Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sebab Budiman Sudjatmiko, Effendi Simbolon, Maruarar Sirait Tak Lagi di PDIP

Dianggap menyeleweng dari PDIP, Effendi Simbolon akhirnya dipecat. Nasib Effendi setali tiga uang dengan Budiman Sudjatmiko.

2 Desember 2024 | 15.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingat politikus Budiman Sudjatmiko yang dipecat dari keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Agustus 2023 buntut mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024? Nasib serupa kini juga menimpa politikus PDIP Effendi Muara Sakti Simbolon atau yang akrab disapa Effendi Simbolon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemecatan Effendi Simbolon dari keanggotaan PDIP itu terungkap dalam warkat yang diperoleh soal sanksi pemecatan terhadap Effendi. Surat tersebut diterbitkan pada Kamis, 28 November 2024 dengan ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada surat pemecatan tersebut, PDIP melarang Effendi untuk menyematkan nama PDIP pada kegiatan dan jabatan apa pun yang diembannya saat ini. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Djarot Saiful Hidayat, telah membenarkan ihwal warkat pemecatan terhadap Effendi tersebut.

“Dipecat sebagai anggota partai karena melanggar kode etik dan disiplin partai, serta Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga partai,” kata Djarot melalui pesan singkat, Sabtu, 30 November 2024.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus mengatakan, pemecatan terhadap Effendi sudah sesuai dengan aturan partai. Menurutnya, yang bersangkutan telah berkali-kali menunjukkan sikap yang berbeda dengan keputusan partai. Sebab hal tersebut, PDIP memberikan sanksi tegas berupa pemecatan.

“Dalam aturan partai memang sanksinya adalah pemecatan,” kata Deddy kepada Tempo, Sabtu, 30 November 2024.

Namun, Deddy belum menjelaskan sikap berbeda seperti apa yang dilakukan Effendi selama ini, sehingga harus diganjar dengan sanksi pemecatan. Di sisi lain, Tempo belum memperoleh konfirmasi dari Effendi. Pesan konfirmasi yang dikirim melalui nomor telepon WhatsApp, hingga laporan ini dipublikasikan belum memperoleh balasan.

Berdasarkan catatan Tempo, pada 18 November 2024, Effendi tampak hadir dan mengikuti agenda pertemuan calon gubernur Jakarta yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Ridwan Kamil, dengan presiden ke-7 RI Joko Widodo di Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, Ridwan menyebut Effendi mendukungnya.

“Beliau dari partai mana, kita semua tahu kan. Nah, itulah contoh demokrasi hari ini,” kata Ridwan.

Diketahui, pada pemilihan kepala daerah atau Pilkada Jakarta, PDIP mengusung duet Pramono Anung dan Rano Karno. Ketika ditanyai apakah pemecatan tersebut berkaitan dengan aktivitas Effendi yang hadir pada agenda kampanye Ridwan Kamil-Suswono beberapa waktu lalu, Djarot menjawab singkat. “Benar,” ujar Djarot.

Ikuti jejak Budiman Sudjatmiko

Pada Agustus tahun lalu, Budiman Sudjatmiko juga dipecat PDIP buntut menyeleweng dari partai. Saat PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, Budiman justru memberikan dukungan kepada calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Dukungannya kepada Prabowo untuk maju pada Pilpres 2024 itu disampaikan dalam acara deklarasi Prabowo Budiman Bersatu atau Prabu di Semarang, Jumat, 18 Agustus 2023. Dia mengajak semua pihak untuk menatap masa depan supaya lebih cerah.

“Kita lupa jika ada masa depan. Oleh karena itu, kita harus melihat ke masa depan, sesekali kita bisa melihat ke belakang,” kata aktivis 1998 itu.

Setelah mendapat sanksi pemecatan dari partainya, bagi Budiman, pemecatan tersebut menjadi pengakhiran dari satu episode dalam hidupnya. Namun di sisi lain, dia akan memulai episode berikutnya. Pemecatan itu, kata dia, bagian dari perjalanan hidupnya sebagai manusia politik sejak dirinya remaja.

“Ini bagian dari perjalanan saya sebagai manusia politik sejak saya remaja. Mengalir bersama sejarah,” ujar Budiman.

Effendi Simbolon sebenarnya sepaham dengan Budiman. Pada Pilpres 2024, Effendi pernah melontarkan pernyataan bahwa Prabowo adalah sosok yang pantas memimpin bangsa menggantikan Jokowi. Hal ini disampaikan oleh Effendi dalam forum rapat kerja nasional Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI) pada Jumat, 7 Juli 2023.

Secara personal, Effendi berharap Indonesia dipimpin oleh nakhoda yang handal, sehingga kondisi porak-poranda bisa dihindari. Secara objektif, kata dia, dirinya melihat itu ada di diri Prabowo. Kendati demikian, Effendi menegaskan bahwa ia kader PDIP sehingga sudah menjadi tanggung jawab politiknya untuk Ganjar sebagai capres.

“Ya saya kader partai, tetapi sekaligus saya punya tanggung jawab moral, punya tanggung jawab politik,” katanya.

Atas pernyataannya yang dinilai condong mendukung Prabowo itu, Effendi pun dipanggil ke Kantor DPP PDIP untuk dimintai klarifikasi pada Senin, 10 Juli 2023. Effendi menghadap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun.

Dalam proses klarifikasi, Komarudin mengaku memberikan peringatan kepada Effendi bahwa kader partai tidak bisa serta-merta bebas melakukan apa pun. Kendati diperingatkan demikian, Komarudin menyebut Effendi tidak menunjukkan gelagat marah kepadanya.

“Saya warning di dalam ketika kau menjadi anggota partai, maka seluruh kebebasanmu diatur oleh partai. Tidak bisa lagi sebebas-bebasnya. Kalau mau bebas jangan di partai,” kata Komarudin, ketika itu.

Berbeda dengan Effendi dan Budiman, alih-alih menunggu dipecat, Maruarar Sirait alias Ara justru memilih mengundurkan diri dari PDIP. Alasannya, dia berkeinginan tegak lurus dengan Jokowi. Sebelum meninggalkan partai tersebut, ia menyatakan bahwa telah berdiskusi dengan orang-orang terdekatnya.

“Dengan penuh keyakinan, saya memilih mengikuti jejak Pak Jokowi karena saya meyakini bahwa beliau adalah pemimpin yang sangat didukung oleh masyarakat Indonesia,” ujar Maruarar Siraitdi depan Gedung DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada Senin malam, 15 Januari 2024.

Maruarar menyoroti perjuangan Jokowi yang ditandai dengan sikap tegas dalam menghadapi radikalisme, membawa Indonesia mendapatkan saham mayoritas di Freeport, dan berbagai upaya untuk membantu rakyat kecil serta rencana pemindahan ibu kota dengan tujuan pemerataan.

“Dengan demikian, saya memutuskan untuk bersama-sama dengan Bapak Jokowi dalam perjalanan politik saya ke depan. Mohon doa restunya,” kata Ara.

Selang empat hari setelah hengkang dari PDIP, Maruarar Sirait resmi mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo-Gibran Rakabuming Raka. Dia menyatakan dukungannya usai mendampingi Prabowo mengunjungi ke Kantor Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di Grha Oikoumene, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | ANDI ADAM FATURAHMAN | IMA DINI SHAFIRA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus