PARA sopir tidak cuma menderita sakit wazir, sebagaimana sering
terjadi, tapi juga harus menderita kemungkinan sial.
Menabrak kucing di jalan raya, apalagi jika binatang itu sampai
mati, masih dianggap tabu. Ada sebagian sopir yang juga
menghindari tabrakan dengan seekor angsa. Begitu terasa menabrak
kucing, si sopir akan segera turun dari kendaraannya. Ia akan
menyelenggarakan penguburan yang layak bagi binatang yang malang
itu. Kalau ia tak sempat, ia dapat menyuruh orang lain
menyelenggarakan, dengan memberikan sekedar upah. Yang lebih
dalam lagi kepercayaannya, mereka akan memandikan ban mobilnya
dengan air kembang tujuh macam, begitu tahu kucing yang
ditabraknya mati.
Namun, di samping mempercayai hal-hal tersebut, umumnya sopir
juga menyadari: "Faktor utama penyebab kecelakaan itu, karena
kelalaian pengemudi", seperti yang dikatakan Dul Wahab,
pengemudi bis-malam Garuda Mas. Itulah sebabnya Dul, 4 tahun,
berusaha untuk berbuat manis di jalan raya. Sebelum naik ke
belakang stir, ia selalu mengucap lafal: "Lahaula . . mbahku,
sangkanku, Cirebon. Aku putu nabi Adan, nyuwun pengayoman
(kakekku, asalku, dari Cirebon. Aku cucu Adam. Mohon
perlindungan)". Subekti, sopir bis Sepakat, juga punya lafal:
"Saya membaca selawat nabi sebelum bekerja - Insya Allah
selamat". Mengemudi sambil mengantuk memang berbahaya. Tapi itu
mudah mengatasinya: "Rendam kaki di air dingin," sampai ujung
celana kena air rasa kantuk pasti lenyap", kata Parman,
pengemudi truk Jakarta-Cirebon.
Hati-hati dan waspada di jalan raya, "memang kewajiban sopir",
kata Dul. Tapi dari pengalaman mengemudi berbagai jenis
kendaraan, "jenis mobil juga ikut menentukan keselamatan di
jalan", katanya lagi. Selain ada jenis mobil favorit, sopir juga
menghindari jenis mobil tertentu. Subekti bercerita: pernah ban
mobilnya pecah, tapi kendaraan yang sedang berjalan itu dapat
dikuasainya dan dipingirkan dengan selamat. "Untung mobil yang
saya bawa mereknya bukan ....
Subekti mengatakan: "Mobil merek tertentu ada yang mempunyai
chasis yang sempit, di samping ban belakang yang tidak sejajar
dengan ban di muka". Ada mobil lain yang punya kelemahan di
stir: suka macet. Tapi ada juga yang istimewa: begitu ban pecah
mendadak, stir yang bertekanan hydraulik langsung turun,
sehingga kendaraan yang sedang jalan berkecepatan 80 Km/jam
sekalipun dapat berhenti pelan-pelan dengan aman. Maka sopir
Parman mengusulkan: "Mestinya pemerintah juga ikut mengawasi,
mana-mana mobil yang dapat dipakai secara aman dan melarang
dibuat yang memang sudah dikenal berbahaya".
Tapi di samping itu, "sopir harus mengenal kendaraan yang
dibawanya", kata sopir Parman, "dengan segala
kelemahan-kelemahannya". Mungkin kecelakaan di Probolinggo itu
karena sopirnya, almarhum Soekarno, tak kenal betul bis yang
dibawanya. Isteri Soekarno, wanita manis lulusan SMEA yang
disebut aling, bercerita bahwa kalau suaminya harus membawa
bis yang itu, "ia pasti bludrek".
Tapi yang perlu adalah tindakan pencegahan. Sebelum berangkat,
periksa rem, tekanan udara pada ban. Secara periodik kena
wajib-uji. Tapi. "wah kita tak boleh percaya begitu saja pada
hasil kir", kata sopir lain. Sebab "kir itu cuma untuk memenuhi
syarat memperoleh buku-kir saja".
Ancaman bahaya bagi sopir tidak cukup hanya itu. "Harus membayar
mel kepada petugas di jalan juga dapat menimbulkan bahaya", kata
Dul Sopir harus menyediakan dana bagi petugas di jalan. Kalau
tidak, "polisi atau petugas yang lain, dapat saja mencari-cari
kesalahan". Karena harus menyiapkan dana untuk petugas inilah,
"jangan terlalu disalahkan jika sopir getol mencari uang:
membawa barang atau penumpang berlebihan, atau ngebut untuk
mengejar rit", kata seorang sopir yang bekerja di rute
Jakarta-Cirebon. Jumlah pungutan untuk rute itu, paling tidak Rp
3000. Dan uang itu, "tak pernah disediakan oleh tauke, tapi
harus dicari sendiri oleh pengemudi".
Maka ketegangan di jalan raya, untuk menghasilkan uang Rp
45. 000 sampai Rp 60.000 seperti yang diterima Dul, Parman, Subekti
dkk, biasanya mereka sisihkan. "Ngapain tua di jalan? Bulu kaki
juga sudah rontok di jalan", kelakar seorang sopir di terminal
Pulogadung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini