Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sudharmono masih ada

Mantan wakil presiden sudharmono ditunjuk menjadi ketua tim P7. masih punya peluang tampil di pentas politik. bagaimana pandangan politiknya kini?

15 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDHARMONO, 67 tahun, agak terkesima ketika sekitar 50 wartawan mendatangi rumahnya, Jalan Senopati, Jakarta Selatan. "Ya, ampun, kok banyak begini," kata mantan wakil presiden itu dalam sebuah acara konferensi pers, Rabu pekan silam. Acara yang semula dimaksudkan untuk menjelaskan soal Yayasan Amal Pelayanan Hukum yang dipimpinnya dan peluncuran buku otobiografinya berjudul Masa Kecilku itu seolah tenggelam oleh sejumlah pernyataan menarik dari mantan Ketua Umum Golkar itu tentang berbagai isu politik yang aktual. Kebetulan, hari itu juga Menteri Moerdiono mengumumkan, Sudharmono telah diangkat Presiden Soeharto menjadi Ketua Tim P-7 (Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). "Pengalaman kenegaraannya sangat kaya," kata Moerdiono. "Jadi, kalau Presiden mengangkatnya, itu sangatlah tepat." Sudharmono menggantikan Roeslan Abdulgani, yang sejak tahun 1987 menduduki posisi itu. Tim yang dipimpin Sudharmono itu beranggotakan Ali Said, Emil Salim, Ismail Saleh, Bustanil Arifin, Bintoro Tjokroamidjojo, Tjokropranolo, dan Maschun Sofwan. Seorang pengamat menganalisa, jabatan buat Sudharmono itu hanya merupakan petunjuk bahwa ia masih berada di lingkungan orang "dekat" dengan Pak Harto. Walau posisinya boleh dikatakan agak di "pinggir" pentas politik, katanya, bukannya tak mungkin suatu saat ia masih berpeluang masuk gelanggang -- setelah ia pensiun sebagai wakil presiden, Maret 1993 lalu. Hari itu Sudharmono, yang didampingi istri dan ketiga anaknya, terlihat ceria. Berikut pandangan Sudharmono tentang berbagai hal: Tentang Golkar sekarang Struktur Golkar sekarang sudah baik. Lagi pula, Golkar tak perlu khawatir dengan munculnya Megawati. Menang tidaknya Golkar jangan tergantung pihak lain. Kita harus kompetisi secara baik. Kemenangan Golkar mendatang tergantung citra Golkar selama empat tahun ini. Sukses tidaknya tergantung hasil pemilu. Itu ukuran yang kongkret dan jelas. Mayoritas tunggal itu bukan tirani mayoritas. Target mayoritas tunggal adalah untuk memperhitungkan voting. Jadi, kalau diperlukan voting, Golkar tetap menang. Artinya, tak ada itu tirani mayoritas. Kalau tirani kan tak mau musyawarah mufakat. Saya juga yakin ABRI tak akan meninggalkan Golkar. Pernyataan Sembiring (anggota Fraksi ABRI yang mengomentari terpilihnya Harmoko sebagai Ketua Umum DPP Golkar) itu adalah pendapat pribadi, bukan sikap ABRI. Tentang terpilihnya Megawati menjadi Ketua Umum PDI Hati-hati menyebut kata "arus bawah". Kalau itu betul-betul "arus bawah", lha kok (kongres PDI) di Medan semuanya "koor" buat Soerjadi. Di Medan kan enggak ada yang menyebut Mega? Setelah ia gagal (direstui Pemerintah), kok jadi "koor" untuk Mega? Tentunya ini ada yang menggiring, yang istilahnya rekayasa. Tentang demokratisasi, keterbukaan, dan suksesi Pidato Presiden soal keterbukaan itu bagus sekali. Sekarang tinggal pelaksanaannya bagaimana. Sekarang mulai diramaikan pemilu sistem distrik, yang katanya lebih demokratis. Pada prinsipnya Golkar siap. Tapi yang lain (parpol) bagaimana? Soal mekanisme kepemimpinan nasional jangan semata-mata dikaitkan dengan suksesi. Kepemimpinan organisasi harus bisa memantapkannya.AKS, Linda Djalil, dan Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus