Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Suatu sore di idi cut

Kantor polsek diserbu dan dibakar massa. gara-gara serda faisal memasukkan wanita nakal ke dalam kantor tersebut. wakil gubernur turun tangan. sejumlah pemuka masyarakat ngajak damai dengan polisi.

23 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARUL Aman berarti daerah nan tenteram. Tapi yang terjadi pekan lalu di Idi Cut, ibu kota Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, itu sama sekali jauh dari aman tenteram. Sekitar 300 penduduk kecamatan ini telah membakar kantor Polsek setempat setelah lebih dulu melepaskan beberapa tahanan. Gedung berukuran 109 m2 itu pun tinggal puing. Jilatan api juga memusnahkan arsip kantor polisi di Kabupaten Aceh Timur ini. Gerakan kecil selepas magrib pada 11 April lalu itu berawal dari soal sepele. Adalah M. Aji, 20 tahun, yang jadi picu peristiwa ini. Minggu petang, 31 Januari lalu, Aji melihat Serda. Faisal menyusupkan seorang wanita yang bukan muhrimnya ke markas polisi itu. Merasa perbuatan itu menyalahi norma agama dan adat Aceh, Aji mengajak teman-temannya menggerebek kedua insan yang diduganya hendak asyik masyuk itu. Maka, mereka pun menarik Faisal keluar dari kantor itu dan menggebukinya beramai-ramai. Perempuan yang dibawanya, Nur Pantai - yang dikenal wanita nakal - pun dapat hadiah tamparan. Usai itu, anak-anak muda itu pun cabut. Buntutnya, esoknya Aji dipanggil. Tapi baru saja ia mulai diperiksa, puluhan pemuda tumplek ke kantor polisi itu seraya berteriak-teriak, "Bebaskan Aji." Untunglah, Kapten Nurdin selaku danramil setempat segera turun tangan. Dengan mengontak reda. Apalagi Nurdin juga menawarkan prakarsa perdamaian antara Aji dan Faisal. Singkat kata, perdamaian itu pun ditangani Tripida Kecamatan Darul Aman. Massa pemuda itu pun mau, sepanjang Aji tak lagi diusut. Untuk itu, mereka menyediakan Rp 25 ribu sebagai biaya untuk menepungtawari Faisal berikut pengobatannya. Tapi rencana perdamaian itu jadi mentah. Soalnya, Faisal menganggap biaya itu terlalu kecil. "Enteng kalilah itu," katanya. Ia menuntut agar dana perdamaian itu dibengkakkan menjadi Rp 150 ribu. Sebelum ditemukan kata sepakat baru, tak dinyana muncul lagi peristiwa baru. Saat itu Minggu, 10 April 1988. Seperti biasa, para kawula muda di sana ramai-ramai melancong ke pantai Matang Ulim di Kuala Idi Cut. Pantai yang menghadap Selat Malaka ini memang ramai dikunjuni orang setiap hari libur. Aji, yang berjualan minuman dan makanan ringan di tempat itu, tiba-tiba didatangi dua polisi. Tak jelas apa pasalnya, kedua oknum itu menghajar Aji di depan para pengunjung pantai itu. Tindakan main hakim sendiri itulah yang menyulut kemarahan masyarakat. Esoknya, Aji bersama teman-temannya pun ramai-ramai ke rumah Camat Lutyfi Cut Raja. Tanpa diduga, sore itu mereka berpapasan dengan Kapolsek Darul Aman, Letda. Sujasmin, yang baru keluar dari rumah Pak Camat. Seorang di antara mereka menghardik Pak Kapolsek ini. Belum lagi Sujasmin sempat menjawab, tak kurang dari 30 pemuda itu menggebukinya. Untunglah, Sujasmin segera melarikan diri dan bersembunyi. Tapi emosi para pemuda itu makin membludak. Massa yang jumlahnya membengkak sampai sekitar 300 orang itu menyerbu kantor Polsek dengan lemparan batu. Lalu pembakaran pun terjadilah. Kini tiga dari pelaku pembakaran itu Ridwan, Ismail, dan Razak, telah diringkus polisi. Selebihnya, masih buron. Faisal yang menadi sumber kerusuhan itu pun turut diamankan. "Sudah 20 hari ia saya jebloskan dalam sel," kata Kapolres Aceh Timur Letkol. Masri Ramied. Kaplres menolak memberi penjelasan lebih jauh. Namun, tanda-tanda ke arah perdamaian telah muncul. Tatkala Wakil Gubernur Aceh, T. Johan, berkunjung ke Idi Cut pada 13 April lalu, sejumlah pemuka masyarakat mendatanginya. Berjanji akan membangun kembali kantor polisi yang terbakar itu, mereka memohon pelaku yang ditangkap itu dibebaskan. Wakil Gubernur berjanji akan mempertimbangkannya. B.L. & Makmun Almujahid (Idi Icut)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus