga orang anggota Batalion 611 ditemani seorang warga--sebut saja namanya Anton--asyik menenggak minuman keras. Empat orang anggota Brimob juga mampir ke warung itu. Musik berdentang dan satu-dua gelas minuman terjun ke tenggorokan. Ketika Anton hendak ke luar kedai, seorang anggota Brimob menegurnya. "Hei, minta rokok," kata anggota Brimob itu. Anton cuek saja dan terus melenggang ke luar. Merasa disepelekan, anggota Brimob itu naik pitam. "Mentang-mentang kamu dekat dengan anggota Yonif, kamu jadi sombong," ujarnya mengumpat. Seperti umpan, darah ketiga anggota batalion tadi naik ke ubun-ubun. Salah seorang di antaranya langsung menghampiri keempat anggota Brimob itu. Suhu makin mendidih. Pemilik kedai ketakutan. Adu mulut sembari menuding-nuding pun terjadi. Dan… buk, sebuah pukulan keras mendarat di kepala anggota Batalion 611 itu. Dua anggota batalion yang lainnya datang membantu. Baku pukul pun kian seru. Seorang anggota Brimob akhirnya melepas timah panas. Sersan Eko dari Batalion 611 langsung terkapar, tewas. Keempat anggota Brimob tadi kabur ke kantor polisi sektor. Perkelahian berhenti, tapi tidak lama. Sebab, kabar kematian Sersan Eko membuat anggota Batalion 611 yang lain marah besar. Mereka langsung mengepung Kantor Kepolisian Resor Yapenwaropen, yang terletak di Jalan Diponegoro. Berbagai jenis senjata ikut "memeriahkan" penyerbuan itu. Desingan peluru berlomba di langit Serui hingga pukul 07.30 WIT keesokan harinya. Tapi itu versi dari pihak tentara. Versi dari Polres Yapenwaropen lain lagi. "Peritiwa itu bermula dari diserempetnya seorang anggota polisi di Kampung Harapan," kata Kepala Polres Yapenwaropen, Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Fachrudin, kepada TEMPO. Karena diserempet, anggota polisi itu menyepak pengendara motor. Perkelahian meletus. Satu lawan dua memang tidak seimbang. Polisi itu kedodoran menghadapi dua lawannya. Tonjokan bertubi-tubi mendarat di kepalanya. Menurut cerita Fachrudin, sejumlah polisi yang sedang berpatroli di kawasan itu mencoba melerai. Susah, karena dua pria itu telanjur mengamuk. Komandan patroli melepas timah panas ke langit. Dua pengendara itu lari ke sebuah kedai minum. Kawan-kawannya ternyata berkumpul di kedai itu. Petugas patroli kembali ke polres. Tiga puluh menit kemudian, datanglah pengepungan itu, yang dilawan habis-habisan oleh pihak polisi. Fachrudin, yang mengaku berada di luar kantor, enggan pulang begitu mendengar kantornya dikepung. Mengapa dia tidak menenangkan anak buahnya? "Bagaimana bisa pulang? Menyelamatkan diri saja susah," kata Fachrudin. Tapi siapa dua pengendara sepeda motor itu? "Ya, orang batalion. Kalau bukan dari batalion, lalu mengapa mereka menyerbu?" ujar Fachrudin. Mana yang benar? Semua masih ditelusuri. Kepala Kepolisian Daerah Irianjaya, Irjen Polisi Made Mangku Pastika, mengaku mendengar dua versi cerita penyerbuan ini. Panglima Kodam Trikora, Mayjen TNI Mahadi Simbolon, yang juga dilapori dua versi itu, sudah membentuk sebuah tim gabungan untuk menelisik penyebab baku bunuh itu. Versi mana yang benar, tampaknya, tidak terlalu penting bagi masyarakat Serui. Mereka mengaku ketakutan. "Aparat itu datang untuk menjaga keamanan, tapi yang terjadi malah kekacauan," kata Ketua DPRD Yapenwaropen, Jhon Mansai, yang minta agar anggota Brimob dan Batalion 611 itu segera pergi dari kotanya. Itu "hukuman" untuk mereka yang enteng saja menarik pelatuk senapannya. Wens Manggut, Kristian Ansaka (Jayapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus