DESA itu jauh dari Dieng. Namun juga ada penduduk dukuh Kauman,
Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, yang mati
lantaran terhirup gas beracun. Gas itu -- diduga C02 -- keluar
dari sebuah sumur yang dalamnya tak kurang dari 15 meter.
Pada hari Rabu yang naas itu, 28 Pebruari Turahman alias Tutur,
29 tahun, baru pulang dari Pasar Kesesi untuk membeli sarapan
dan tembakau. Malam sebelumnya ia bermimpi buruk: ia hanyut
sewaktu menolong orang menyeberang sungai. Mimpi itu yang sempat
diceritakannya kepada isterinya membuat ia merasa lemas pagi
harinya. Karena itu ia mengurungkan niatnya berjualan ke
Pemalang.
Kira-kira jam 10 pagi, ketika sedang menunggui tukang kayu yang
sedang mengerjakan rumah orangtuanya di sebelah surau, Tutur
tergerak untuk mengambil timba yang tercemplung ke dalam sumur.
Itu pekerjaan lumrah baginya. "Sudah belasan kali ia mengambil
timba yang jatuh di situ," kata Kiyai Sahri, 51 tahun, pemimpin
langgar itu.
Tutur menuruni sumur dengan tangga. Tahu-tahu, ia tak muncul
lagi. Ia tenggelam tak berdaya dalam sumur. Kasbuni, 30 tahun,
teman akrab Tutur sejak kecil buru-buru ia menyusul ke dalam
sumur dengan bantuan sebatang bambu. Tapi Kasbuni pun tak muncul
pula.
Mereka di dukuh itu pun mulai berfikir. Barangkali cerita seram
dari Dieng mampir ke benak mereka. Maka ketika orang ketiga akan
masuk ke dalam sumur, semuanya sudah diatur. Pinggang orang ini
dikat dengan tambang. Dan ia harus memberi kode kalau merasa tak
kuat. Betul juga. Baru diturunkan sekitar 2 meter, wajahnya
menjadi pucat pasi dan tangannya menggapai-gapai. Secepatnya ia
diangkat ke atas.
Johani, begitu nama pamong desa Kesesi yang mencoba turun ke
dalam sumur itu segera mendapat pertolongan dari Puskesmas. Ia
selamat. Sementara mayat Tutur dan Kasbuni terpaksa dikerek ke
atas dengan tambang.
Hampir semua orang yang menghirup udara di atas sumur itu
mengeluh lantaran mendadak pusing kepala. Tiga belas orang
sempat dibawa ke Puskesmas pula, dan selamat juga.
Karuan saja penduduk dukuh itu geger. Sebab baru kali ini ada
gas dari sumur sampai membunuh orang. Keesokan harinya, ketika
Bupati Karsono dan dr Heri Harsono, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pekalongan meninjau ke sana, percobaan pun diadakan.
Seekor kelinci dimasukkan ke dalam sumur dengan menggunakan
tali. Ternyata kelinci itu tak mati. Lalu lampu petromaks yang
menyala dimasukkan ke dalam sumur. Juga tak apa-apa. "Nyalanya
mengecil sesampainya di bawah," tutur dr Heri. Tapi pada Jumat
keesokan harinya, berkali-kali petromaks yang diturunkan ke
dalam sumur langsung saja mati. Bahkan obor besar pun padam di
dalam sumur. Anehnya, hari Minggu dan Senin gas maut itu -- C02
menurut dugaan dokter Heri tak berbekas lagi.
Akibat kejadian itu, penduduk di sekitar sumur itu -- tujuh
keluarga untuk sementara -- harus meninggalkan rumah mereka. Air
sumur dikirim oleh dokter ke Semarang untuk diperiksa di
laboratorium. Sedang penduduk di sekitar sumur pekan lalu
diperiksa darahnya. "Kelihatannya mereka pucat-pucat," kata sang
dokter yang ingin menyelidiki apakah mereka cukup banyak
menghirup C02 sehari-harinya.
Sumur Dalam
Kemungkinan bahwa banyak orang telah menerima dosis ekstra gas
asam arang memang ada. Sebab di desa itu, tak semua rumah
memiliki sumur. Untuk menemukan air, orang harus menggali sampai
belasan meter. Sumur maut itu sendiri, dalamnya tak kurang dari
15 meter, juga digunakan untuk kepentingan umum.
Adapun keluarga Tutur sangat terpukul akibat peristiwa itu.
Sebagai anak tunggal, terang saja, pedagang kue kering dan
kerupuk rambak itu sangat disayang oleh keluarganya. Ia
meninggalkan seorang isteri yang sedang mengandung dan tiga
orang anak. Orang tua Tutur berniat memberikan rumah yang mereka
pakai tadinya kepadanya, sementara mereka sedang membangun rumah
baru di samping langgar. Justru pada waktu menunggui
tukang-tukang yang sedang membangun rumah orangtuanya Tutur
tewas.
Adapun nasib penduduk sekitar langgar yang masih mengungsi
akan ditentukan setelah penyelidikan selesai. Dan itu mungkin
masih akan makan waktu. Seperti kata Bahrun, Kepala Subdit
Sospol Kabupaten Pekalongan 'Kalau perlu ahli dari Bandung pun
akan diundang ke mari."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini