Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kebetulan-Kebetulan Sang Kopral

Kopral Ibrahim Hasan ditangkap kembali di Aceh. Sejauh mana kaitan buron kasus bom BEJ ini dengan Gerakan Aceh Merdeka?

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBETULANLAH yang menyeret Kopral Dua Ibrahim Hasan ke dalam bui. Tersangka pengebom Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 13 September tahun lalu ini semula tertangkap justru bukan karena urusan bom laknat yang telah mencabut 15 nyawa itu. Ia dicokok aparat lantaran tepergok membawa ganja. Sebuah "kebetulan" lain lalu meloloskannya dari penjara. Pada 16 Juli lalu, ban mobil tahanan yang membawanya ke rumah sakit, setelah ia mengaku sakit perut, mendadak kempis di tengah jalan. Sekejap kemudian, lima pengawalnya lalu cuma melongo menyaksikan ia hilang tanpa bekas. Karena kebetulan pula ia pada Senin pekan lalu kembali meringkuk di sel Pomdam Jaya, Jakarta (lihat tabel). Menurut penjelasan aparat, dalam pelariannya ke Aceh, Ibrahim Hasan tertembak setelah tak sengaja dipergoki pasukan Brimob 16 Agustus lalu. Ketika itu ia baru usai beraksi mengacaukan perayaan proklamasi RI di kawasan Jungka Gajah. Pria yang mengaku bernama Zulkarnain bin Ilyas ini ia lantas dirawat di rumah sakit. Baru delapan hari kemudian identitasnya terbongkar. Lagi-lagi karena sebuah kebetulan. Seorang prajurit Kopassus yang melintas di bangsal tempat ia dirawat mengenali wajahnya. Tertangkapnya Ibrahim Hasan di Aceh kian menguatkan sinyalemen aparat selama ini bahwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berada di balik teror maut bom BEJ. Tapi benarkah Ibrahim salah satu simpulnya? Ibrahim Hasan memang putra Aceh. Ia lahir di Lhokcut pada 6 Maret 1971. Lulus sekolah calon tamtama pada 1990, sebelum dinyatakan desersi, terakhir ia bertugas di Kompi Kawal Detasemen Markas Divisi I Kostrad. Menurut seorang perwira tinggi polisi yang lama mengamati seluk-beluk GAM, Kopral Ibrahim merupakan satu dari sekian anggota TNI dan Polri yang dapat direkrut gerakan ini. Penyelidikan aparat menyimpulkan, Kopral Ibrahim Hasan direkrut Ibrahim Abdul Manaf, penanggung jawab keuangan dan logistik GAM di Jawa. Hingga kini, ia masih buron setelah kabur dari Penjara Cipinang beberapa waktu lalu. Oleh Manaf, Ibrahim di-tugasi menjadi perantara dalam setiap pembelian bahan peledak untuk kemudian disuplai ke Aceh, termasuk dalam pengeboman BEJ. Inti jaringan ini adalah Tengku Ismuhadi, pemilik bengkel Krung Baro Motor di Ciganjur, Jakarta, tempat ditemukan sejumlah bahan peledak yang diduga terkait dengan bom BEJ. Kata sumber TEMPO, Ismuhadi pernah memproklamasikan dirinya sebagai Komandan GAM Wilayah Jabotabek. Mei tahun lalu, sebelum geger BEJ, seorang yang juga mengaku bernama Tengku Ismuhadi pernah mengontak TEMPO. Ketika itu ia mengenalkan dirinya sebagai "perwakilan GAM Jakarta". Suaranya persis dengan Ismuhadi yang kini ada dalam tahanan itu. Indikasi ke arah itu juga datang dari penga-kuan Ami Suhaemi, istri pertama Ibrahim Hasan. Ami teringat pertemuan terakhirnya dengan suaminya. Ketika itu, di suatu sore, 5 September 2000—seminggu sebelum bom BEJ—Ibrahim pulang. Dari mulutnya sempat terucap, "Saya lagi banyak duit." Ibrahim juga bilang mesti segera pergi lagi karena sudah ditelepon teman-temannya. Siapa mereka, Ami tak mengerti, tapi Ibrahim menyebutnya sebagai "teman-teman dari Aceh". Selebihnya, ibu lugu beranak tiga ini mengaku gelap ihwal suaminya. Aparat juga belum punya bukti kuat keterlibatan sang Kopral. "Yang jelas, seperti diakuinya dalam berita acara pemeriksaan, Ibrahim tidak punya jabatan struktural di GAM," kata Komandan Satuan Tugas Penerangan Komando Pelaksana Operasi TNI, Letkol Firdaus. Pihak GAM sendiri membantahnya. Juru bicara GAM, Sofyan Daud, menyatakan tak ada hubungan apa pun antara Ibrahim Hasan dan pihaknya. Ia juga mengaku tak tahu-menahu ihwal keberadaan Ibrahim di Aceh selama ini. Sanggahan serupa disuarakan pengacara Ibrahim Hasan, Jhonson Panjaitan. Dari awal, Ibrahim selalu menyatakan dirinya bukanlah anggota GAM. Kata Jhonson, jika benar Ibrahim terkait, mestinya GAM sangat berkepentingan terhadap persidangannya. Dan kali ini tidak. Berbeda saat Jhonson membela perkara penangkapan juru runding GAM. Ketika itu sejumlah petinggi GAM aktif memberikan masukan. Namun, siapa tahu, masih ada kebetulan-kebetulan lain yang bisa mengurai tuntas misteri Kopral Ibrahim. Karaniya D., Edy Budiyarso, Leanika Tanjung, Zainal Bakri (Aceh)
Jalur Pelarian Ibrahim 16 Juli 2001 Lari dari tahanan Pomdam Jaya, Jakarta. Naik bus menuju Rawamangun, Jakarta. 1 bulan Bersembunyi di Rawa-mangun. 1 minggu Lari ke Bogor, dibantu Praka TNI Joko, temannya satu sel. Lari ke Lampung, dijemput beberapa orang. Dengan bus lari ke Medan, dijemput "B", anggota GAM. Naik bus Kurnia ke Kualasimpang, Aceh Timur. Dibantu GAM, naik boat ke Meuraksa, Aceh Utara. Daerah di bibir pantai Selat Malaka ini oleh GAM disebut "Singapore". 14 Agustus 2001 Diterima petinggi GAM di meunasah (musala) Desa Kandang, Aceh Utara. Ibrahim menawarkan diri bergabung dalam aksi teror perayaan HUT RI ke-56 di Lhokseumawe, tapi ditolak karena belum kenal medan. 15 Agustus 2001 Bersama anggota GAM masuk ke Punteuet, Aceh Utara, melakukan aksi perobekan Bendera Merah Putih. 16 Agustus 2001 Bersama 4 anggota GAM melakukan aksi serupa di kawasan Jungka Gajah. Ditembak pasukan Brimob. Tertangkap, mengaku bernama Zulkarnain bin Ilyas. Dirawat di RSU Cut Meutia, Lhokseumawe. 24 Agustus 2001 Seorang prajurit Kopassus mengenali wajahnya sebagai Kopda Ibrahim Hasan. Satuan Sandi Yudha memastikan jati dirinya itu. Sumber: Satgas Penerangan Kolakops TNI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus