Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Skenario Penghentian Kompetisi Liga 2

Kesepakatan klub Liga 2 yang dikirim LIB ke PSSI berasal dari Persikab. Surat itu sarat rekayasa. Jadi dasar kompetisi disetop.

18 Januari 2023 | 00.00 WIB

Pertandingan Liga 2 antara Persiba melawan Kalteng Putra di Stadion Batakan, Balikpapan, 2 September 2022. ANTARA/HO-Persiba
Perbesar
Pertandingan Liga 2 antara Persiba melawan Kalteng Putra di Stadion Batakan, Balikpapan, 2 September 2022. ANTARA/HO-Persiba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JAKARTA – Pendiri Karo United, Effendi Syahputra, masih mengingat saat ikut mengetik kesepakatan bersama sekaligus risalah rapat antara pemilik klub-klub Liga 2, PT Liga Indonesia Baru, dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Hotel Sultan, Jakarta, pada 14 Desember 2022. Dalam kesepakatan bersama itu terdapat dua usul peserta rapat mengenai nasib kompetisi Liga 2.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Ada dua opsi, yaitu mengusulkan untuk melanjutkan kompetisi atau menghentikan kompetisi,” kata Effendi, dua hari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia mengatakan kedua opsi tersebut tertuang dalam kesepakatan bersama para pemilik klub Liga 2. Effendi mengingatnya karena ia ikut terlibat dalam penyusunan kesepakatan itu bersama Direktur Utama Deltras FC Sidoarjo, Amir Burhanuddin.

Effendi melanjutkan, khusus opsi pertama, mayoritas klub ingin kompetisi berlanjut dengan sistem bubble, yaitu kompetisi diselenggarakan dalam satu wilayah dan tempat yang sudah disiapkan.

Setelah mengetik kesepakatan bersama, perwakilan klub Liga 2 yang hadir di Hotel Sultan menandatanganinya. Tercatat ada 19 klub yang menandatangani kesepakatan bersama tersebut.

Sesuai dengan hasil rapat, kesepakatan itu akan diteruskan ke PSSI melalui PT Liga Indonesia Baru (LIB)—operator Liga 1 dan pelaksana Liga 2. Namun salinan kesepakatan bersama klub Liga 2 yang sampai ke PSSI berbeda dengan sikap Liga 2 yang dibuat seusai rapat di Hotel Sultan.

Sesuai dengan surat Direktur Utama LIB Ferry Paulus ke Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan perihal penyampaian masukan klub peserta Liga 2 musim 2022/2023 pada 20 Desember 2022, salinan kesepakatan bersama yang dikirim justru hanya berisi opsi untuk menghentikan kompetisi Liga 2.

Perwakilan Klub Liga 2 bertemu Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali terkait pemberhentian kompetisi Liga 2 di Kantor Kemenpora, Jakarta, 16 Januari 2023 . TEMPO/M Taufan Rengganis

Salinan kesepakatan bersama Liga 2 itu yang menjadi rujukan PSSI untuk menghentikan kompetisi Liga 2 musim 2022/2023. Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menyebutkan beberapa pertimbangan sehingga PSSI menghentikan kompetisi Liga 2 musim ini, yaitu atas permintaan sebagian besar klub Liga 2 yang menginginkan kompetisi tidak dilanjutkan.

“Hal ini terjadi karena tidak ada kesesuaian konsep pelaksanaan lanjutan kompetisi antara klub dan operator,” tutur Yunus seusai rapat Komite Eksekutif PSSI, Kamis, 12 Januari lalu.

Pertimbangan lain, kompetisi lanjutan Liga 2 musim ini sangat sulit diselesaikan sebelum Piala Dunia Usia 20 (U-20) 2023. Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023.

Penghentian Liga 2 ini berdampak pada kompetisi Liga 1 musim 2022/2023, yaitu kompetisi tanpa degradasi. Padahal, biasanya tiga klub di posisi terbawah pada akhir musim kompetisi akan terlempar ke Liga 2. Lalu tiga klub Liga 2 yang menjadi juara di setiap wilayah akan promosi ke Liga 1.

Effendi Syahputra mengklaim salinan kesepakatan bersama klub Liga 2 yang dikirim LIB ke PSSI berbeda dengan kesepakatan bersama para pemilik Liga 2, yang diketiknya bersama Amir Burhanuddin.

Ciri surat kesepakatan bersama yang diketiknya yaitu surat yang tanpa disertai kop Liga 2 di bagian atas. Lalu judul surat itu adalah “Pernyataan Bersama Owner Meeting Klub Liga 2”. Pernyataan ini terdiri atas tiga paragraf, berisi dua opsi mengenai nasib kompetisi Liga 2, yaitu melanjutkan atau menghentikannya. Pernyataan itu lantas dibubuhi tanda tangan 19 pemilik klub Liga 2.

“Waktu itu kertas yang dipakai adalah milik hotel, sehingga tidak ada kop surat di atasnya,” ujar Effendi.

Adapun salinan kesepakatan bersama yang dikirim LIB ke PSSI disertai kop surat LIB. Surat kesepakatan itu berjudul “Surat Pernyataan Bersama Klub Liga 2 2022/2023”, yang berisi empat poin usulan. Antara lain mengusulkan penghentian Liga 2 serta memisahkan operator Liga 2 dan Liga 1. Pernyataan ini juga ditandatangani 19 klub Liga 2.

Meski sama-sama diteken 19 klub Liga 2, urutan tanda tangan setiap perwakilan klub berbeda. Effendi menduga tanda tangan pada salinan surat pernyataan bersama yang dikirim LIB ke PSSI itu merupakan daftar hadir peserta rapat di Hotel Sultan, lalu ditambahkan redaksi sikap klub Liga 2.

Effendi juga mengaku sempat mendapat tawaran untuk menyetujui kesepakatan versi kedua tersebut. “Saya sebenarnya sempat dapat ajakan untuk tanda tangan soal surat kedua. Lalu yang mau akan dapat bingkisan,” kata dia.

Menurut informasi yang diperolehnya, klub yang setuju kompetisi dihentikan akan mendapat uang Rp 15 juta dan biaya hotel selama di Hotel Sultan akan ditanggung.

Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus mengaku salinan pernyataan bersama klub Liga 2 yang dikirim LIB ke PSSI berasal dari pihak Persikab Kabupaten Bandung. Saat itu, ia menganggap salinan pernyataan itu merupakan kesepakatan bersama pemilik klub Liga 2 yang dijanjikan akan dikirim ke LIB saat rapat di Hotel Sultan.

Setelah berpolemik di media, Ferry baru mengetahui bahwa salinan pernyataan bersama yang dikirim LIB ke PSSI ternyata berbeda dengan kesepakatan para pemilik klub Liga 2 di Hotel Sultan. Lalu LIB meminta konfirmasinya ke beberapa klub yang keberatan.

“Memang kami menemukan ada perbedaan dengan salinan kesepakatan bersama yang sebenarnya ditunjukkan oleh klub tersebut. Karena itu, kami telah memberi klarifikasi,” kata Ferry, lewat jawaban tertulis kepada Tempo, kemarin.

Direktur Utama Persikab Bandung, Eddy Moelyo, membantah jika dianggap sudah merekayasa surat pernyataan bersama klub Liga 2 yang dikirim ke LIB. "Tidak ada itu rekayasa surat. Itu sudah dirilis oleh LIB. Tak usah saya klarifikasi, sudah jelas itu semuanya," kata Eddy kepada Tempo, kemarin.

Direktur Utama Persatuan Sepak Bola Kota Cimahi (PSKC) ini berdalih, saat pertemuan di Hotel Sultan, hanya ada beberapa klub yang ingin kompetisi berlanjut. Sedangkan mayoritas klub peserta Liga 2 menghendaki kompetisi musim 2022/2023 dihentikan.

Manajer Persatuan Sepak Bola Indonesia Kabupaten Serang (Perserang), Banten, Babay Karnawi, mengaku ikut menandatangani dua versi kesepakatan tersebut. Namun ia lupa waktu menandatangani kesepakatan kedua yang dikirim LIB ke PSSI. “Saya tanda tangan surat pernyataan yang pertama, di hari itu juga (14 Desember 2022),” kata dia. “Kalau pernyataan yang kedua, kayaknya saya tanda tangan, tapi sudah lupa waktunya.”

Ia mengatakan, pihaknya juga setuju menghentikan kompetisi Liga 2 musim 2022/2023. Perserang lebih memilih untuk mempersiapkan diri guna menghadapi kompetisi musim depan serta persiapan Kongres Luar Biasa PSSI pada 16 Februari 2023. “Waktunya sudah tidak memungkinkan. Lalu sekarang kami sedang fokus ke kongres,” ujarnya.

Babay juga membantah adanya pemberian uang puluhan juta rupiah bagi klub yang setuju menghentikan kompetisi Liga 2. “Tanya saja, berapa nilainya? Apa ada buktinya,” kata dia. “Yang seperti itu, bingung menjawabnya. Kalau saya, enggak tahu.”

Alasan Keuangan Menghentikan Kompetisi

Ferry Paulus mengatakan LIB memang akan kesulitan menggelar lanjutan kompetisi Liga 2 musim 2022/2023 dengan sistem bubble karena pertimbangan keuangan. Ia mengatakan bahwa LIB sudah menghitung biaya kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Setelah menghitungnya, LIB khawatir kelanjutan kompetisi Liga 2 akan menyedot anggaran Liga 1. Apalagi selama ini sebagian penghasilan dari Liga 1 disubsidi untuk operasional kompetisi Liga 2.

“Jika kami jalankan dengan sistem bubble tersebut dapat menyedot anggaran Liga 1 karena ada peningkatan biaya mencapi 2,5 kali lipat dari proyeksi awal,” kata Ferry.

Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus (tengah). ANTARA/Sulthony Hasanuddin

Ferry menjelaskan, tambahan biaya itu akan menyulitkan LIB. Sebab, persentase perbedaan varian pembiayaan antara kompetisi sistem bubble dan kandang-tandang sangat besar. LIB juga mesti mendapat persetujuan para pemegang saham LIB, yaitu klub-klub Liga 1.

Babay Karnawi mengatakan, Perserang dan sejumlah klub Liga 2 juga akan sangat kesulitan melanjutkan kompetisi dengan sistem kandang-tandang. Karena itu, ia memilih opsi menghentikan kompetisi. “Kecuali LIB sanggup melaksanakan sistem bubble,” kata dia.

Ia menghitung biaya operasional klub Liga 2 dalam satu musim kompetisi sekitar Rp 8 miliar. Tapi angka ini bisa berbeda di setiap klub. Untuk menutupi biaya itu, kata dia, klub mengharapkan dukungan sponsor dan subsidi LIB.

Sesuai dengan kesepakatan awal, LIB akan mensubsidi klub Liga 2 sebesar Rp 100 juta per bulan. Tapi hingga hampir separuh musim Liga 2, LIB baru menyerahkan Rp 200 juta ke Perserang.

Ferry Paulus mengakui bahwa LIB belum menyerahkan sepenuhnya subsidi yang dijanjikan ke Liga 2. LIB baru menyerahkan Rp 300 juta.

Ferry juga menegaskan, apa pun kondisinya, keputusan untuk menghentikan maupun melanjutkan kompetisi Liga 2 berada di PSSI. LIB hanya sebagai pelaksana kompetisi.

RUSMAN PARAQBUEQ | M. NURHENDRA SAPUTRA | AMINUDDIN A.S. (BANDUNG)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus