Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Inovasi jemuran pintar berbasis Internet of Things (IoT) milik Maria Cyntia Casandra Temaluru membuat kepala sekolahnya di SMK Negeri 4 Kupang, Nusa Tenggara Timur, terkesan. Menurut dia, tak banyak siswa yang berorientasi menyelesaikan masalah di sekitarnya lewat teknologi dan Casandra menunjukkannya lewat jemuran pintar dan sederet inovasi lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia berbakat," kata Semi Ndolu, si kepala sekolah, saat dihubungi Tempo, Selasa malam, 28 Mei 2024. Ditambahkannya, "Dia itu masuk ke Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), tapi teknologi yang dibuatnya ini berhubungan dengan bahasa pemrograman yang erat kaitannya dengan rekayasa perangkat lunak."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semi mengisahkan, pertama kali bakat itu dilihatnya dalam program SMK Bangun Desa. Casandra bersama siswa lain di SMKN 4 Kupang datang ke desa-desa untuk meninjau keluhan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Saat itu, berlokasi di sebuah desa di Kecamatan Semau, Kupang, Casandra mengangkat ide solusi yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat berupa powerbank bertenaga surya.
Menurut Semi, inovasi tersebut berhasil menambah pasokan listrik di kawasan setempat, terutama untuk wisatawan yang kehabisan baterai ponsel. "Saat itu saya terkejut, dan melihat bahwa siswi ini ada potensi jika dibimbing dengan baik," katanya.
Casandra baru menginjak kelas X (sepuluh) saat dia membuat powerbank berbasis tenaga surya itu. Berkat dorongan dan dukungan dari para guru, menurut Semi, Casandra terus termotivasi dan berhasil menyelesaikan enam proyek lainnya selama berproses di SMKN 4 Kupang. Jemuran pintar adalah yang terkini, dan sempat viral di media sosial.
"Kami di SMKN 4 Kupang berangkat dari keterbatasan alat dan sumber daya, Casandra membuat teknologi itu dibantu oleh banyak pihak, salah satunya pernah dibantu oleh mantan Gubernur NTT Victor Laiskodat," ujar Semi menambahkan.
Siswi SMK Negeri 4 Kupang, Nusa Tenggara Timur, Maria Cyntia Casandra Temaluru, ciptakan produk teknologi inovasi berupa jemuran pintar berbasis Internet of Things (IoT). Jemuran pintar ini merupakan proyek keenam dia selama menjadi pelajar di SMK Negeri 4 Kupang. (Dok Pribadi Casandra)
Namun, menurut dia, tidak semua bantuan bisa memenuhi kebutuhan Casandra. Dia mencontohkan dinamo sepeda listrik yang akhirnya digunakan Casandra untuk dipasangkan ke inovasi jemuran pintar. "Dia juga mampu menyelesaikan masalah dan berpikir kritis," kata Semi memuji.
Jemuran Pintar yang Sempat Bikin Menangis
Proyek jemuran pintar Casandra bisa mengidentifikasi hujan dan panas dalam satu waktu. Casandra mulai meriset bahan dan alat yang dibutuhkan untuk teknologi ini sejak Agustus 2023 dan berhasil diuji coba 17 Maret 2024 .
Casandra mengaku sempat kesulitan pada awal pemrograman sistem sebab sensor yang digunakannya untuk automasi sistem jemuran pintar selalu gagal. Ia menyebut kalau kondisi ini dipicu oleh kesalahan dalam menghubungkan arus listrik.
"Saya pusing di awal-awal itu, menangis terus, dan hampir menyerah," katanya sambil menambahkan, "Tapi karena ini proyek terakhir saat masa sekolah, saya usahakan harus selesai."
Siswi SMK Negeri 4 Kupang, Nusa Tenggara Timur, Maria Cyntia Casandra Temaluru, ciptakan produk teknologi inovasi berupa jemuran pintar berbasis Internet of Things (IoT). Jemuran pintar ini merupakan proyek keenam dia selama menjadi pelajar di SMK Negeri 4 Kupang. (Dok Pribadi Casandra)
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, jemuran pintar Casandra bentuk yang umum. Ada sekitar 10 pakaian dan digantungkan pada seutas tali melintang. Tapi, menurut siswi berkacamata ini, ukuran yang ada dalam video hanya untuk uji coba dan bisa dibuat menampung lebih banyak jemuran pakaian.
"Model itu bukan bentuk final sebab bisa dimodifikasi lagi," katanya sambil menerangkan program dan kerangka acuan awal adalah yang terpenting. "Mau dirombak bagaimana pun kalau sistemnya sudah kita pelajari jadi bisa dibikin yang lebih bagus lagi."
Casandra menyampaikan, biaya yang dihabiskannya untuk menciptakan jemuran pintar ini senilai Rp 10 juta. Uang sebesar itu diakunya banyak dihabiskan untuk proyek awal perisetan dan membeli alat.
"Banyak alat yang hangus, hancur," ujarnya. "Biaya yang mahal itu sebenarnya ilmunya, sampai kita bisa memahami cara kerjanya, ketika sudah paham cara kerjanya, ternyata mudah dan tidak perlu biaya yang mahal."