Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Selagi Soeharto Masih Ingat

Proses hukum Soeharto terhambat masalah kondisi kesehatan. Betulkah laporan tim medis Soeharto dan kejaksaan bertolak belakang?

9 April 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA percaya Soeharto sakit? Apalagi setelah beberapa kali bekas presiden ini tampil di depan umum dengan raut sehat. Terakhir, Selasa pekan lalu, dengan beskap lengkap, dia hadir di acara perkawinan cucunya dan tampak asyik berbincang dengan Presiden Abdurrahman Wahid.

Maka, wajar jika tuntutan publik untuk memeriksa Soeharto kembali gencar. Jaksa Agung Marzuki Darusman pun tak tinggal diam. Namun, tiga kali dia memanggil Soeharto, tiga kali pula ditolak dengan alasan kesehatan yang tak memungkinkan untuk diperiksa.

Karena yang dipanggil tak datang, jaksa pun menjemput. Tim Kejaksaan Agung yang dipimpin Direktur Tindak Pidana Korupsi, Chaerul Imam, akan datang ke Jalan Cendana, tempat tinggal Soeharto, Senin pekan ini. Menurut rencana, tim Kejaksaan Agung akan datang bersama tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sebab, keluarga dan tim pembela Soeharto menuntut dilakukan tes kesehatan sebelum Soeharto diperiksa. Tim dokter RSCM ini nanti akan berembuk dengan tim dokter Soeharto apakah pemeriksaan bisa dilakukan.

Tak jelas betul apakah kedua tim kesehatan ini akan mencapai kesepakatan. Soalnya, selama ini, pemeriksaan Soeharto mandek gara-gara tak adanya satu pendapat mengenai kondisi kesehatan kakek berusia 79 tahun ini. Pembela Soeharto ngotot bahwa kliennya tak layak untuk diperiksa. Dalam laporan medis tim dokter Soeharto pada 23 Februari lalu, disebutkan gangguan dalam pemahaman bahasa, penuturan bahasa, dan membaca. Kelainan saraf akibat stroke membuat kemampuan berkomunikasinya terganggu. Dan daya ingatnya pun makin lemah.

Tapi alasan itu tak bisa diterima Jaksa Agung Marzuki, dengan bersandar pada hasil pemeriksaan tim dokter RSCM yang ditunjuk Kejaksaan Agung, 13 dan 14 Maret lalu. ''Laporan itu tak menyebut bahwa dia (Soeharto) tidak bisa diperiksa," kata Marzuki. Tiga halaman ringkasan tim RSCM menyebutkan bahwa penyakit dalam yang diderita Soeharto sudah membaik. Hanya, kemampuan mengingat jangka pendek dan jangka panjangnya menurun tajam. Karena itu, kemampuannya mengemukakan pendapat hanya terbatas untuk hal-hal yang sederhana, sedangkan soal yang kompleks kualitasnya tak bisa dijamin.

Selain itu, dalam situasi tertentu, tekanan darahnya cenderung meninggi. Maka, dokter menyarankan, dalam proses pemeriksaan, Soeharto harus didampingi dokter. Yang penting, tak ada keterangan dokter yang menyebut Soeharto tak layak untuk dimintai keterangan.

Pada dasarnya, keterangan kedua tim dokter itu memang tak berbeda. Kalaupun kejaksaan menganggap Soeharto layak diperiksa, sementara tim pembela mengartikan sebaliknya, itu hanya perbedaan dalam menerjemahkan. Tim pembela Soeharto menganggap laporan kesehatan itu cukup membuktikan bahwa pemeriksaan tak mungkin dilakukan. Sedangkan Marzuki masih melihat peluang mengorek pengakuan dari Soeharto.

Mana yang benar masih perlu dibuktikan. Saat Abdurrahman Wahid berkunjung ke rumah Soeharto awal bulan lalu, dia diterima selama satu jam. Seperti biasa, Gus Dur lebih banyak bergurau. Saat itu, Soeharto bukan cuma pendengar. Menurut sumber TEMPO yang ikut dalam silaturahmi itu, meski kadang-kadang susah bicara, saat obrolan menyangkut masalah yang disukai, ''Dia (Soeharto) bisa lancar bertutur." Lo? Yang pasti, menurut tim dokter RSCM, kondisi kesehatan Soeharto terus membaik.

Saat ini, status Soeharto telah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi. Kasus ini kembali dibongkar dari peti es setelah Marzuki mencabut surat perintah penghentian penyidikan (SP3), Desember tahun lalu. SP3 yang dikeluarkan Ismudjoko—penjabat sementara jaksa agung—dua bulan sebelumnya itu ditarik karena ditemukan bukti-bukti baru. Bukti itu menyangkut keputusan presiden tentang mobil nasional dan yayasan. Selain itu, Marzuki mengaku mempunyai bukti baru dalam kasus lain, tapi dia keberatan merincinya.

Juan Felix Tampubolon, salah satu pembela Soeharto, ragu tim kejaksaan akan mendapat jawaban yang memuaskan dari Soeharto. Sebab, ia hanya mampu mengucapkan tiga-empat kata. Untuk melanjutkan pembicaraan, ia mesti dibantu, baru nyambung. ''Secara hukum, jawaban kan tidak boleh dibantu," kata Juan.

Dibantu atau tidak, ada alasan lain mengapa jawaban Soeharto mungkin tak lagi menjadi penting. Kesan bahwa pemeriksaan itu mungkin hanya ritus untuk memuaskan tuntutan masyarakat ketimbang demi hukum, apa boleh buat, kuat mencuat. Sebab, pagi-pagi Abdurrahman Wahid sudah menyatakan akan memberikan pengampunan kepada bekas presiden ini. Jadi, siapa yang sakit?

Agung Rulianto, Ardi Bramantyo, Andari, Agus S.R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus