ABRI selangkah lebih maju lagi. Menghadapi pemilu mendatang -- seperti juga pemilu sebelumnya -- mereka membuka lagi kursus untuk para anggotanya yang akan bertugas sebagai anggota DPR. Sementara Golkar dan parpol masih sibuk menyusun daftar calon agar mampu merebut kursi sebanyak-banyaknya di lembaga perwakilan, ABRI, yang jumlah kursinya sudah ditetapkan oleh undang-undang itu, kini siap dengan sejumlah perwiranya yang sudah disaring secara ketat. Mereka ditatar pada Kursus Calon Anggota Legislatif (Suscaleg) dalam teori plus praktek. Misalnya, bagaimana melakukan sidang dan membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), seperti yang terlihat di Pematangsiantar, Sum-Ut, pekan lalu. Sejumlah 75 orang yang berpura-pura sedang terlibat dalam sidang pleno itu sedang membahas Rancangan Peraturan Daerah, dan sekaligus melakukan pemandangan umum fraksi. Itulah pengenalan medan bagi anggota ABRI yang sedang mengikuti Suscaleg. Meski berpakaian sipil, peserta sidang itu merupakan anggota tentara yang masih aktif. Pangkat mereka mulai dari mayor hingga brigadir jenderal. "Mereka sedang disiapkan menjadi anggota DPRD di daerah Sum-Ut, Riau, Aceh, dan Sum-Bar," ujar seorang perwira Kodam I Bukit Barisan kepada TEMPO. Sejak April lalu, kursus sudah menyelesaikan tiga angkatan, tiap-tiap angkatan 75 orang. Pelajaran dan praktek bagi calon anggota F-ABRI yang berlangsung selama dua bulan itu berbeda dengan sebelumnya yang dipusatkan di Jakarta kini dilaksanakan serentak pada jajaran ABRI di daerah-daerah. Menyiapkan anggota-anggotanya yang akan terjun di bidang sosial politik -- fungsi kedua dwifungsi ABRI, setelah pertahanan keamanan -- agaknya cerminan sikap profesionalisme yang sedang dicanangkan dalam tubuh tentara. Apalagi, pimpinan ABRI menilai bahwa penugasan personel militer di lembaga legislatif, "Sebagai yang terpenting dibandingkan penugasan di tempat dan jabatan yang lain," ujar seorang perwira tinggi. Bagi pimpinan tentara, apa pun tingkatnya -- baik itu DPR pusat maupun tingkat satu atau dua -- kedudukan lembaga legislatif dipandang sangat strategis. "Setiap keputusan lembaga itu akan berdampak luas bagi kehidupan negara dan bangsa," ungkap sebuah sumber. Menyadari betapa strategisnya posisi ini, persiapan calon anggota FABRI sudah dilakukan sejak dini. Calon anggota F-ABRI 1987-1992, menurut Sumrahadi, juru bicara F-ABRI di DPRRI, sudah disiapkan sejak dua tahun lalu. Dan 150 orang telah menyelesaikan kursus selama tiga bulan, menjelang Lebaran silam. Dalam kursus yang satu kuartal tadi, "Mereka digodok dengan titik berat pengetahuan yang berkaitan erat dengan tugas-tugasnya di DPR, termasuk aturan mainnya," ujarnya. Seleksi ketat dilakukan sebelum para perwira itu berhak ikut kursus. Berbagai persyaratan, antara lain: kesetiaan politik, integritas pribadi, dan moral yang terpuji. Menurut Kolonel Pratiknyo, Assospol Kodam V Brawijaya, sesudah yang bersangkutan bersedia dikaryakan, mereka harus menempuh berbagai tes. Antara lain, tes mental ideologi, akademis, dan psikologis. Memang akan banyak pilihan untuk anggota legislatif ini. Karena itu, lewat penilaian penampilan dan cara berkomunikasi calon-calon ini disaring lagi. Calon yang diutamakan, menurut Kolonel Pratiknyo, "Mereka yang pernah memegang jabatan teritorial." Misalnya Pangdam, Danrem, atau Dandim. Seorang komandan teritori, biasanya, telah mempraktekkan dua ilmu sekaligus: militer dan sosial politik. Kedua bidang tadi pasti sudah menyatu dalam jabatan yang dipegangnya. Lewat berbagai ujian dan bekal, ratusan perwira ABRI siap menggantikan rekan-rekan mereka yang sekarang menduduki lembaga legislatif, di pusat dan daerah. Sejalan dengan penambahan anggota DPR (1987-1992) menjadi 500 orang dari 460 yang sekarang, anggota F-ABRI juga naik 25 personel dari 75 yang kini ada. Meski akan muncul personel-personel baru, "Anggota lama tetap dibutuhkan untuk mengantar dan mematangkan anggota baru," ujar Sumrahadi, yang menolak mengungkapkan perbandingan anggota lama dengan yang baru. Tetapi pengalaman 1982 lalu, komposisi itu: 30 persen anggota lama dan sisanya adalah muka-muka baru. Dari 75 orang anggota F-ABRI yang kini berkantor di Senayan, 60 persen merupakan purnawirawan dan sisanya adalah anggota militer aktif. "Untuk periode selanjutnya, diharapkan diambil dari anggota yang masih aktif. Kalaupun ada yang purnawirawan, kemungkinan akan diaktifkan kembali," ujar Sumrahadi. Jadi, seorang mayor jenderal purnawirawan -- seperti Sumrahadi sekarang misalnya, dalam kedudukannya sebagai anggota DPR akan diaktifkan sebagai mayor jenderal dengan statu perwira cadangan. Sejalan dengan pola karier yang dicanangkan pimpinan ABRI, direncanakan anggota-anggota F-ABRI itu terdiri dari perwira-perwira yang masih aktif, seperti yang pernah dinyatakan oleh Jenderal Rudini, ketika menjadi KSAD. Artinya, sukses tidaknya tugas sebagai anggota badan legislatif akan mempengaruhi karier dan jabatan selanjutnya. Salah satu bekas anggota DPR yang kini menjabat Panglima Kodam adalah Mayjen Syaiful Sulun, Pangdam V Brawijaya. Personel yang kini telah mengikuti kursus tak semuanya akan menduduki jabatan legislatif. "Yang penting kami menyiapkan tenaga. Kapan saja diperlukan, sudah tersedia," ujar sumber di Sum-Ut. Sumber itu menyatakan bahwa beberapa letkol sengaja disiapkan untuk menduduki jabatan ketua DPRD tingkat II. Sedang yang berpangkat brigjen direncanakan menjadi ketua DPRD tingkat I. Sementara menunggu kedudukan di lembaga legislatif, anggota militer yang sudah menyelesaikan kursus itu tetap menduduki jabatan struktural yang mereka pegang selama ini. "Mereka dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial politik yang dihadapi ABRI," kata perwira tinggi tadi. Banyak peserta yang merasa pengetahuan mereka bertambah sesudah mengikuti kursus selama 495 jam pelajaran itu. "Saya sekarang menjadi melek," ujar Kapten Rasyid Ashari, 40, peserta di Bali. A Luqman Laporan Biro-Biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini