Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Soeharto Pulang, Stres Dilarang

Soeharto boleh pulang ke Cendana. Tim dokter kaget dengan pemulihan fisiknya. ''Disuwuk" paranormal?

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOEHARTO melambaikan tangan kanannya perlahan. Senyum khasnya mengembang. Wajahnya tampak pucat. Berdiri pun goyah. Mengenakan baju koko putih, sarung kotak-kotak ungu, dan syal krem, ia dipapah putri sulungnya, Siti Hardijanti ''Tutut" Rukmana, meninggalkan ruang superkhusus di Rumah Sakit Pertamina Pusat, di kawasan Keba-yoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat siang pekan lalu. Putrinya yang lain, Mamiek dan Titiek Prabowo, ikut mendampingi. Mantan orang kuat yang pernah berkuasa lebih dari 32 tahun itu kini sembuh? Belum. ''Cuma kondisinya kian baik," kata ketua tim dokter, Ibrahim Ginting. Jenderal besar berbintang lima—pangkat yang hanya dimiliki segelintir tokoh di dunia—itu didorong keluar di atas kursi roda. Usai dijepret wartawan, tersenyum, dan melambaikan tangan, ia lalu dibopong memasuki sedan Mercedes Benz hitam berpelat nomor B2301H, yang membawanya tiba kembali di kediamannya, Jalan Cendana 10, Jakarta. Selama sepuluh hari, Soeharto, 78 tahun, dirawat intensif karena sengatan stroke di otak kiri. Kondisi buruk itu dipicu selera makannya yang tak terkontrol. Sebelum masuk rumah sakit, ia lahap menyantap nasi kebuli daging kambing dan durian munthong dari Bangkok, sebagai menu buka puasa Senin-Kamis yang dilakukannya rutin. Belum lagi urusan ''putra-putri"-nya yang sempat membebani pikiran: Hutomo ''Tommy" Mandala Putra, yang digencet kasus Timor dan Goro, dan Tutut, yang berurusan dengan kredit segede gajah dari Sultan Brunei Hasanal Bolkiah. Soeharto sendiri tengah berstatus ''terperiksa" berkaitan dengan dugaan korupsi selama berkuasa. Tindakan yang tengah dilakukan Kejaksaan Agung ini didasari dua payung politik: Tap MPR No. XI/1998 dan Inpres No. 30/1998, yang intinya memberikan mandat kepada presiden untuk memeriksa kasus-kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme, termasuk pada Soeharto, keluarga, dan kroninya. Presiden Habibie lalu meneken inpres tadi dan memerintahkan Kejaksaan Agung melakukan tindakan hukum atas kakek kelahiran Desa Kemusuk, Yogyakarta, itu. Namun, selagi bekas presiden kedua itu sakit, Pejabat Sementara Jaksa Agung Ismudjoko memutuskan agar pemeriksaan sementara dihentikan. Kini sang ''Raja Republik" itu diizinkan pulang. Ini setelah hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi tangan dan kakinya berangsur pulih. Sebelumnya, gerak tubuh bagian kanan tak lagi terkontrol. Mukanya agak kebas, bicaranya cadel, dan mulutnya sedikit mencong ke kanan. Toh semuanya berangsur normal. ''Tapi Pak Harto tak boleh stres," kata dokter Ginting. Ia masih harus menjalani sejumlah program rehabilitasi lanjutan. Sejumlah dokter ahli telah disiapkan untuk mengontrol secara bergiliran ke Cendana. dr. Pradewi Indriyastuti, putri almarhum bekas Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Soesilo Soedarman, akan memimpin tim fisioterapi. Tapi tim dokter mengaku terkejut melihat pulihnya kondisi fisik Soeharto, yang terbilang sangat pesat. ''Luar biasa, sungguh menakjubkan. Ada kekuatan metafisika sehingga ia bisa tampil begitu rupa," kata sumber TEMPO ini. Hanya saja, ada sedikit keanehan: pancaran auranya kosong, gerakannya lamban, bahkan seperti boneka. Diduga, tampilan fisik ini berkat dorongan metafisika yang dilancarkan sejumlah paranormal. ''Baik dalam literatur kedokteran maupun pengalaman kami selama ini, Soeharto tak bakalan mampu secepat itu pulih fisiknya," kata si dokter, keheranan. Lalu, siapa gerangan paranormal di belakang gerakan semu tadi? Tak ada sumber resmi yang bersedia menjawab, meski dalam keseharian, ketika masih mempimpin dulu, Soeharto begitu dekat dengan pernak-pernik kejawen, termasuk soal gaib sokongan para romo, paranormal karib Cendana. Hanya saja, di seputar Rumah Sakit Pertamina, sejak Soeharto dirawat, ada sekelompok paranormal yang sibuk berkeliling. Meski belum sempat bertemu muka secara langsung dengan pasien superpenting itu, toh mereka bekerja keras memberikan dukungan spiritual. Salah satunya bernama Mas Haryo Pinuntun, 44 tahun. Ia mengaku dimintai tolong Tutut agar menyembuhkan sakit Soeharto. Saban hari, selama sejam lebih, mereka melantunkan kidung—yang katanya—warisan Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali penyebar Islam di Jawa. ''Energi yang kami kirimkan lewat doa-doa ini ternyata mampu membuat Pak Harto pulih, meski tidak 100 persen," kata Haryo kepada TEMPO. Betulkah mereka ampuh? ''Yang dibantu paranormal cuma tampilan fisiknya. Ia masih tetap belum bisa ngomong dan daya ingatnya masih lemah," kata seorang dokter ahli Soeharto. Jadi, jangan keburu takjub. Wahyu Muryadi, Agus S. Riyanto, Dharmawan Sepriyossa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus